18 Agustus 2013

opini musri nauli : SAYA TIDAK MENDUKUNG MESIR, KARENA .... ????


SAYA TIDAK MENDUKUNG MESIR, KARENA.... ???


Akhir-akhir ini media massa cukup “intensif” memberitakan “krisis” politik yang terjadi di Mesir. Presiden Muhammad Mursi yang kemudian “dikudeta” oleh Militer Mesir mendapatkan perlawanan dari pendukung Mursi yang sebagian besar dari Ikhwanul Muslimin.


Krisis politik kemudian berlanjut. Pemberitaan yang cukup intensif kemudian mewarnai pemberitan nasional.
Dukungan internasionalpun beragam. Negara-negara Arab mendukung pernyataan Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz yang mendukung pemerintah Mesir memerangi "terorisme". Baik Kuwait, Jordania, UEA, Bahrain telah menyatakan sikapnya.

Sementara Jerman justru “cemas” dengan keadaan krisis politik di Mesir.

Di Indonesia, demonstrasi untuk mendukung Mesir terus disuarakan berbagai kalangan di berbagai wilayah. Dukungan diberikan kepada Presiden “terguling” Mursi digemakan. Dukungan ini bertujuan agar Indonesia mempunyai sikap politik terhadap Mesir.

Sementara Jumlah korban terus bertambah. Ikhwanul Muslimin menyebutkan korban jiwa 2.000 lebih namun pemerintah mengatakan 525 orang.

Melihat pemberitaan “massif” di Mesir, maka harus disepakati bentuk dukungan kepada Mesir.

Pertama. Dasar dukungan. Apa dasar dukungan kepada Mesir ?. Dalam berbagai pemberitaan, dukungan kepada Mesir disebabkan karena Mesir pernah mendukung awal Kemerdekaan. Sebagai kajian sejarah, itu memang penting untuk disampaikan.

Namun yang terlupakan oleh penyampai gagasan, dukungan Mesir kepada Indonesia pada awal kemerdekaan, karena Indonesia berada dalam kekuasaan kolonial Belanda. Artinya dukungan itu diberikan karena memang Indonesia berada dalam penjajahan dan hendak merdeka.

Sementara krisis di Mesir bukanlah “persoalan” Mesir hendak merdeka lepas dari penjajahan. Persoalan Mesir adalah karena persoalan demokrasi yang “kemudian” dikudeta oleh militer. Cara-cara ini tentu saja kita harus lawan.

Kejadian ini mirip ketika Miyanmar. Hasil Pemilu tahun 1991 kemudian menganulir terhadap Aung San Suu Kyi. Aung San Suu Kyi memenangi 82 persen suara namun hasil pemilu ini tidak diakui rezim militer yang berkuasa.
Pertanyaan selanjutnya ? Apakah adanya dukungan “massif” juga kita sampaikan terhadap Miyanmar ?

Kedua. Jumlah korban di Mesir. Betul ada pembantaian terhadap penduduk sipil. Pembantaian dalam kancah negara modern tidak dapat dibenarkan. Cara ini harus diselesaikan dalam Mahkamah Internasional. Pembuktian kasus ini tentu akan mudah, selain memang bukti-bukti sudah banyak dan perlu diverifikasi, di zaman sekarang, pasti tidak memakan waktu terlalu lama.

Namun, jumlah korban di Mesir apabila kita bandingkan dengan jumlah arus mudik saja, tentu saja kita harus “memprioritaskan” dukungan kepada korban rakyat Indonesia. Padahal sebanyak 630 pemudik meninggal dunia hingga H+5 Hari Raya Idul Fitri
Mengapa “energi” yang begitu besar tidak kita “kerahkan” mengkritik Pemerintah yang sampai sekarang tidak pernah “meminta maaf” kepada Rakyat Indonesia karena banyaknya korban di arus mudik tahun ini saja.

Mengapa kita tidak pernah “teriak' kepada Pemerintah dalam korban kasus Tsunami di Aceh, Padang, Yogyakarta ?

Ketiga. Dukungan kita karena disana sebagai sesama muslim. Mengapa Kita tidak mengutuk “pembunuhan” yang dilakukan oleh Taliban di Afganistan ? Mengapa kita tidak mengutuk korban ketika Amerika dan Sekutunya “menghabisi” Saddam Husein ? Mengapa kita tidak mengutuk “korban” pembantaian di Suriah ? Mengapa kita tidak mengutuk “jumlah” umat islam yang berbagai negara jazirah arab ? Apakah kita membenarkan pembunuhan itu ? Mengapa Kita ambigu ? Mengapa kita memilih-milih siapa yang kita kutuk dan siapa yang kita diamkan ?

Keempat. Mengapa kita hanya memberikan dukungan kepada Mesir namun tidak memberikan dukungan kepada negara lain ?

Dengan melihat bentuk dukungan, maka kita harus “meluruskan” dulu dukungan kita. Jangan terjebak 'sesat”, pragmatis dan jangka “pendek”.

Dukungan kita harus berangkat dari nilai-nilai kemanusiaan. Dukungan kita harus sama terhadap pelanggaran nilai-nilai demokrasi. Dukungan juga harus kita berikan dan diperlakukan sama. Contohnya seperti Miyanmar,

Dengan demikian, maka kita mendukung Mesir bukan karena Mesir pernah mendukung kita awal kemerdekaan. Kita mendukung Mesir bukan karena disana Penduduknya beragama islam. Kita mendukung Mesir karena memang terjadinya “pembantaian'. Karena disana Presiden yang “dipilih” secara demokratis kemudian di kudeta.

Apabila anda sepakat dengan pemikiran saya, saya akan mendukung dan mengutuk pembantaian dan krisis di Mesir. Namun apabila masih menyodorkan dengan dalil yang telah disampaikan, maaf saja. Saya mungkin lebih prihatian terhadap korban di Indonesia.

Biarlah di krisis Mesir diselesaikan oleh waktu. Mereka punya cara untuk “menyelesaikan” krisis politik disana. Biarlah “pembantaian” di Mesir diselesaikan melalui Mahkamaha Internasional.

Sekali lagi saya hanya prihatin terhadap korban di Indonesia.