30 Oktober 2022

opini musri nauli : Daya magis Syair Cinta - 30 Tahun Dewa Bernyanyi

 


Mendapatkan kabar konser Tunggal “Dewa 19” berkarir di dunia masuk selama 30 tahun membuat saya kemudian merencanakan menonton konsernya. Salah satu ritual menjaga “batin” selalu waras. Sekaligus mengobati kerinduan kepada group papan atas Indonesia. 


Teringat mengikuti konser Dewa “in door” tahun 2006. Waktu itu sedang mempromosikan Album Dewa “Laskar Cinta”. Album yang berisikan lagu-lagu seperti “Atas Nama Cinta”, Satu, Hadapi dengan Senyuman, Aku Tetaplah Aku” yang kemudian menjadi legendaris. 

Mengikuti jejak lagu-lagu sebelumnya seperti “Separuh Nafas”, Risalah hati” dalam album “Bintang Lima” atau “Cintakan membawaku kembali” dalam album “Terbaik-terbaik”. 


Atau lagu sentimentil “Kangen” dan Kamulah Satu-satunya” dalam Album “The Best of Dewa 19. 


Tentu saja sebagai band papan atas, berbagai persoalan sempat mengemuka. Keluarnya Ari Lasso kemudian digantikan oleh “Once” sempat banyak yang memperkirakan Dewa akan mati. Tenggelam dengan daya magis Ari Lasso. 


Namun “Ahmad Dhani” dan “Andra” yang sempat tersisa berkeyakinan. Kekuatan band bukan semata-mata tergantung dengan Vokalis Band. Tapi kekuatan dari syair lagu. 


Ternyata benar. Dewa tidak tenggelam dengan keluarnya Ari Lasso. Justru semakin menancapkan kukunya lebih tajam. 


Berbagai album seperti “Cintailah Cinta (2002), Atas Nama Cinta I-II (2004), Laskar Cinta (2004), Republik Cinta (2006) dan Kerajaan Cinta (2007) tetap mendapatkan hati di barisan Baladewa.

Balawa dewa adalah sebutan untuk para penggemar Dewa 19. Penggemar yang setia mengikuti jejak langkah karif Dewa sejak 1992. 


Keyakinan Ahmad Dhani dan Andra tentang kekuatan Band di Syair lagu memang terbukti. Dewa kemudian tetap bercokol di papan atas Band di Indonesia. 


Paska konser di GOR Kotabaru 2006, Ahmad Dhani kemudian mengalami persoalan “pribadi” dalam urusan rumah tangga, berbagai keretakan band, jarangnya konser, berbagai persoalan hukum membuat Ahmad Dhani terus menjadi “makanan empuk” entertainment. 


Dewa kemudian sempat “meredup”, walaupun lagu-lagunya terus menggema di berbagai tempat. Entah di siaran radio, ataupun tayangan YouTube. 


Secara umum, royalty Dewa Memang tidak terganggu. Namun konser yang menjadi “ajimat” dari Band-band sempat “vakum” beberapa waktu yang lalu. 


Termasuk kemudian “Once” yang kemudian keluar dan bersolo Karir dan sukses dengan Lagu “Dealova”. Sempat juga adanya kekhawatiran, ditinggalkan “vokalis” membuat Band Dewa menjadi limbung. 


Bayangkan. Band Musik Tanpa vokalis. Mengikuti berbagai Band-band yang lain yang kemudian ditinggalkan “Vokalis” malah kemudian “terkubur” dan tidak mampu bangkit kembali. 


Belum lagi Ahmad Dhani sempat mendirikan berbagai Band dan Andra sendiri Tengah asyik dengan “Andra And Backbone. 


Praktis, seluruh personil telah asyik dengan berbagai musik diluar Dewa. 



Namun lagi-lagi Ahmad Dhani dan Andra - Pendiri Band Dewa yang tersisa, Masih meyakini prinsip awal. Kekuatan dari Band adalah Syair. Magis dari setiap bait-bait Syair lagu yang menyentuh Baladewa. 


Untuk membuktikan “kekuatan” bait-bait sekaligus daya magis, Dewa kemudian menguji kekuatan. 


Dengan slogan “30 tahun - 30 kota - 30 Lagu”, Dewa kemudian menghentak blantika musik Indonesia. 


Berbagai roadshow kemudian dimulai. Jambi menjadi salah satu tujuan Konserpun kemudian menikmati “percikan” syair lagu Dewa. Para Baladewapun kemudian Menunggu jadwal konser. 


Dan benar. Daya hentak Dewa sama sekali tidak berkurang. Dengan dua vokalis dan dua Drummer membuktikan. Dewa mempunyai stamina yang tidak berkurang. 


Dengan usia rentang rata-rata diatas Kepala lima, Ahmad Dhani Masih ganas memainkan berbagai “skenario” musik yang menjadi memori bait-bait cinta yang terekam di Baladewa. 


Sementara “raungan gitar” dari Andra sama sekali tidak berkurang. Meliuk-liuk sekaligus membuktikan Dewa sebagai genre musik cadas, cepat ditingkahi bait=bait cinta yang romantis. 


Semuanya kemudian larut dalam kegembiraan ditengah malam mingguan di Arena Ex MTQ Jambi. 


Dewa berhasil “memanggil” generasi 90-an untuk kembali bernyanyi. Berteriak gembira ditengah lapangan. Dipadukan generasi kelahiran 1990-an yang kemudian menggagumi bait-bait cinta. 


Semua berpadu sembari mengikuti bait-bait cinta yang dilantunkan sang Vokalis. Semuanya kemudian larut. 


Strategi Dewa dengan menghadirkan dua vokalis sekaligus dua drummer membuktikan. Dewa tidak ingin “menurunkan” tempo musik yang mengiringi setiap bait-bait musik. 


Dewa tetap menjaga “ritme’ sekaligus mengobati kerinduan Baladewa yang Setia dengan Dewa sejak 1992. 


Lagi-lagi Ahmad Dhani - Andra tetap meyakini. Kekuatan syair sekaligus daya magis Syair Cinta akan senantiasa mengobati rindu Baladewa. 


Selamat, Dewa. Pokoknya keren..