Dalam
sebuah media online, dikabarkan hari rabu kemarin merupakan kelahiran
540 tahun Copernicus. Momen ini sengaja disebarkan sebagai “kemajuan”
ilmu pengetahuan dan “penghormatan terhadap pemikiran” didalam
memandang tata surya.
Copernicus
dikenal sebagai ilmuwan ketika teori didalam bukunya "De
Revolutionibus Orbium Coelestium" atau "On the Revolution
of the Celestial Sphere". Teori ini menjungkir-balikkan
konsep tata surya. Padahal kaum agamawan telah “mematok” argumen
didalam memandang tata surya dimana, bumi sebagai poros tatasurya.
Bumi adalah pusat dari tatasurya. Sehingga matahari yang mengelilingi
bumi. Bukan bumi mengelilingi matahari.
Untuk
mendukung dalilnya, kaum agamawan mendasarkan kepada kitab-kitab
suci. Ajaran kitab suci telah menegaskan, kemuliaan manusia. Sehingga
alam seharusnya dikendalikan oleh manusia. Maka, bumi sebagai pusat
tata surya sebagai poros edar, dan semua tata surya mengelilingi
bumi. Sehingga tidak mungkin bumi mengelilingi matahari.
Copernicus
kemudian dengan teorinya berhasil membuktikan. Bumi yang mengelilingi
matahari. Teori ini kemudian “mengguncang” kaum agamawan.
Sehingga tidak pantas kaum ilmuwan “menentang” kaum agamawan.
Kaum agamawan “seakan-akan” dipermalukan. Kekuasaan terancam.
Wibawa agama menjadi turun. Sehingga ada “kesepakatan” untuk
“membungkam” Copernicus.
Namun
sebagai ilmu pengetahuan, Copernicus tetap konsisten untuk
menyampaikan kebenaran ilmu pengetahuan. Dan sejarah mencatat, teori
Copernicus menjadi pengetahuan yang tidak terbantahkan.
Peristiwa
ini sangat penting karena dengan menyampaikan kebenaran ilmu
pengetahuan, maka dunia menjadi terang. Ilmu pengetahuan tidak
terjebak dengan paradigma sempit “atas nama agama” yang justru
bertentangan dengan alam semesta.
Dimuat di Posmetro online, 23 Februari 2013
http://www.metrojambi.com/v1/home/kolom/15249-ilmu-pengetahuan-sebagai-jendela-dunia.html
Dimuat di Posmetro online, 23 Februari 2013
http://www.metrojambi.com/v1/home/kolom/15249-ilmu-pengetahuan-sebagai-jendela-dunia.html