SAYA TIDAK MENDUKUNG
MESIR, KARENA.... ???
Akhir-akhir ini media
massa cukup “intensif” memberitakan “krisis”
politik yang terjadi di Mesir. Presiden Muhammad Mursi yang kemudian
“dikudeta” oleh Militer Mesir mendapatkan perlawanan dari
pendukung Mursi yang sebagian besar dari Ikhwanul Muslimin.
Krisis politik kemudian berlanjut.
Pemberitaan yang cukup intensif kemudian mewarnai pemberitan
nasional.
Dukungan internasionalpun
beragam. Negara-negara Arab mendukung pernyataan Raja Arab Saudi
Abdullah bin Abdul Aziz yang mendukung pemerintah Mesir memerangi
"terorisme". Baik Kuwait, Jordania, UEA, Bahrain
telah menyatakan sikapnya.
Sementara Jerman justru “cemas”
dengan keadaan krisis politik di Mesir.
Di Indonesia, demonstrasi
untuk mendukung Mesir terus disuarakan berbagai kalangan di berbagai
wilayah. Dukungan diberikan kepada Presiden “terguling”
Mursi digemakan. Dukungan ini bertujuan agar Indonesia mempunyai
sikap politik terhadap Mesir.
Sementara Jumlah korban
terus bertambah. Ikhwanul Muslimin menyebutkan korban jiwa 2.000
lebih namun pemerintah mengatakan 525 orang.
Melihat pemberitaan
“massif” di Mesir, maka harus disepakati bentuk dukungan
kepada Mesir.
Pertama. Dasar dukungan.
Apa dasar dukungan kepada Mesir ?. Dalam berbagai pemberitaan,
dukungan kepada Mesir disebabkan karena Mesir pernah mendukung awal
Kemerdekaan. Sebagai kajian sejarah, itu memang penting untuk
disampaikan.
Namun yang terlupakan
oleh penyampai gagasan, dukungan Mesir kepada Indonesia pada awal
kemerdekaan, karena Indonesia berada dalam kekuasaan kolonial
Belanda. Artinya dukungan itu diberikan karena memang Indonesia
berada dalam penjajahan dan hendak merdeka.
Sementara krisis di Mesir
bukanlah “persoalan” Mesir hendak merdeka lepas dari
penjajahan. Persoalan Mesir adalah karena persoalan demokrasi yang
“kemudian” dikudeta oleh militer. Cara-cara ini tentu saja
kita harus lawan.
Kejadian ini mirip ketika
Miyanmar. Hasil Pemilu tahun 1991 kemudian menganulir terhadap Aung
San Suu Kyi. Aung San Suu Kyi memenangi 82 persen suara namun hasil
pemilu ini tidak diakui rezim militer yang berkuasa.
Pertanyaan selanjutnya ?
Apakah adanya dukungan “massif” juga kita sampaikan terhadap
Miyanmar ?
Kedua. Jumlah korban di
Mesir. Betul ada pembantaian terhadap penduduk sipil. Pembantaian
dalam kancah negara modern tidak dapat dibenarkan. Cara ini harus
diselesaikan dalam Mahkamah Internasional. Pembuktian kasus ini tentu
akan mudah, selain memang bukti-bukti sudah banyak dan perlu
diverifikasi, di zaman sekarang, pasti tidak memakan waktu terlalu
lama.
Namun, jumlah korban di
Mesir apabila kita bandingkan dengan jumlah arus mudik saja, tentu
saja kita harus “memprioritaskan” dukungan kepada korban
rakyat Indonesia. Padahal sebanyak 630 pemudik meninggal dunia hingga
H+5 Hari Raya Idul Fitri
Mengapa “energi”
yang begitu besar tidak kita “kerahkan” mengkritik
Pemerintah yang sampai sekarang tidak pernah “meminta maaf”
kepada Rakyat Indonesia karena banyaknya korban di arus mudik tahun
ini saja.
Mengapa kita tidak pernah
“teriak' kepada Pemerintah dalam korban kasus Tsunami di
Aceh, Padang, Yogyakarta ?
Ketiga. Dukungan kita
karena disana sebagai sesama muslim. Mengapa Kita tidak mengutuk
“pembunuhan” yang dilakukan oleh Taliban di Afganistan ?
Mengapa kita tidak mengutuk korban ketika Amerika dan Sekutunya
“menghabisi” Saddam Husein ? Mengapa kita tidak mengutuk
“korban” pembantaian di Suriah ? Mengapa kita tidak mengutuk
“jumlah” umat islam yang berbagai negara jazirah arab ? Apakah
kita membenarkan pembunuhan itu ? Mengapa Kita ambigu ? Mengapa kita
memilih-milih siapa yang kita kutuk dan siapa yang kita diamkan ?
Keempat. Mengapa kita
hanya memberikan dukungan kepada Mesir namun tidak memberikan
dukungan kepada negara lain ?
Dengan melihat bentuk
dukungan, maka kita harus “meluruskan” dulu dukungan kita.
Jangan terjebak 'sesat”, pragmatis dan jangka “pendek”.
Dukungan kita harus
berangkat dari nilai-nilai kemanusiaan. Dukungan kita harus sama
terhadap pelanggaran nilai-nilai demokrasi. Dukungan juga harus kita
berikan dan diperlakukan sama. Contohnya seperti Miyanmar,
Dengan demikian, maka
kita mendukung Mesir bukan karena Mesir pernah mendukung kita awal
kemerdekaan. Kita mendukung Mesir bukan karena disana Penduduknya
beragama islam. Kita mendukung Mesir karena memang terjadinya
“pembantaian'. Karena disana Presiden yang “dipilih”
secara demokratis kemudian di kudeta.
Apabila anda sepakat
dengan pemikiran saya, saya akan mendukung dan mengutuk pembantaian
dan krisis di Mesir. Namun apabila masih menyodorkan dengan dalil
yang telah disampaikan, maaf saja. Saya mungkin lebih prihatian
terhadap korban di Indonesia.
Biarlah di krisis Mesir diselesaikan oleh waktu. Mereka punya cara untuk “menyelesaikan” krisis politik disana. Biarlah “pembantaian” di Mesir diselesaikan melalui Mahkamaha Internasional.
Sekali lagi saya hanya
prihatin terhadap korban di Indonesia.