16 Orang Dalang Perusak
Mapolsek
MUARABUNGO - Kerja keras Polres Bungo mengungkap dalang
kerusuhan dan pengrusakan kantor Polsek Tanah Sepenggal dan rumah anggota
polisi di Desa Lubuk Landai menemui titik terang. Setidaknya ada 16 warga yang
diduga menjadi otak kerusuhan tersebut. "Sudah ada beberapa yang mengarah
tersangka,” ujar Kapolres Bungo AKBP Budi Wasono.
Namun karena masih dalam tahap penyelidikan, Kapolres
belum bersedia mengungkap identitas 16 warga yang diduga kuat sebagai otak
penyerangan itu. Namun ditegaskannya, penetapan 16 calon tersangka ini
berdasarkan bukti-bukti yang kuat. "Selain bukti lapangan yang didapat
anggota kita, juga diperkuat dari keterangan saksi. Hingga kini telah 20 saksi yang kita mintai
keterangan," ujar Budi.
Polisi, katanya, tidak mau gegabah melakukan penahanan
terhadap 16 warga tersebut. Pendekatan persuasif dilakukan dengan melibatkan
tokoh masyarakat setempat. "Malam tadi kita telah kumpulkan tokoh
masyarakat, adat, pemuda dan lainnya," ujarnya. Ini dilakukan untuk teknis
proses hukum yang akan dilakukan sehingga tidak menimbulkan konflik baru.
"Warga takut kalau harus menjalani proses hukum dan juga disuruh mengganti
rugi. Kita telah jelaskan dan bahas soal itu dengan tokoh masyarakat. Kita juga
telah himbau agar menyerahkan diri secara baik-baik," ujarnya.
Yang jelas,
katanya, dilakukan pendekatan dan pemahaman dulu, kalau tidak juga, maka akan diambil
tindakan tegas dengan melakukan penangkapan.
Selain tindakan
hukum terhadap warga yang melakukan tindakan anarkis, Budi juga berjanji akan
memproses Asmawi, anggota polisi yang diduga melakukan penembakan terhadap warga.
Begitu juga dengan
AKP Afrizal, Kapolsek Tanah Sepenggal yang dinonaktifkan. Selaku pimpinan,
Afrizal harus bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan Asmawi itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Selasa (15/5) pekan lalu,
ribuan warga melakukan aksi anarkis di Desa Lubuk Landai, Kecamatan Tanah
Sepenggal. Massa merusak kantor polsek dan berlanjut dengan membakar rumah dan
lima ruko milik anggota polisi, Asmawi yang terletak sekitar 800 meter dari
mapolsek. Aksi brutal warga ini dipicu dengan tertembaknya paha Hamdan, warga
Tanah Bekali yang diduga dilakukan Asmawi. Penembakan itu bermula dari razia
PETI yang dilakukan Polsek.
Kades Tidak Tahu Keterlibatan Warganya
Kepala Desa Tanah Bekali Usman mengatakan, kondisi di
desanya sudah kondusif. Dia mengatakan, setelah aksi massa tersebut tidak ada
lagi gejolak.
Disinggung
keterlibatan warganya dalam aksi massa itu, Usman mengaku tidak tahu pasti.
Soalnya, selain tidak ada informasi yang diterimanya,
saat awal penyerangan hari Selasa (15/5) itu, dia tidak berada di Desa Tanah
Bekali. "Saya di Bungo, sore sekitar setengah enam baru sampai
rumah," katanya.
Dia mengaku terkejut begitu mengetahui aksi massa di Desa
Lubuk Landai. "Kejadian itu (perusakan dan pembakaran) di Lubuk Landai,
tapi nama desa kami yang jadi buruk," ujarnya.
Untuk proses hukum, dia menyerahkan sepenuhnya kepada
polisi. "Kalau merusak, tentu salah, tapi biarlah polisi menentukan siapa
yang salah," ujarnya.
Dia mengungkapkan Hamdan warganya yang tertembak sudah
pulang ke rumah. "Kalau pengobatannya sudah ada yang menanggung dari Bungo
(polisi, red). Ya sejak di rumah sakit itulah," katanya.
Usai tertembak, Hamdan dilarikan ke Puskesmas setempat,
kemudian dirujuk ke RSUD H Hanafi Muarabungo. Dia mengalami luka tembak di paha
kanan.
Polisi Periksa Puluhan Saksi
Di Sarolangun, sehari pascapembakaran basecamp perusahaan
perkebunan PT Jambi Agro Wijaya (JAW) oleh masyarakat asal Pemenang, setuasi
sudah membaik. Namun pihak kepolisian tetap berjaga-jaga di lokasi untuk
mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan.
Kapolres Sarolangun AKBP Satria Adhy Permana melalui
Kapolsek Air Hitam Aiptu Pujiarso mengatakan, sejauh ini, pihaknya telah
memeriksa 10 saksi untuk mencari siapa dalang ataupun provokator kerusuhan dan
pembakaran tersebut.
Seperti diketahui, kerusuhan akibat sengketa lahan
terjadi di Kabupaten Sarolangun. Sedikitnya 62 unit base camp milik PT JAW, di
dIvisi III Simpang Meranti Desa Mentawak Ulu, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten
Sarolangun, hangus dibakar massa.
Kejadian bermula saat massa yang berasal dari Pamenang,
Kabupaten Merangin (perbatasan Sarolangun) yang tergabung dalam kelompok tani
pada Sabtu (19/5) lalu, sekitar pukul 11.00, datang ke lokasi PT JAW. Massa
menuntut lahan yang selama ini mereka klaim lahan kelompok tani. Namun, PT JAW juga
mengklaim lahan itu adalah lahan HGU perusahaan.
Sempat terjadi pertengkaran antara massa yang menduduki
perusahaan dan sekuriti PT JAW.
Massa akhirnya membakar base camp perusahaan setelah
karyawan dan sekuriti perusahaan berlari meninggalkan lokasi.
Sementara itu, Humas PT JAW Matra candra berharap aparat
kepolisian bisa menindak tegas pelaku pembakaran. “Kita dirugikan miliaran
rupiah. Apapun alasanya
ini tidak dibenarkan,” ujarnya.
Bom Waktu yang Dibiarkan
Bentrok yang kerap terjadi mendapat sorotan dari pengamat
hukum Musri Nauli. Musri yang juga Advokat ini mengatakan bentrok atau
penyerangan yang terjadi merupakan bom waktu.
Potensi konflik itu sudah lama ada, namun tidak
diantisipasi pemerintah. “Saya sudah mengingatkan dari dahulu, potensi-potensi
konflik itu suatu saat akan meletus. Penyebabnya ya masalah perebutan lahan,
sumber daya alam, kemiskinan dan sosial,” katanya kepada Jambi Indepedent.
Saat ini, konflik yang ada sudah menyebar dan meluas ke
daerah-daerah secara merata.
Ditulis oleh
(swi/amu/pia)
Senin, 21 Mei 2012
09:35