07 Juli 2022

opini musri nauli : In Memoriam - Sang Petarung Sejati

 


Mendapatkan kabar telah perginya sang petarung sejati, Sahnan Sahuri Siregar (Sahnan) tiba-tiba menyentak. Sekaligus mengagetkan. 


Selain mengenal sepak terjangnya didunia hukum yang “keberaniannya” tidak bisa diukur, kiprahnya yang memilih bantuan hukum kepada masyarakat Kecil memang membuat namanya kemudian melambung hingga menjadi “rujukan” kepada generasi muda. Yang memilih Tetap di barisan tapak. 

Secara pribadi, Aku sendiri lupa mulai mengenalnya. Yang kutahu, bersama-sama dengan Bang Fuad (Samaratul Fuad) di PBHI Sumbar, dikenal Garang di persidangan. 


Mereka kukenal konsisten memilih jalur sunyi. Bertarung di persidangan mendampingi kasus-kasus struktural. 


Memang harus diakui, kiprah dan sepak terjangnya di dunia hukum tidak dapat dilepaskan dari kisah Iwan Mulyadi (Iwan). 


Korban salah Tembak dari oknum anggota Polsek Kinali, Pasaman Barat, Sumbar. Peluru nyasar mengenai rusuk kiri dan tembus ke dada kanan. 


Peristiwa yang terjadi tahun 2006 mengakibatkan korban kemudian menjadi lumpuh. Pinggang ke Bawah sudah mati. Dan harus berkursi roda seumur Hidup. 


Bertahun-tahun, Sahnan memperjuangkan nasib Iwan. Selain meminta pertanggungjawaban dari pelaku, juga berbagai upaya yang ditempuh. 


Bertahun-tahun pula, Sahnan gigih memperjuangkan hak korban. Hingga kemudian tahun 2018, Iwan mendapatkan haknya. Yang menjadi hak ganti rugi senilai Rp 300 juga. 


Sahnan kemudian mendirikan Rumah Bantuan Hukum. Sebagai rumah demokrasi di Sumatera Barat. Sembari mengajar di kampus di Padang, Sahnan Tetap menjalankan bantuan hukum. Memastikan hak masyarakat yang terpinggirkan. 


Disela-sela kegiatan yang padat, ketika saya berkesempatan ke Padang, terpancar “aura” perlawanan dengan tuturnya yang lembut. Khas Melayu yang menjunjung tutur bahasa yang tinggi. 


Berbagai seloko kemudian mengalir untuk menjawab pertanyaan yang selama ini mengganggu. Alhamdulilah. Berbagai pertanyaan yang kemudian dijawab dengan seloko memperkaya bacaan saya tentang berbagai persoalan yang terjadi Padang. 


Praktis selama tiga tahun terakhir, saya hanya menyimak kegiatan Sahnan di Facebook. Dengan memamerkan hasil tanaman jengkol dan Petai, Sahnan sering berseloroh “liburan kaum kusam”. 


Persis judul Lagu Iwan Fals “Libur Kecil Kaum Kusam” dalam Album “Wakil Rakyat (1987). 


Diksi yang digunakan Sahnan sekaligus standing Sahnan didalam memilih narasi. 


Dengarkanlah bait-baitnya. 


Libur kecil kaum kusam

Yang teramat manis begitu romantis

Walau sekali setahun


Tuhan rangkullah

Jangan kau tinggalkan

Waktu mereka

Pergilah derita ini hari


Berilah tawa yang terkeras

Untuk obati tangis lalu

Limpahkan senang paling indah

Agar luka tak nyeri

Agar duka tak menari


Benar-benar keren. 


Dan yang membuat lebih keren, setiap posting sembari memamerkan hasil panen jengkol dan Petai, narasi “Liburan kaum kusam” membuktikan. Sahnan memilih jalan sunyi perlawanan. 


Jalan yang Sudah banyak tidak banyak digunakan lagi. 


Selamat jalan, sobat. Selamat jalang petarung sejati.