Seakan tidak percaya,
ketika penulis mendapatkan kabar meninggalnya A. Shomad. Kekagetan
penulis disebabkan selain usia almarhum yang masih relatif muda dan
masih banyak yang dilakukan, penulis sama sekali tidak pernah
mendengar almarhum mengalami penyakit yang lama. Sehingga kekagetan
itu sama sekali di luar dugaan.
Penulis mendengar kabar
meninggalnya almarhum dari status Facebook Lily Widya Watir yang
merupakan teman satu angkatakan kuliah. Penulis mengetahui bahwa Lily
Widya Watir merupakan adik ipar dari Almarhum.
Namun karena dalam
mobilitas tinggi, sulitnya akses internet, tulisan ini belum sempat
disusun. Selain itu juga penulis harus menggali memori untuk
menceritakan tentang almarhum.
Aktivis Yang Kritis
Pertemuan dengan almarhum
ketika awal-awal reformasi. Kesan pertama ketika bertemu dengan A.
Shomad adalah aktivitis yang kritis. Dikatakan aktivis akan mudah
ditandai dengan daypack di bahu, celana sedikit santai, kemeja dengan
lengan digulung. Dikatakan kritis, karena setiap pernyataan akan
selalu menyentak, diluar dugaan, melihat segala sesuatu dari sudut
masyarakat.
Pernyataannya konsisten.
Dan kita selalu diingatkan “akan pentingnya pelayanan pejabat
publik kepada masyarakat”.
Konsistennya terus
menerus diterapkan. Baik didalam pertemuan-pertemuan, sebagai
moderator, berbagai tulisan dan buku yang dihasilkannya.
Sebagai aktivis yang
kritis, almarhum menguasai detail data-data, mempunyai konsep yang
terukur, solusi yang kongkrit dan tentu saja melihat dari sudut
pandang yang obyektif.
Sebagai aktivis yang
kritis, almarhum terus menerus menyuarakan issu-isu modern seperti
“good goverment, transparansi, akuntabilitas, partisipasi publik.
Issu-issu itu yang menjadi pisau analisis dalam setiap pilkada, dalam
mengukur kinerja Kepala Daerah, kinerja pelayanan publik. Issu-issu
ini yang membuat almarhum sedikit berbeda dengan kalangan aktivis
lainnya yang mengusung tema seperti “kedaulatan rakyat, demokrasi,
pemilu, korupsi, KKN” dan sebagainya.
Dengan tekun, almarhum
mengusung nilai-nilai dan issu modern baik di kelembagaan maupun
berbagai tulisannya.
Aktivis Yang Idealis
Sebagai aktivis, Almarhum
sudah mempersiapkan diri dengan baik. Lembaga yang didirikan sebagai
lembaga “think tank” konsep pembangunan, penguasaan data membuat
almarhum dilirik berbagai kalangan untuk mendapatkan input terhadap
sebuah issu. Belum lagi ketekunan membuat opini di media massa,
memberikan tanggapan terhadap berbagai issu politik, menulis buku
membuat almarhum bisa “survive” dalam pertarungan. Belum lagi
jaringan yang luas dari berbagai kalangan.
Sebagai aktivis, almarhum
sedikit orang yang “mampu bertahan”. Selain ketekunan issu yang
diusung, membaca dinamika politik, mempunyai jaringan yang luas, juga
keuletan menulis berbagai buku. Baik buku dalam pandangan politik,
ekonomi, tokoh maupun issu-issu kontemporer.
Interaksi penulis hanya
dalam pertemuan-pertemuan. Selain memang dunia almarhum yang bergerak
di dunia ekonomi dan management, dunia yang berbeda dengan penulis,
almarhum sudah menekuni profesinya dengan baik. Sehingga dalam
berbagai event-event penting, pertemuan dengan penulis.
Dalam perkembangannya,
penulis menghormati almarhum, selain kaya data, menguasai issu, tekun
menulis baik buku dan opini, almarhum jago berdebat apabila bertemu
dengan pejabat. Dengan enteng, sambil memaparkan slide yang telah
disusun, almarhum bisa dengan mudah menjelaskan berbagai kesalahan
dan menunjukkan berbagai janji-janji yang belum dipenuhi. Biasanya
setelah pemaparan dari almarhum, kita bertepuk tangan dan almarhum
paling-paling mengucapkan terima kasih.
Penulis hanya mengikuti
perkembangan almarhum dari pembicaraan teman-teman atau media massa.
Prestasi seperti anggota KPU Kota, Dewan Pendidikan Propinsi
membuktikan jaringan yang telah dibangun almarhum. Belum lagi
almarhum bertindak berbagai supervisi program management. Almarhum
selalu “rajin merawat jaringan”, sebuah cara yang penulis kurang
tekun menjalaninya.
Berita dari media massa
seakan-akan mengabarkan. Almarhum meninggalkan kita.
Terlalu muda dan terlalu
cepat kepergian beliau. Masih banyak cerita kami yang belum
dikerjakan. Masih banyak keinginan yang belum dikabulkan.
Penulis kehilangan teman
diskusi kritis. Penulis kehilangan teman yang tekun bekerja.
Semoga prestasi yang
ditoreh oleh almarhum dapat menginspirasi kita. Sebagai generasi yang
menjadi pelaku dan saksi dari proses reformasi.
Dimuat Harian Jambi Independent, 3 Desember 2013
Dimuat Harian Jambi Independent, 3 Desember 2013