31 Januari 2014

opini musri nauli : Maklumat





Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah berita adanya “maklumat” dari petinggi Jambi tentang pengangkutan batu bara. Maklumat ditandatangani bersama oleh Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, Ketua DPRD Provinsi Jambi, Effendi Hatta, Kapolda Jambi, Satriya Hari Prasetya, Danrem 042/GAPU, Marsudi Utomo dan Kepala Kejati Jambi, Syaifuddin Kasim.

Maklumat berisikan agar semua pengusaha batu bara dan masyarakat, wajib mengetahui dan mentaati Perda Provinsi Jambi nomor 13 tahun 2012 tentang perngaturan pengangkutan batu bara dalam Provinsi jambi. lalu juga peraturan Gubernur nomor 18 tahun 2013 tentang tata cara pelaksanaan pengangkutan batu bara.

Selanjutnya pengangkutan batu bara dari mulut tambang sampai stockfile diatur sesuai dengan jalur yang telah ditentukan berdasarkan perraturan Bupati atau Walikota dalam Provinsi Jambi.

Terakhir setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Perda tersebut, maka diancam sanksi pidana kurungan paling lama 6 bulan dan atau denda paling banyak Rp 50 juta. Selain itu juga dikenakan sanksi administrasi berupa teguran tertulis, pengurangan rencana produksi yang diusulkan pada tahun berikutnya atau pencabutan izin usaha pertambangan.

Secara sekilas tidak ada yang perlu diperhatikan. Namun menggunakan maklumat dari sudut hukum menarik untuk didiskusikan.

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Maklumat pemberitahuan; pengumuman: rakyat menyambut -- itu dng gembira; 2 pengetahuan; mualamat: mereka tidak mempunyai -- yg cukup atas segala hal yg bersangkut paut dng perkataan itu;

Dengan demikian, maka “maklumat” yang digunakan untuk “menerangkan” telah ada Perda No. 13 Tahun 2012 Tentang Pengaturan Pengangkutan batubara dalam Propinsi Jambi. Maklumat disampaikan agar masyarakat mentaati pengangkutan batubara, proses pengangkutan dan sanksi denda.

Tidak salah kemudian Perda No. 13 Tahun 2012 disampaikan kepada masyarakat. Demikian kata maklumat yang berarti juga “pemberitahuan”, “pengumuman”.

Namun kata maklumat juga bertujuan “mengabarkankan kabar dan kemudian” disambut gembira oleh rakyat. Kata maklumat bukan perintah kepada rakyat. Tapi kabar yang disambut oleh rakyat. Itu esensi dari kata “maklumat

Kembali ke tujuan maklumat “pengangkutan batubara'. Apakah kabar itu disambut gembira ?

Tentu saja rakyat menggunakan angkutan umum sering mengeluhkan jalan yang rusak oleh angkutan batubara. Tapi apakah mengabarkan Perda No. 13 Tahun 2012 merupakan “kabar yang ditunggu” rakyat.

Tentu saja Tidak perlu rakyat bergembira. Dengan telah adanya Perda No. 13 Tahun 2012, maka tidak perlu dibutuhkan lagi “maklumat'. Lahirnya Perda yang telah dicatat dalam lembaran daerah telah cukup untuk menjawab keluhan masyarakat akibat jalan yang rusak.

Kabar ini tidak ditunggu rakyat. Yang ditunggu rakyat bagaimana Perda tersebut dijalankan. Bagaimana jalan menjadi baik setelah angkutan batubara tidak menggunakan jalan umum.

Demikian yang ditunggu kabar oleh rakyat. Demikian “maklumat” yang dibutuhkan rakyat.

Tata Perundang-undangan

Namun dari sudut pandang hukum, menggunakan “kata” maklumat” menimbulkan persoalan tersendiri. Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 telah menyusun Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan yang terdiri (a). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (b). Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, (c). Undang-Undang /Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, (d). Peraturan Pemerintah, (e). Peraturan Presiden, (f).Peraturan Daerah Provinsi, (g). Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Sedangkan Pasal 8 ayat (1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

Sedangkan ayat (2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

UU inilah mengatur jenis dan hirarkhi peraturan perundang-undangan.

Dengan menggunakan pasal 7 dan pasal 8 ayat (2), maka kita harus menentukan “apakah” ada kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk “membuat maklumat” ? Apakah memang ada diatur didalam Perda No. 13 Tahun 2012 untuk membuat “maklumat” ?

Selain itu juga didalam UU ini sama sekali tidak ditemukan kata-kata “maklumat'.

Dan Tidak ada satupun kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk membuat maklumat.

Berangkat dari penjelasan diatas, maka maklumat yang bertujuan untuk “mengabarkan” pengangkutan batubara berdasarkan Perda No. 13 Tahun 2012 tidak sesuai dengan tujuan dan makna kata “maklumat” itu sendiri.

Selain itu kata-kata “maklumat' selain tidak diatur didalam UU no. 12 Tahun 2011, juga tidak diberikan kewenangan kepada Pemerintah Propinsi Jambi berdasarkan Perda no. 13 Tahun 2012.

Alangkah baiknya Pemerintah Propinsi Jambi menegakkan Perda No. 13 Tahun 2012 yang telah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Tidak perlu lagi “berdebat” dengan menggunakan kalimat “maklumat” untuk mengabarkan adanya Perda tentang pengangkutan batubara.

Yang dibutuhkan rakyat bagaimana Pemerintah Propinsi Jambi “mempunyai wibawa” sehingga pemerintahan dihormati rakyatnya.