21 Februari 2013

opini musri nauli : Ilmu Pengetahuan sebagai Jendela dunia




Dalam sebuah media online, dikabarkan hari rabu kemarin merupakan kelahiran 540 tahun Copernicus. Momen ini sengaja disebarkan sebagai “kemajuan” ilmu pengetahuan dan “penghormatan terhadap pemikiran” didalam memandang tata surya.

Copernicus dikenal sebagai ilmuwan ketika teori didalam bukunya "De Revolutionibus Orbium Coelestium" atau "On the Revolution of the Celestial Sphere". Teori ini menjungkir-balikkan konsep tata surya. Padahal kaum agamawan telah “mematok” argumen didalam memandang tata surya dimana, bumi sebagai poros tatasurya. Bumi adalah pusat dari tatasurya. Sehingga matahari yang mengelilingi bumi. Bukan bumi mengelilingi matahari.

Untuk mendukung dalilnya, kaum agamawan mendasarkan kepada kitab-kitab suci. Ajaran kitab suci telah menegaskan, kemuliaan manusia. Sehingga alam seharusnya dikendalikan oleh manusia. Maka, bumi sebagai pusat tata surya sebagai poros edar, dan semua tata surya mengelilingi bumi. Sehingga tidak mungkin bumi mengelilingi matahari.

Copernicus kemudian dengan teorinya berhasil membuktikan. Bumi yang mengelilingi matahari. Teori ini kemudian “mengguncang” kaum agamawan. Sehingga tidak pantas kaum ilmuwan “menentang” kaum agamawan. Kaum agamawan “seakan-akan” dipermalukan. Kekuasaan terancam. Wibawa agama menjadi turun. Sehingga ada “kesepakatan” untuk “membungkam” Copernicus.

Namun sebagai ilmu pengetahuan, Copernicus tetap konsisten untuk menyampaikan kebenaran ilmu pengetahuan. Dan sejarah mencatat, teori Copernicus menjadi pengetahuan yang tidak terbantahkan.

Peristiwa ini sangat penting karena dengan menyampaikan kebenaran ilmu pengetahuan, maka dunia menjadi terang. Ilmu pengetahuan tidak terjebak dengan paradigma sempit “atas nama agama” yang justru bertentangan dengan alam semesta.

Dimuat di Posmetro online, 23 Februari 2013
http://www.metrojambi.com/v1/home/kolom/15249-ilmu-pengetahuan-sebagai-jendela-dunia.html