19 Juli 2022

opini musri nauli : Lancar Jaya

 


Sudah sebulan saya tidak ke Bangko. Setelah menempuh arus mudik kemarin dari Painan, ke Kerinci langsung ke Jambi via Bangko. 


Alangkah kagetnya saya. Lagi-lagi kemajuan jalan ditempuh dari Bangko ke Jambi bikin saya geleng-geleng Kepala. 

Pertama. Jalur yang selama ini ada yang Masih berlubang relatif sudah rata. Bahkan tidak tanggung-tanggung. Tembesi - Simpang Sridadi yang dikenal jalur maut dapat ditempuh 15-20 menit. 


Kedua. Sama sekali tidak aktivitas angkutan batubara menjelang pukul 18.00 wib. Padahal sudah jamak diketahui, menjelang pukul 180.00 wib, angkutan batubara berjejer di sepanjang menjelang masuk Tembesi. Bahkan antrian panjang menjelang masuk ke Simpang Sridadi. 


Perintah Al Haris sebagai Gubernur Jambi yang melarang jam Operasional angkutan batubara setelah pukul 18.00 wib benar-benar dipatuhi. 


Bahkan tidak tanggung-tanggung. Operasional hanya dibenarkan memulai aktitivas dari mulut tambang pada pukul 18.00 wib. 


Jadi sampai 17.00 wib, biasanya dari Durian Luncuk sudah macet dan antrian panjang sekarang relatif sama sekali tidak terlihat. 


Ketiga. Di Perbatasan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Sarolangun adanya mobil patroli terparkir di Pinggir jalan. 


Kontrol dari mobil sarolangun kemudian “ditahan” dibatas menyebabkan tidak terjadi lagi penumpukkan dari Durian Luncuk menjelang masuk Simpang Tembesi. 


Sehingga praktis jam-jam rawan 16.00 - 17.00 wib yang dikenal “jam rawan” malah sama sekali tidak terlihat. 


Bahkan yang bikin saya kaget. Biasanya dari Durian Luncuk hanya sampai ke Simpang Tembesi bisa memakan 1-2 jam sekarang dapat dikebut. 


Selain jalur-jalur yang selama ini dikenal lubang menganga malah sama sekali tidak terlihat. Sehingga kendaraan dipacu dengan tenang membuat saya senyum-senyum sendiri. 


Rasanya baru mimpi. Belum setahun menikmati jalan yang mulai layak ditempuh. Tidak terjebak macet yang berkepanjangan. 


Ah. Bikin kesengsem dengan perintah tegas Al Haris menyelesaikan persoalan angkutan batubara. 


Tidak salah kemudian saya berseloroh. “Lancar Jaya”.