Akhir-akhir
ini media massa
menggambarkan sikap pragmatisme kaum reformis yang terjebak dalam pusaran
politik praktis dan korupsi. Anas Urbaningrum (AU), Nazaruddin (MN),
Angelia Sondakh (AS) hanya sepenggal
catatan kecil yang meruak dan menghiasi media massa. Belum lagi sikap ngotot anggota DPR
yang membangun kantor “super megah”
1,3 trilyun yang disampaikan oleh Pius Lustrilanang (PL) dan sikap Staf Ahli Presiden Andi Arif (AA)
dalam kasus laporan Bank Century yang melibatkan Misbakum.
Nama-nama
yang disebutkan semata-mata memang lahir dari rahim reformasi yang turut
menjadi saksi dan pelaku penting dari reformasi. Di tangan merekalah, mengalami
fase dari orde baru dan menjadi orde reformasi. Terlepas andil atau kiprah
mereka lakukan, sikap yang ditunjukkan mereka sama sekali jauh dari amanat
reformasi.
Pasca lengsernya Soeharto Mei 1998,
membuat aktivis reformis seakan-akan kehilangan arah kendali. Mereka terjebak
dalam pusaran politik praktis dan terlibat berbagai kegiatan partai politik.
Orientasi yang terjebak dalam pusaran pragmatis membuat mereka berkejaran waktu
untuk menyelesaikan kuliah, berumah tangga dan memulai hidup baru. Waktu yang
tersita kemudian direbut oleh kaum oportunis yang berhasil menguasai panggung
politik. Amin Rais mendefinisikan ”Reformasi
telah dibajak”.
Pada periode ini kemudian, kaum orde baru
kemudian menata kembali kekuatannya dan berhasil ”berubah wajah ”seakan-akan menjadi ”reformis”. Ahli kemudian mendefinisikan
sebagai ”neo orde baru” dan neo orde
baru berhasil menguasai panggung politik. Sehingga sikap pragmatis, sikap
instan mewarnai setiap peristiwa didalam masa ini. Hingga dapat dimengerti dalam
setiap peristiwa tender proyek, pemilihan pilkada diwarnai bumbu dan bau tidak sedap
”uang”.
Sikap pragmatis dan sikap instan yang
diwariskan neo orde baru ”seakan-akan”
ditasbihkan oleh kaum reformis. Warisan neo orde baru yang berhasil dan menjadi
”jimat” ampuh dalam setiap peristiwa
membuat kaum reformis tidak berdaya. Kekuatan besar dan didukung masyarakat
yang sudah muak terhadap sistem yang diwariskan neo orde baru seakan-akan
menemukan tembok yang kokoh. Dalam berbagai peristiwa inilah, catatan penting
ini disuarakan.
Dengan tidak menafikan berbagai praktek
tingkah laku yang diwariskan neo orde baru, masih banyak ditemukan para
reformis yang konsisten berjuang dan tetap kukuh dengan ide-ide perubahan.
Aktivis buruh, aktivis petani ataupun aktivis yang teriak dijalanan masih
banyak diwarnai para reformis. Mereka tetap mendengarkan suara yang tertindas,
berjuang mengangkat poster, jalan dari kampung ke kampung, mencoret kegelisahan
dengan membangun organisasi masyarakat sipil, bertarung dengan kekuasaan, suara
tetap nyaring dan masih rela berhujan panas melewati waktu. Mereka tersebar di
berbagai organisasi masyakarat sipil, menjadi wartawan, menjadi pokrol bambu,
menjadi pendamping masyarakat, menjadi relawan yang tiap hari bergelut dengan
persoalan rakyat. Mereka tenggelam dan terabaikan dari hiruk pikuk pemberitaan.
Mereka tersisihkan dari putaran zaman yang pragmatis dan sikap instant. Mereka
tetap konsisten dan rela berjuang mewujudkan cita-citanya. Mereka tersebar dari
sabang hingga merauke. Ada dalam setiap peristiwa penting Republik ini.
Tanpa mengabaikan dan tetap mengutuk sikap
pragmatisme dan sikap instant pelaku yang jauh menjunjung amanat reformasi,
mereka teriak dan selalu mengingatkan negara agar amanah menjalankan tugasnya.
Mereka tidak capek dan terus berjuang.
Dari titik inilah, sebenarnya asa
reformasi tetap disuarakan. Sembari bergandengan tangan dengan tetap berikrar.
Sembari mengingatkan dan tetap menjalankan
amanat reformasi, mereka yang terjebak dalam pusaran politik dan terlibat dalam
kasus-kasus korupsi, akan terlindas oleh putaran zaman dan terpental dari
seleksi alam dan sejarah, masih senantiasa harapan selalu kita kumandangkan
agar negeri ini akan lebih baik. Kita sebagai pelaku dan saksi sejarah putaran reformasi,
harus optimis dan menatap masa depan lebih baik.
Dimuat di Harian Jambi Ekspress, 23 Februari 2012
Dimuat di Harian Jambi Ekspress, 23 Februari 2012