28 September 2013

opini musri nauli : Fahruddin Saudagar - Sang Inspirasi - In Memoriam


Rasanya kaget dan terharu mendengar kabar meninggalnya Fahruddin Saudagar. Kaget karena masih banyak pekerjaan yang belum selesai dikerjakan oleh Fahruddin Saudagar. Terharu karena disaat kita memerlukan akademisi yang tekun menulis tentang sejarah Jambi.
Secara pribadi, saya mengenal beliau sebagai salah satu dosen matakuliah di semester awal. Mata kuliah awal biasa dikelompokkan mata kuliah yang dikenal dengan istilah “mata kuliah Dasar Umum”. Beliau mengajarkan mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Mata kuliah ini mengenalkan hakekat arti kemanusiaan, arti cinta kasih, arti toleransi. Dengan mata kuliah ini, kemudian mahasiswa diharapkan dapat menggunakan ilmu pengetahuan yang didapatkan agar tetap menjunjung hakekat kemanusiaan.

Setelah menyelesaikan mata kuliah, interaksi penulis hampir praktis tidak mengikuti perjalanan beliau. Penulis hanya mengetahui, Almarhum salah satu panelis dalam acara penting “Seminar Nasional Candi Muara Jambi” tahun 1992. Fahruddin Saudagar membawakan makalah yang berpendapat, Candi Muara Jambi merupakan pusat kerajaan Sriwijaya.

Setelah itu, penulis hanya mengetahui, almarhum banyak membicarakan sejarah Jambi, sejarah kepahlawanan Sultan Thaha dan Candi Muara Jambi.

Sekitar 2 tahun yang lalu, almarhum mendatangi Walhi Jambi. Almarhum meminta Walhi Jambi ikut dan aktif melakukan pembelaan terhadap tanah-tanah yang digunakan sebagai stock file batubara di areal Candi Muara Jambi. Diskusi kami berlanjut. Penulis mengagumi terhadap kegigihan almarhum yang terus melakukan penelitian terhadap candi-candi yang belum banyak digali di kawasan Candi Muara Jambi.

Candi Muara Jambi

Peran almarhum tidak dapat dipisahkan dari perjuangan menetapkan candi Muara Jambi sebagai pusat Sriwijaya. Sebagai perjuangan yang panjang, harus diakui, penetapan Candi Muara Jambi sebagai pusat Sriwijaya akan merobah catatan sejarah tentang pusat Sriwijaya.

Dalam polemic mengenai candi Muara Jambi, wacana tentang Candi Muara Jambi masih menimbulkan polemic. Pemikiran pertama, Candi Muara Jambi adalah pusat Sriwijaya. Pemikiran ini didasarkan besar dan luasnya kawasan candi Muara Jambi. Dalam berbagai sumber disebutkan, luas kawasan candi Muara Jambi mencapai 2000 hektar membuktikan, Kawasan Candi Muara Jambi merupakan kerajaan besar.

Dengan jernih, almarhum menerangkan pendapatnya baik dilihat dari catatan I-itsing maupun berbagai bukti-bukti geologi. Bahkan kekaguman penulis, almarhum dengan baik menerangkan berbagai candi-candi dalam kawasan Candi Muara Jambi.

Pemikiran ini sudah banyak didukung oleh bukti-bukti yang kuat. Bahkan tim Riset UI pertengahan tahun lalu sudah mendukung penetapan kawasan Candi Muara Jambi sebagai pusat Sriwijaya.

Pemikiran kedua. Kawasan Candi Muara Jambi merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya. Sedangkan pemikiran ketiga, kawasan Candi Muara Jambi merupakan Kerajaan Melayu Jambi yang tidak ada hubungan dengan kerajaan Sriwijaya.

Baik pemikiran pertama, pemikiran kedua maupun pemikiran ketiga masing-masing didukung dengan berbagai alas an. Penulis tidak berpolemik apakah pemikiran pertama, atau pemikiran kedua atau pemikiran yang ketiga yang paling baik. Namun ketiga pemikiran itu menyepakati, kawasan candi Muara Jambi merupakan kerajaan besar pada abad VI. Sebagai pusat dari pendidikan agama Budha, harus diakui luasnya kawasan Candi Muara Jambi merupakan kerajaan besar yang tidak boleh dipandang sebelah mata.

Penjelasan dari Almarhum membuat penulis menghormati almarhum, baik karena kegigihan untuk menggali berbagai catatan penting maupun kukuh menyatakan kawasan Candi Muara Jambi sebagai pusat kerajaan Sriwijaya.

Sultan Thaha

Almarhum juga dengan baik menceritakan tentang kepahlawanan Sulthan Thaha. Baik Sulthan Thaha sebagai Raja Islam yang berasal dari Turki maupun perjuangan Sulthan Thaha yang gigih melawan penjajahan Belanda .

Sebagai bacaan sejarah, penjelasan dari almarhum dapat memberikan informasi penting dari perjalanan sejarah Sultan Thaha. Tentu saja mengenai Sultan Thaha masih harus dibuktkan dengan berbagai bukti-bukti pendukung. Masih banyak yang harus digali tentang sejarah kepahlawanan. Namun penjelasan dari Almarhum cukup membantu sebagai navigasi untuk melihat sejarah panjang Sultan Thaha.

Kegigihan dan konsistensi dari almarhum terus menggali sejarah kawasan Muara Jambi harus diakui. Kegigihan itu terus menginspirasi dan menjadi bahan bagi renungan terutama bagi penulis. Kegigihan dari almarhum merupakan inspirasi agar perjuangan rakyat Jambi yang memperjuangkan pusat Sriwijaya terus ditularkan. Dan kegigihan dari almarhum mampu menginspirasi bagi kita semua.

Kabar duka yang penulis terima pada sore hari, harus dapat dipergunakan sebagai bahan untuk terus memperjuangkan kawasan Candi Muara Jambi sebagai pusat Sriwijaya. Perjuangan itu terus menerus.

Namun yang pasti kawasan candi Muara Jambi di tengah ancaman stock file harus diproteksi.  Dan tugas kita meneruskan cita-cita almarhum.

Dimuat di Jambi Ekspress, 27 September 2013