Entah
mimpi atau lagi bingung, strategi Pemerintahan SBY-Boediono
menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Soekarno dan Hatta.
Pemberian ini kemudian menyentak alam bawah sadar rakyat Indonesia.
Indonesia kemudian sadar, ternyata Pengucap Ikrar Merdeka (Sang
Proklamator) baru diangerahi Gelar Pahlawan Nasional. Logikapun
terbanting. Daya pengetahuan publikpun terganggu. Konsentrasi
nasionalpun pecah.
Dari
kalkulasi manapun, sulit menerima kenyataan ketika ternyata Sang
Proklamator belum diberi gelar Pahlawan Nasional. Dua orang yang
“paling penting”, paling banyak dibicarakan sejarah, selalu
dirayakan setiap tahun, diperdengarkan lagu Indonesia Raya kemudian
disandingkan suara Proklamasi, photo Soekarno Hatta ternyata “belum
menjadi Pahlawan Nasional. Belum lagi jalan-jalan utama di kota-kota
(protokol) yang selalu pasti ada nama Jalan Soekarno Hatta. Bahkan
tahun 1984-pun, Bandara Internasional Indonesi telah resmi menjadi
Bandara Soekarno Hatta.
Mungkin
Sang Proklamator kurang “keren” dibandingkan beberapa pejabat
yang telah diberi gelar sebelumnya. Lihat bagaimana hampir setiap
pergantian rezim, selalu kemudian diberi Bintang Jasa kepada para
kroni lengkap dengan istrinya. Setiap pergantian rezim, entah
bagaimana prestasi diukur kemudian diberi penganugerahan gelar
Bintang jasa.
Tidak
perlu lagi analisis lebih jauh tentang peran Soekarno dan Hatta.
Literatur apapun tentang Sejarah Indonesia tidak mungkin menghapus
satu barispun tentang kiprah Soekarno Hatta dalam perjuangan mencapai
kemerdekaan, mengisi kemerdekaan maupun perang-perang gerilya
menghadapi agresi Belanda. Tidak ada satupun ahli sejarah yang
menghapuskan peran Soekarno Dan Hatta dalam kancah sejarah Indonesia.
Setiap literatur, catatan sejarah, ataupun perdebatan akademis tidak
lupa mencantumkan nama Sang Proklamator.
Ironi
Di Tengah Rakyat
Dalam
bukunya “Manusia Dalam Kemelut Sejarah”, berbagai kontroversi
memang tidak dapat dipisahkan dari peran Soekarno Hatta. Sebagai
bagian dari perjalanan panjang sejarah bangsa, berbagai peristiwa
penting di Indonesia, Soekarno dan Hatta salah satu figur kunci baik
sebelum maupun sesudah Kemerdekaan.
Dalam
perjalanan sebelum kemerdekaan, Soekarno dan Hatta merupakan salah
satu pejuang yang paling sering melewati dari penjara ke penjara.
Sukamiskin, Banda Naira, Bengkulu, adalah sebagian kecil dari catatan
kota-kota yang dilewati
Namum
pemberian dan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional memberikan
logika berfikir yang terbalik. Apakah selama 67 tahun Indonesia
merdeka, kemudian baru Indonesia mengakui peran Soekarno Hatta.
Apakah
secara politik, kontroversi Soekarno dalam peristiwa G 30 S/PKI atau
Hatta dalam PRRI sehingga negara belum mengakuinya. Atau memang ada
persoalan politik yang membuat negara belum memberikan ruang terhadap
pemberian gelar ?
Dalam
dimensi yang lain, gelar pahlawan nasional ini dipersoalkan sejarawan
Asvi Warman Adam. Pemberian gelar itu dinilai merendahkan
Soekarno-Hatta yang sudah mendapat gelar pahlawan proklamator, yang
merupakan gelar tertinggi.
Pemberian
gelar itu juga dituding menyalahi UU No 20/2009 karena gelar pahlawan
proklamator dalam UU itu disebutkan juga sebagai pahlawan nasional.
Pahlawan
di Tengah ketidakteladanan
Makna
simbolik dari kepahlawanan merupakan wujud nyata dari kiprah dan
dukungan nyata dari peran kepahlawanan. Kepahlawanan merupakan
keteladanan, kejujuran, keikhlasan, tanpa pamrih, mengutamakan
kepentingan diatas kepentingan pribadi. Kepahlawanan tidak dapat
dipisahkan dari sikap konsistensi, satu perbuatan dengan satu ucapan.
Sehingga
ketika seseorang diberi gelar kepahlawanan, maka berbagai sikap,
keteladanan bagian dari tidak terpisahkan.
Maka
makna kepahlawanan diberi kepada Soekarno dan Hatta ditengah
ketidakteladan bangsa Indonesia. Sehingga negara memberikan gelar
kepada Soekarno Hatta memberikan pelajaran keteladan kepada kita.
Terlepas
dari kontroversial dan polemik yang berkaitan pemberian gelar
Pahlawan nasional, peran Soekarno dan Hatta tidak dapat dipungkiri.
Kepahlawanan Soekarno dan Hatta sudah hidup dari relung hati rakyat
Indonesia. Dan simbol-simbol pemberian gelar Pahlawan nasional tidak
menghentikan dukungan, simpati terhadap diri Soekarno Hatta.