2006, mengenai Bang Musri Nauli ketika ia menjadi kuasa hukum kasus korupsi pembangunan dermaga ponton Semaran, Pauh, Sarolangun. Kasus yang disidangkan di Pengadilan Negeri Bangko.
Saya ketika itu wartawan junior di Harian Pagi Radar Sarko. Mulai dididik sang maestro pers, Devanand Munir . Dari beberapa kuasa hukum, Musri kelihatan unik dan nyentrik. Gondrong dan berkuncir.
Buat saya, Bang Nauli unik. Keras kepala dan (kadang) menjengkelkan. Wabil khusus ketika berdebat tentang NU dan Muhammadiyah. Selain itu tentang Der Panzer Jerman vs El Matador Spanyol. Haha.
Tapi saya suka. Kami sesama pengagum Gus Dur dan Buya Syafii Ma'arif. Pengakuannya cukup gentle.
"Kalian (orang NU) beragama dengan indah dan enjoy. Itu mengagumkan. Banyak hal yang orang tertentu bid'ah-kan, kalian nikmati dan hayati dengan landasan dalil yang kokoh," akuinya.
Ejekannya paling pedas cuma satu: "Hahaha.. maaf ya. Kami lebaran duluan,"
Semeja dengan Gusdi Warman caleg DPRD Provinsi Jambi (lawan sanak tuo Juwanda Ibnu Jufri xixi) dan pengacara muda Ridho Fadhil *
Diaduk dulu kopinya......
Copas dari Muchlisin, Bangko, 31 Juli 2023