25 Agustus 2013

opini musri nauli : MENJADI PRESIDEN ITU GAMPANG


MENJADI PRESIDEN ITU GAMPANG

Saya teringat perkataan teman saya dahulu tahun 1990-an. Menjadi Presiden itu gampang. Saya jadi penasaran. “Kok gampang”, ujar saya. Saya kemudian berkerut kening. Mengapa dia dengan mudah mengatakan menjadi Presiden itu gampang.


Dia kemudian menerangkan. Menjadi Presiden itu seperti kepala keluarga. Tentu saja ada anak yang bandel. Ada anak yang rajin. Ada yang pemalas. Ada anak yang cumanya minta uang.

Terus kepala rumah tangga juga mengatur keuangan rumah tangga. Kapan harus beli beras, kapan harus beli cabe. Kapan harus beli perabot. Kapan harus menabung. Kapan harus jalan-jalan. Gampang khan ?

Hm.. Perumpamaan itu belum memuaskan bagi saya.

Padahal didalam UUD 1945, Indonesia yang mengikrarkan diri sebagai negara hukum (rechtstaat) sudah mencantumkan dengan jelas berbagai jabatan Presiden. Baik sebagai kepala negara maupun sebagai kepala Pemerintahan.

Sebagai kepala negara tugasnya (1). Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi,
(2). Mangangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR, (3). Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR, 
(4). Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA / Mahkamah Agung.
(5). Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.
(6). Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan AL / Angkatan Laut.
(7). Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang- Undang.
(8). Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.
(9). Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak, mempengaruhi beban keuangan negara dan atau mengharuskan adanya perubahan / pembentukan Undang-Undang harus dengan persetujuan DPR.
(10). Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU dan seterusnya.

Sedangkan sebagai kepala Pemerintahan Secara umum kewenangan Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan persetujuan atas Rancangan Undang-Undang bersama DPR serta mengesahkan Ranjangan Undang Undang menjadi Undang-undang, Menetapkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang undang, Menetapkan peraturaan Pemerintah, Mengangkat dan menghentikan Menteri-menteri, Menyatakan Keadaan Bahaya. Pokoknya mengatur (regelling), mengurus (bestuur) urusan pemerintahan.

Dengan melihat kewenangan Presiden baik sebagai Kepala Negara maupun sebagai Kepala Pemerintahan, harus berkonsentrasi agar Indonesia tidak pecah seperti Yugoslavia. Atau Rusia. Atau India yang kemudian pecah menjadi negara Pakistan dan Bangladesh, harus bertanggungjawab terhadap wilayah seluas 5 juta km2, mengurusi jumlah penduduk 250 juta orang, harus mengamankan jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.508 buah. Membangun toleransi 5 agama besar belum lagi 128 agama lokal, 300 etnik dan 746 bahasa daerah.

Presiden harus mengelola APBN kita Rp1.600 triliun selain digunakan untuk pembangunan, menyejahterakan masyarakat juga agar tidak dikorupsi

Terus mengapa dikatakan mudah. Ah. Saya masih kesal dengan penjelasan itu. Dan bagi saya itu masih mengganjal pikiran saya.

Terus mengapa di Indonesia “memilih” Presiden seperti pemilihan Idol-idolan. Mengapa masih banyak orang yang berminat untuk menjadi Presiden. Mengapa partai-partai sibuk mempersiapkan 'putra terbaiknya” untuk dipilih menjadi Presiden.

Terus apa hebatnya Jokowi yang tetap unggul dalam berbagai lembaga survey sebagai calon Presiden. Prestasinya sebagai Walikota Solo mungkin tidak seberat dirasakan Walikota Surabaya Tri Rismaharini. APBD Surabaya tahun 2013 Kota Surabaya Rp 5,69 triliun. Bandingkan dengan APBD Solo hanya 1,3 trilyun.

Mengapa lembaga survey masih menempatkan Jokowi sebagai calon Presiden yang paling populer menggungguli kandidate lain seperti Prabowo, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, Mahfud, MD, Dahlan Iskan, Hatta Radjasa, Wiranto termasuk Megawati,

Terus apa hebatnya. Saya masih terus berfikir.

Apa istimewa dari “blusukan” ? Banyak kepala daerah yang juga melakukan itu.

Terus, apabila Solo maju dan bisa menyelesaikan berbagai persoalan khan memang tugas Walikota. Tugasnya Jokowi. Mengapa itu menjadi ukuran ?

Saya terus penasaran. Mengapa yang dilakukan Jokowi menjadi sorotan media masa terus menerus (media darling). Mengapa media darling kurang mengabarkan prestasi Dahlan Iskan.

Saya menganggap prestasi Jokowi belum diuji.

Namun saya menganggap “cara” berkomunikasi, cara menyelesaikan persoalan membuat Jokowi kemudian menjulang populer. Melejit “seperti bintang”.

Karena yang dilakukan Jokowi “jarang” dilakukan oleh pejabat lain, maka Jokowi menjadi trendsitter. Kita kemudian mengagung-agungkan pemimpin yang mau mendengarkan. Mau menyelesaikan masalah rakyatnya tanpa “mengeluh”. Tahu apa yang dirasakan oleh rakyat. Mengerti kebutuhan rakyat. Mengerti persoalan rakyat.

Walaupun belum dapat menyelesaikannya secara cepat, tapi rakyat sudah merasakan pemimpin ada disamping. Pemimpin mau mendengarkan segala persoalan. Mau mendengarkan semua masalahnya. Rakyat kemudian memberikan berbagai ide untuk menyelesaikannya. Dan Jokowi kemudian “mau mendengarkan” dan menyelesaikan masalah rakyat.

Hmm. Saya kemudian menjadi mengerti. Ternyata menjadi pemimpin itu tidak sulit. Tidak boleh berbohong kepada rakyat. Tidak boleh senang diatas penderitaan rakyat. Terus memikirkan bagaimana menyelesaikan persoalan rakyat.

Dan sayapun kemudian setuju dengan ucapan teman saya. Menjadi Presiden itu gampang.