KASUS
meninggalnya Anggara Tiara dan bayi yang dikandungnya terus mendapat
perhatian dari sejumlah kalangan. Adanya dugaan unsur kelalaian dan
pembiaran menjadi sorotan publik.
Kemarin
(18/1), praktisi Hukum Jambi, Musri Nauli mencurigai ada unsur
pembiaran terhadap pasien, Tiara. “Ini bisa saja masuk dalam
kategori malpraktik,” tegasnya. Di dalam hukum, ada tiga kategori
malpraktik.
Pertama,
melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, kedua tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan. Ketiga, tidak melakukan sama sekali yang harus
dilakukan. “Nah, dalam kasus ini (Tiara), masuk kategori kedua,
yaitu tidak melakukan yang seharusnya dilakukan,” tegas Musri
Nauli, kemarin (18/1).
Menurut
dia, keluarga korban harus berani melaporkan kasus ini ke polisi.
“Biarkan polisi menyelidiki siapa yang bertanggung jawab,”
ujarnya. Ditambahkannya, kasus ini bisa saja mengarah ke dalam kasus
pembunuhan berencana dan hukumannya bisa hukuman mati. “Polisi pun
bisa menyelidiki ini meski tidak ada laporan dari korban, saya siap
menjelaskan ke polisi,” ujar Musri Nauli. “Hasil penyelidikan
polisi, nanti akan ketahuan siapa yang bertanggung jawab,”
pungkasnya.
Sementara
itu, keluarga Anggara Tiara, nampaknya tidak akan tinggal diam. Ayah
korban Bujang Atori akan menuntut Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher, jika tidak ada kejelasan dan tidak ada komitmen dari rumah
sakit untuk memperbaiki pelayanan untuk kedepannya.
Dia
mengaku kecewa dengan pihak rumah sakit yang mengatakan pelayanan dan
pertolongan yang diberikan pada anaknya sudah maksimal dan ditangani
dengan dokter.
”Saya sangat kecewa mendegar pengakuan dr herlambang
di media, katanya dia sudah tangani, sekarang saya mau nanya dia
nangani seperti apa, sampai anak saya pulang saja batang hidungnya
tidak ada,” kesalnya kemarin saat Jambi Independent mendatangi di
kediamannya.
Pascatiga
hari meninggalnya anaknya tersebut dirinya dan keluarga lainnya akan
berupaya bertemu dengan Gubernur Jambi Hasan Basri Agus. Dia
mengatakan, dirinya dan beberapa keluarga lainnya dan juga saksi akan
menceritakan kronologis kejadian yang membuat anak beserta cucunya
meninggal. ”Kalo soal mati itu memang tuhan yang mengatur, akan
tetapi dari segi pelayanan rumah sakit itu tuidak mencerminkan
layaknya rumah sakit milik pemerintah dan masyarakat. Kita akan
ceritakan semuanya,” sambungnya.
Ditegaskannya,
pasca pertemuan dengan orang nomor satu di Jambi yang akrab disapa
HBA, pihak rumah sakit tidak juga menyadari keteledoran dari segi
pelayanan, tidak menutup kemungkinan masalah ini akan berlanjut ke
ranah hukum. ”Selama kami di sana, pihak rumah sakit tidak ada
komunikasi dengan kami mau diapakan anak saya dengan kondisi seperti
itu. Bahkan mereka sibuk dengan sendrinya baik itu bercanda dan main
Hp, jika ditanya baru dijawab,” katanya.
Anehnya
lagi, lanjut Bujang yang didampingi keluarga yang lainnya, setelah
diketahui anaknya meninggal pada waktu itu, dokter yang ada pada
waktu itu dengan ciri tubuh sedikit gempal melarikan diri melalui
pintu belakang tanpa memberi keterangan. ”Dokter yang ada pada
waktu itu, kalo dak salah pakai baju cokelat, lari lewat belakang
dia, lewat taman-taman larinya,” ungkapnya dengan mengatakan, jika
bertemu dia masih sangat ingat dengan dokter itu.
Dalam
kesempatan itu, Bujang juga berharap banyak kepada DPRD yang
membidangi masalah ini untuk dapat menjadi penyambung lidah
masyarakat dan menyelesaikan permasalahan ini. Dia mendesak anggota
dewan untuk bertindak, agar tidak ada lagi masyarakat kecil atau
tidak mampu dibuat seperti yang mereka alami. “Cukuplah kami,
jangan ada lagi korban lain yang menyusul, kita semua tahu nyawa itu
Tuhan yang mengatur, akan tetapi yang namanya pelayanan dan juga
penanganan itu adalah tanggung jawab rumah sakit,” tegasnya.
Jambi
Independent, 19 Januari 2013
http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=17990:diduga-ada-unsur-pembiaran-terhadap-tiara&catid=7:sosial&Itemid=9