01 Desember 2013

opini musri nauli : PERLAWANAN AKHIR NOVEMBER 2013


PERLAWANAN AKHIR NOVEMBER 2013

Hari ini pesan sudah kami sampaikan.
Kami tidak mau tertindas.
Kami Melawan.
Agar generasi setelah kami tidak merasakan nasib seperti kami
Sungai Bungur, 30 November 2013



Kata-kata itu diteriakkan oleh Imron.
Kata-kata itu menggelegar. Menggetarkan bumi. Kata-kata itu sudah lama ingin diteriakkan sejak tahun 2004.

Ya. Sejak tahun 2004. berbagai skenario, kongkalikong, muslihat, tipu-daya, terus menerus dilakukan terhadap masyarakat Sungai Bungur.

Konflik lahan yang terjadi di Desa Sungai Bungur Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muara Jambi, dimulai semenjak Pihak PT. Puri Hijau Lestari (perusahaan perkebunan kelapa sawit) melakukan penebangan pohon-pohon yang berada dilokasi pada tahun 1999. Sedangkan dokumen atau surat izin lokasi yang seharusnya masyarakat memilikinya, sampai saat ini belum juga dimiliki oleh masyarakat ataupun aparat desa Sungai Bungur.

Berdasarkan Surat penyerahan lahan tertanggal 4 september 2004, pihak PT. PHL telah menyerahkan lahan seluas 1200 hektar kepada masyarakat Desa Sungai Bungur. Namun sampai saat ini, pihak PT. PHL baru menyerahkan lahan seluas 975 hektar kepada masyarakat selebihnya seluas 225 hektar belum dikembalikan. Masyarakat Desa sungai Bungur sudah melakukan beberapa upaya untuk mendapatkan haknya, namun sampai saat ini belum ada pihak manapun yang bisa mendorong dan menekan PT. PHL untuk segera mengembalikan kekurangan lahan yang harus dikembalikan kepada masyarakat Desa sungai bungur.

Mereka terus berjuang. Berbagai instansi Pemerintah sudah didatangi. Ke Camat, DPRD kabupaten, BPN, Komnas HAM, DPR-RI.

Namun gemanya sunyi. Suara mereka tertelan oleh angin yang terus pergi entah kemana. Merekapun sadar. Mereka harus bersatu. Mereka harus merapatkan barisan.

Dan pilihan merekapun ditentukan 30 November 2013. Mereka berhimpun didalam “Jaringan Masyarakat Gambut Jambi”.

Maka sejak itu gema yang diteriakkan seakan “menantang”. “Hari ini pesan sudah kami sampaikan. Kami tidak mau tertindas. Kami Melawan, adalah kata-kata yang sudah lama “ingin” mereka teriakkan. Ya. Sejak tahun 2004.

Hari itu mereka berteriak lantang.