05 September 2024

opini musri nauli : Membaca Pilkada Sarolangun - Tiga Mantan Bupati


Didalam perjalanan saya ke Bangko, ketika rehat di SPBU di Sarolangun, saya kemudian bertemu dengan teman lama. Sesama teman ketika Pilkada 2011. Kamipun bercerita sembari menikmati kopi ditengah malam. 


Tentu saja cerita menarik adalah Suasana Pilkada Sarolangun yang memang hangat dibicarakan. Sembari mengecek nama-nama yang Sudah mendaftarkan diri ke KPU, saya kemudian berkesempatan untuk “mengecek modulasi” terhadap nama-nama kandidat yang Sudah diketahui publik. 

Membaca Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Sarolangun 2024 - 2029 (Pilkada) menarik untuk diikuti. Nama-nama seperti Hurmin - Gerry Trisatwika, Tontawi Jauhari - Haris AB, Ir H Muhammad Fauzi-Hj Sahara (Fauzi - Sahara) dan Hilallatil Badri-Aang Purnama telah mendapatkan dukungan partai dan memenuhi persyaratan untuk mendaftarkan sebagai calon Bupati/Wakil Bupati Sarolangun 2024-2029. Pertarungan semakin seru dengan kehadiran Calon independent Drs. H. Muhammad Madel - H. Nor Muhammad. 


Gerry Trisatwika adalah Putra Cek Endra (Bupati Sarolangun 2010 -2022. Sebelumnya menjadi Wakil Bupati Hasan Basri Agus (HBA periode 2006-2010). Sedangkan H. Nor Muhammad adalah adik kandung HBA (Bupati Sarolangun 2006 - 2010 dan Gubernur Jambi 2010-2015). Dan Madel sendiri adalah Bupati Sarolangun (1999 -2005). Sehingga tidak salah kemudian ketiga mantan Bupati benar-benar terlibat didalam Pilkada Sarolangun 2024 2029. 


Selain itu nama seperti Hurmin dikenal sebagai parlemen yang panjang (DPRD Sarolangun 3 periode dan kemudian terpilih untuk DPRD Provinsi Jambi), Tontawi Jauhari (Ketua DPRD Sarolangun), Hilallatil Badri (Wakil Bupati Sarolangun 2017-2022), Aang Purnama  (Wakil Ketua DPRD Sarolangun 2019-2024). Dan Ir H Muhammad Fauzi (Mantan Kepala Dinas PUPR Provinsi Jambi 2018 - 2024). 


Sehingga tidak salah kemudian Pilkada Sarolangun benar-benar “adu tuah” tokoh-tokoh penting Sarolangun. Sehingga diharapkan benar-benar terbangunnya demokrasi yang Sehat di Sarolangun. 


Selain itu yang menarik berbagai calon menggambarkan keterwakilan wilayah. Hurmin mewakili Sarolangun dan Bathin VIII. Dua lumbung yang selama ini menjadi tempat yang susah ditaklukan Bupati sebelumnya. Sedangkan Gerry Trisatwika dipastikan mewakili Mandiangin, Pauh dan Air Hitam.  


Begitu juga Fauzi dari Batangasai dan sekitarnya dan Sahara diharapkan dapat meraih dari Sarolangun. 


Namun irisan yang tajam justru meraih dukungan dari Limun dan Batangasai yang berhadapan dengan Madel. Walaupun Madel menempatkan dari Limun - Cermin Nan Gedang dan batang Asai dengan mengunggulkan H. Nor Muhammad untuk Sarolangun, namun irisan berhadapan dengan Fauzi tentu saja menyebabkan suara kemudian menjadi terbagi. 


Begitu juga irisan antara Tontawi Jauhari dan Hilallatil Badri dari Pelawan - Singkut. Basis yang cukup besar untuk memenangkan Pilkada Sarolangun. Sehingga tidak salah kemudian banyak yang menempatkan Hurmin - Gerry Trisatwika sebagai pasangan yang cukup menarik untuk diikuti. 


Dengan melihat kapasitas tokoh yang mengikuti Pilkada Sarolangun sekaligus menggambarkan keterwakilan dari wilayah untuk meraih dan menambang lumbung suara, strategi para kandidat benar-benar diuji di Lapangan. Termasuk partai-partai besar yang telah membagi konsentrasi untuk memenangkan Pilkada Sarolangun 2024-2029. 


Pilkada Sarolangun yang melibatkan 5 Pasang kandidat, melibatkan 3 Mantan Bupati menjadikan Sarolangun salah satu indikator demokrasi yang Sehat. 


Tidak salah kemudian Pilkada Sarolangun 2024 -2029 menarik untuk diikuti. 


Perjalanan panjang ke bangko yang kemudian sempat “rehat” di SPBU Sarolangun kemudian berhasil membuktikan hipotesis yang selama ini saya yakini. 


Selain nama-nama besar tokoh yang terlibat, nama-nama kandidat yang mempunyai jam terbang politik yang mumpuni, namun irisan dengan menggunakan cara pandang “keterwakilan wilayah”, sebuah kajian yang optiknya dibicarakan di ranah antropologi menjadi irisan yang tajam. 


Sekali lagi setiap pilkada, cara pandang masyarakat Melayu Jambi yang selalu menempatkan “tuah”, sebagai cara pandang melihat cara memilih.  Juga menempatkan Kajian politik di Jambi tidak saja menggunakan pendekatan ilmu komunikasi atau ilmu politik dan ilmu sosiologi. Tapi justru juga menempatkan kajian antropologi didalam melihat politik dan dinamika di Jambi. 


Namun apapun hasil dari pilkada Sarolangun, tema Politik Melayu Jambi adalah sebuah bingkai sekaligus “tirai” untuk melihat cara pandang masyarakat Melayu Jambi didalam memilih. 


Sebuah ranah yang luput dari perhatian akademisi Melihat politik di Jambi. 


Advokat. Tinggal di Jambi