Mendapatkan kabar duka dari Facebook, seketika jantungku segera copot. Langsung kuhubungi abangnya. Feri Irawan (Feri). Direktur Walhi Jambi 2000 -2008.
“Iya, wak. Nih lagi di Rumah Sakit”, HP kemudian ditutup.
Segera aku bergegas. Namun aku ternyata kelupaan. Menanyakan Rumah Sakitnya. Akhirnya aku menunggu di dekat rumahnya.
Aku mengenal entah berapa tahun. Yang kutahu dia adik Feri yang rajin ke Walhi Jambi saat abangnya masih menjadi Direktur Walhi Jambi.
Anaknya supel. Praktis pemuda ideal. Sehingga tidak salah selain kegantengan, praktis sama sekali tidak pernah aku mendengarkan merokok. Apalagi alkohol. Tidak salah kemudian dia adalah salah satu pemuda idaman yang menjadi idola remaja putri.
Bambang sama sekali tidak pernah kudengar terlibat berbagai polemik ataupun konflik. Dengan siapapun dia begitu ramah. Bahkan dia adalah orang yang dapat “memasuki” berbagai kelompok yang sama sekali tidak bisa duduk.
Sikap humblenya itu yang membuat dia bisa diterima oleh siapapun. Di kalangan apapun.
Secara sekilas Aku mengenal sebagai photografer yang handal. Mengikuti jejak abangnya yang juga menggemar hobi sebagai “hunting”.
Belum lagi berbagai kegiatan banyak dilakoni. Entah panjat tebing, organisasi pencinta alam. Baik kampus maupun diluar kampus. Belum lagi kegiatan lain yang mematangkan dirinya.
Tidak salah kemudian dia kukenal sebagai orang yang “ringan tangan”. Ramah, supel sekaligus cekatan membantu siapapun yang membutuhkan dukungannya.
Prestasi panjang yang ditekuni tidak salah kemudian menempatkan. Berbagai jabatan organisasi. Entah jabatan yang berkaitan dengan pecinta alam. Maupun berbagai kegiatan diluar pencinta alam.
Bahkan beberapa waktu Malah baru terpilih Forum Film Jambi. Periode 2024-2028. Sebuah jabatan sekaligus prestisius yang membuktikan ketekunan.
Secara sekilas, Feri juga pernah bercerita tentang penyakit adiknya. Jantung yang Sudah menderanya. Sebuah penyakit yang akhir-akhir ini memang menyita waktunya.
Namun entah bagaimana ceritanya. Bambang dikenal sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit. Tidak salah kemudian berbagai cerita teman memang Bambang dikenal tidak mau merepotkan orang.
“Bembeng memang dak mau menyusahkan orang”, kata temanku. Bembeng adalah panggilan sehari-hari dikalangan kawan-kawan.
Namun ditengah kesedihan, aku juga pernah menjadi bagian dari cerita percintaan panjang dengan istrinya. Biasa kupanggil Uthi.
Kami (saya dan Feri) pernah harus pontang panting menyelesaikannya. Termasuk harus juga menyelesaikan didalam Keluarga besar.
Kisah ini begitu romantis. Bahkan novel terbaikpun tidak pernah mampu mengalahkan cerita mereka.
“Kalo istilah Anak sekarang, Pokoknya keren”.
Berbagai kisah hidup, keteladanan, sikap humble, ramah, ringan tangan membuat aku benar-benar harus memutar memori panjang. Kisah 30 tahunan yang mengiringi perjalanan hidupnya.
Dan berbagai keteladanan yang mampu ditunjukkan kemudian mengajarkan arti sebuah persahabatan, rasa humoris bahkan sikap dan keteladanan yang mau bergaul dengan siapapun.
Selamat jalan, adinda. Percayalah, Keteladananmu mampu menginspirasi perjalanan hidupmu.
Untuk Uthi. Engkau bersyukur mendapatkan seorang pria idaman. Yang menjadi keteladanan orang sekitarmu.
Dan Yang Sabar, ya. tabah menjalani hidup, ya..