16 November 2012

opini musri nauli : PELAJARAN PENTING DARI JOKOWI


Berita menggembirakan dikabarkan dari Jakarta. Belum lama hitungan hari Jokowi dan Ahok dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta kemudian “mewujudkan” janjinya untuk memenuhi kartu Sehat dan Kartu Pintar. Kartu Sehat dan kartu Pintar merupakan janji Jokowi yang paling dinanti oleh masyarakat. Masyarakat percaya dengan Jokowi karena telah membuktikannya selama 8 tahun di Solo. Dengan janjinya itulah, kemudian masyarakat memilih dan kemudian membuktikan Jokowi menang dalam Pilkada DKI.


Kartu Sehat sebagai “card” untuk masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan Fasilitas kesehatan sama seperti Fasilitas kesehatan yang dirasakan golongan mampu. Pemerintah DKI kemudian yang memberikan “jaminan” dengan “menyiapkan” dana APBD DKI untuk rujukan Rumah Sakit yang ditunjuk. Pemerintah DKI juga “bekerjasama” dengan berbagai rumah sakit swasta. Beragam fasilitas kesehatan yang disediakan rumah sakit kemudian “memberikan” jaminan kepada golongan kurang mampu untuk menikmati fasilitas tanpa dibebani berbagai biaya-biaya yang tidak perlu, biaya yang mahal maupun biaya-biaya yang ditentukan sepihak rumah sakit tanpa mampu dibayarkan oleh masyarakat.
Sedangkan kartu pintar merupakan “card” untuk anak sekolah yang ingin sekolah di berbagai sekolah di Jakarta. Anak pintar akan mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak tanpa dibebani pikiran tidak mampu sekolah dengan “alasan” klise” tidak adanya biaya. Dan Pemerintah DKI “menjamin” agar seluruh biaya yang diperlukan akan “diurusi” oleh Pemerintah DKI

Secara akal sehat, yang disampaikan oleh Jokowi sederhana, murah dilaksanakan dan tepat sasaran. Jokowi kemudian “membuka” mata publik bagaimana program yang langsung menyentuh masyarakat harus menjadi tanggung jawab dari negara.

Dengan dilaksanakannya dua program mendasar yang telah dilaksanakan oleh Jokowi, maka sudah terjawab apa yang telah dipikirkan oleh rakyat selama ini. Negara memang tidak mau mengurus terhadap persoalan yang langsung menyentuh rakyat banyak. Negara tidak mau dan memang tidak mau mengurusi hak-hak yang mendasar. Hak-hak yang mendasar merupakan perjalanan panjang dan selalu diteriakkan.

Dan Jokowi kemudian menjawab dengan telak. Cukup anggaran mengurusi kesehatan dan pendidikan. Waktu kemudian tidak bisa dibantah. Memang negara tidak mau dan memang tidak mau mengurusi pendidikan dan kesehatan.