Beberapa waktu yang lalu,
saya membaca sebuah berita adanya “maklumat” dari petinggi
Jambi tentang pengangkutan batu bara. Maklumat ditandatangani
bersama oleh Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, Ketua DPRD Provinsi
Jambi, Effendi Hatta, Kapolda Jambi, Satriya Hari Prasetya, Danrem
042/GAPU, Marsudi Utomo dan Kepala Kejati Jambi, Syaifuddin Kasim.
Maklumat berisikan agar
semua pengusaha batu bara dan masyarakat, wajib mengetahui dan
mentaati Perda Provinsi Jambi nomor 13 tahun 2012 tentang perngaturan
pengangkutan batu bara dalam Provinsi jambi. lalu juga peraturan
Gubernur nomor 18 tahun 2013 tentang tata cara pelaksanaan
pengangkutan batu bara.
Selanjutnya pengangkutan
batu bara dari mulut tambang sampai stockfile diatur sesuai dengan
jalur yang telah ditentukan berdasarkan perraturan Bupati atau
Walikota dalam Provinsi Jambi.
Terakhir setiap orang
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Perda tersebut,
maka diancam sanksi pidana kurungan paling lama 6 bulan dan atau
denda paling banyak Rp 50 juta. Selain itu juga dikenakan sanksi
administrasi berupa teguran tertulis, pengurangan rencana produksi
yang diusulkan pada tahun berikutnya atau pencabutan izin usaha
pertambangan.
Secara sekilas tidak ada
yang perlu diperhatikan. Namun menggunakan maklumat dari sudut hukum
menarik untuk didiskusikan.
Didalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata Maklumat pemberitahuan; pengumuman: rakyat
menyambut -- itu dng gembira; 2 pengetahuan; mualamat: mereka tidak
mempunyai -- yg cukup atas segala hal yg bersangkut paut dng
perkataan itu;
Dengan
demikian, maka “maklumat” yang digunakan untuk
“menerangkan” telah ada Perda No. 13 Tahun 2012 Tentang
Pengaturan Pengangkutan batubara dalam Propinsi Jambi. Maklumat
disampaikan agar masyarakat mentaati pengangkutan batubara, proses
pengangkutan dan sanksi denda.
Tidak
salah kemudian Perda No. 13 Tahun 2012 disampaikan kepada masyarakat.
Demikian kata maklumat yang berarti juga “pemberitahuan”,
“pengumuman”.
Namun
kata maklumat juga bertujuan “mengabarkankan kabar dan kemudian”
disambut gembira oleh rakyat. Kata maklumat bukan perintah kepada
rakyat. Tapi kabar yang disambut oleh rakyat. Itu esensi dari kata
“maklumat”
Kembali
ke tujuan maklumat “pengangkutan batubara'. Apakah kabar itu
disambut gembira ?
Tentu
saja rakyat menggunakan angkutan umum sering mengeluhkan jalan yang
rusak oleh angkutan batubara. Tapi apakah mengabarkan Perda No. 13
Tahun 2012 merupakan “kabar yang ditunggu” rakyat.
Tentu
saja Tidak perlu rakyat bergembira. Dengan telah adanya Perda No. 13
Tahun 2012, maka tidak perlu dibutuhkan lagi “maklumat'.
Lahirnya Perda yang telah dicatat dalam lembaran daerah telah cukup
untuk menjawab keluhan masyarakat akibat jalan yang rusak.
Kabar
ini tidak ditunggu rakyat. Yang ditunggu rakyat bagaimana Perda
tersebut dijalankan. Bagaimana jalan menjadi baik setelah angkutan
batubara tidak menggunakan jalan umum.
Demikian
yang ditunggu kabar oleh rakyat. Demikian “maklumat” yang
dibutuhkan rakyat.
Tata
Perundang-undangan
Namun dari sudut pandang
hukum, menggunakan “kata” maklumat” menimbulkan
persoalan tersendiri. Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 telah
menyusun Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan yang
terdiri (a). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, (b). Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, (c).
Undang-Undang /Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, (d). Peraturan Pemerintah, (e). Peraturan Presiden,
(f).Peraturan Daerah Provinsi, (g). Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Sedangkan Pasal 8 ayat
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.
Sedangkan ayat (2)
Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
UU inilah mengatur jenis
dan hirarkhi peraturan perundang-undangan.
Dengan menggunakan pasal
7 dan pasal 8 ayat (2), maka kita harus menentukan “apakah” ada
kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk
“membuat maklumat” ? Apakah memang ada diatur didalam Perda No.
13 Tahun 2012 untuk membuat “maklumat” ?
Selain itu juga didalam
UU ini sama sekali tidak ditemukan kata-kata “maklumat'.
Dan Tidak ada satupun
kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk
membuat maklumat.
Berangkat dari penjelasan
diatas, maka maklumat yang bertujuan untuk “mengabarkan”
pengangkutan batubara berdasarkan Perda No. 13 Tahun 2012 tidak
sesuai dengan tujuan dan makna kata “maklumat” itu
sendiri.
Selain itu kata-kata
“maklumat' selain tidak diatur didalam UU no. 12 Tahun 2011,
juga tidak diberikan kewenangan kepada Pemerintah Propinsi Jambi
berdasarkan Perda no. 13 Tahun 2012.
Alangkah baiknya
Pemerintah Propinsi Jambi menegakkan Perda No. 13 Tahun 2012 yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Tidak perlu lagi
“berdebat” dengan menggunakan kalimat “maklumat” untuk
mengabarkan adanya Perda tentang pengangkutan batubara.
Yang dibutuhkan rakyat
bagaimana Pemerintah Propinsi Jambi “mempunyai wibawa”
sehingga pemerintahan dihormati rakyatnya.