MENJADI PRESIDEN ITU
GAMPANG
Saya teringat perkataan teman saya
dahulu tahun 1990-an. Menjadi Presiden itu gampang. Saya jadi
penasaran. “Kok gampang”, ujar saya. Saya kemudian berkerut
kening. Mengapa dia dengan mudah mengatakan menjadi Presiden itu
gampang.
Dia kemudian menerangkan. Menjadi
Presiden itu seperti kepala keluarga. Tentu saja ada anak yang
bandel. Ada anak yang rajin. Ada yang pemalas. Ada anak yang cumanya
minta uang.
Terus kepala rumah tangga
juga mengatur keuangan rumah tangga. Kapan harus beli beras, kapan
harus beli cabe. Kapan harus beli perabot. Kapan harus menabung.
Kapan harus jalan-jalan. Gampang khan ?
Hm.. Perumpamaan itu belum memuaskan
bagi saya.
Padahal didalam UUD 1945,
Indonesia yang mengikrarkan diri sebagai negara hukum (rechtstaat)
sudah mencantumkan dengan jelas berbagai jabatan Presiden. Baik
sebagai kepala negara maupun sebagai kepala Pemerintahan.
Sebagai kepala negara
tugasnya (1). Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim
konstintusi,
(2). Mangangkat duta dan konsul untuk negara lain
dengan pertimbangan DPR, (3). Menerima duta dari negara lain dengan
pertimbangan DPR,
(4). Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan
pertimbangan dari MA / Mahkamah Agung.
(5). Memberikan Amnesti dan
Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.
(6). Memegang
kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan
AL / Angkatan Laut.
(7). Menyatakan keadaan bahaya yang
syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang- Undang.
(8). Menyatakan
perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan DPR.
(9). Membuat perjanjian
yang menyangkut hajat hidup orang banyak, mempengaruhi beban keuangan
negara dan atau mengharuskan adanya perubahan / pembentukan
Undang-Undang harus dengan persetujuan DPR.
(10). Memberi gelar,
tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU dan
seterusnya.
Sedangkan sebagai kepala
Pemerintahan Secara umum kewenangan Presiden memegang kekuasaan
tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,
Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Presiden melakukan pembahasan persetujuan atas Rancangan
Undang-Undang bersama DPR serta mengesahkan Ranjangan Undang Undang
menjadi Undang-undang, Menetapkan Peraturan Pemerintah pengganti
Undang undang, Menetapkan peraturaan Pemerintah, Mengangkat dan
menghentikan Menteri-menteri, Menyatakan Keadaan Bahaya. Pokoknya
mengatur (regelling), mengurus (bestuur) urusan pemerintahan.
Dengan melihat kewenangan
Presiden baik sebagai Kepala Negara maupun sebagai Kepala
Pemerintahan, harus berkonsentrasi agar Indonesia tidak pecah seperti
Yugoslavia. Atau Rusia. Atau India yang kemudian pecah menjadi negara
Pakistan dan Bangladesh, harus bertanggungjawab terhadap wilayah
seluas 5 juta km2, mengurusi jumlah penduduk 250 juta orang, harus
mengamankan jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.508 buah.
Membangun toleransi 5 agama besar belum lagi 128 agama lokal, 300
etnik dan 746 bahasa daerah.
Presiden harus mengelola
APBN kita Rp1.600 triliun selain digunakan untuk pembangunan,
menyejahterakan masyarakat juga agar tidak dikorupsi
Terus mengapa dikatakan
mudah. Ah. Saya masih kesal dengan penjelasan itu. Dan bagi saya itu
masih mengganjal pikiran saya.
Terus mengapa di
Indonesia “memilih” Presiden seperti pemilihan
Idol-idolan. Mengapa masih banyak orang yang berminat untuk menjadi
Presiden. Mengapa partai-partai sibuk mempersiapkan 'putra
terbaiknya” untuk dipilih menjadi Presiden.
Terus apa hebatnya Jokowi
yang tetap unggul dalam berbagai lembaga survey sebagai calon
Presiden. Prestasinya sebagai Walikota Solo mungkin tidak seberat
dirasakan Walikota Surabaya Tri Rismaharini. APBD Surabaya tahun
2013 Kota Surabaya Rp 5,69 triliun. Bandingkan dengan APBD Solo hanya
1,3 trilyun.
Mengapa lembaga survey
masih menempatkan Jokowi sebagai calon Presiden yang paling populer
menggungguli kandidate lain seperti Prabowo, Aburizal Bakrie, Jusuf
Kalla, Mahfud, MD, Dahlan Iskan, Hatta Radjasa, Wiranto termasuk
Megawati,
Terus apa hebatnya. Saya masih terus
berfikir.
Apa istimewa dari “blusukan”
? Banyak kepala daerah yang juga melakukan itu.
Terus, apabila Solo maju dan bisa
menyelesaikan berbagai persoalan khan memang tugas Walikota. Tugasnya
Jokowi. Mengapa itu menjadi ukuran ?
Saya terus penasaran. Mengapa yang
dilakukan Jokowi menjadi sorotan media masa terus menerus (media
darling). Mengapa media darling kurang mengabarkan prestasi
Dahlan Iskan.
Saya menganggap prestasi Jokowi belum
diuji.
Namun saya menganggap
“cara” berkomunikasi, cara menyelesaikan persoalan membuat
Jokowi kemudian menjulang populer. Melejit “seperti bintang”.
Karena yang dilakukan
Jokowi “jarang” dilakukan oleh pejabat lain, maka Jokowi
menjadi trendsitter. Kita kemudian mengagung-agungkan pemimpin
yang mau mendengarkan. Mau menyelesaikan masalah rakyatnya tanpa
“mengeluh”. Tahu apa yang dirasakan oleh rakyat. Mengerti
kebutuhan rakyat. Mengerti persoalan rakyat.
Walaupun belum dapat
menyelesaikannya secara cepat, tapi rakyat sudah merasakan pemimpin
ada disamping. Pemimpin mau mendengarkan segala persoalan. Mau
mendengarkan semua masalahnya. Rakyat kemudian memberikan berbagai
ide untuk menyelesaikannya. Dan Jokowi kemudian “mau
mendengarkan” dan menyelesaikan masalah rakyat.
Hmm. Saya kemudian
menjadi mengerti. Ternyata menjadi pemimpin itu tidak sulit. Tidak
boleh berbohong kepada rakyat. Tidak boleh senang diatas penderitaan
rakyat. Terus memikirkan bagaimana menyelesaikan persoalan rakyat.
Dan sayapun kemudian setuju dengan
ucapan teman saya. Menjadi Presiden itu gampang.