Di
jaringan maya, issu tentang lambatnya internet menjadi topik yang
cukup hangat dibicarakan (trending topic). Namun yang menarik
diskusi bukan “lambatnya” internet, tapi jawaban Menteri
Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring.
Menteri
Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring mengatakan
pemerintah tidak mengurusi soal kecepatan internet. Menteri asal
Partai Keadilan Sejahtera ini mengungkapkan bahwa operator lah yang
bertanggung jawab soal kecepatan internet. Hasil penelitian tersebut
ia pandang sebagai tuduhan, namun ia menerima hasil itu.
Jawaban
normatif yang disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo) masih diterima. Namun jawaban selanjutnya yang membuat
kita miris. Melalui twitternya, Tifakul menjawab “memangnya
kalau internetnya cepat mau dipakai buat apa?
Berdasarkan
hasil penelitian Akamai, kecepatan akses internet di Tanah Air
rata-rata adalah 722 kbps. Sementara itu, kecepatan rata-rata di
dunia adalah 2,3 mbps. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia kalah jauh
dari negara-negara lain seperti Laos yang memiliki kecepatan internet
956 kbps, Kamboja (1,2 mbps), Vietnam (1,5 mbps), Filipina (1mbps),
Thailand (3 mbps), dan bahkan Malaysia (1,7 mbps).
Lantas
apakah dunia internet “cuma untuk browsing” dan cari
berita saja. Kalo itu masih pemikiran Menteri Komunikasi dan
Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring, sepertinya pemikiran itu
harus diberesin dulu.
Dunia
dalam genggaman. Itulah klaim berbagai produk handpohe
sekarang ini. Ya. Fungsi handphone tidak berkaitan dengan menghubungi
atau cuma short message service (sms) saja. Dengan handphone,
berbagai kebutuhan kantor cukup dalam genggaman. Mengirim email,
mengirim dokumen berupa lampiran (attacment), mengirimkan kabar
melalui youtube, download film holywood, percakapan dengan skype
bahkan kita bisa menonton televisi melalui streaming.
Semuanya
memerlukan akses internet yang tinggi.
Lantas
bagaimana dengna akses internet yang sekarang ini.
Susah
menjawabnya. Dengan menggunakan handphone yang paling canggih
sekalipun seperti apple maupun samsung, namun dengan kecepatan
internet yang cuma berkisar 75 kbps, maka mengirimkan email dengna
lampiran (attacment) hanya 1 megabyte saja memerlukan waktu
lebih kurang 15 menit. Bagaimana mengirimkan bahan presentasi
menggunakan power point yang paling sedikit 4-5 megabyte ?
Atau
kita mengirimkan video dari lokasi ke youtube. Misalnya rekaman kita
sebanyak 5-6 megabyte, maka diperlukan waktu 5-6 menit.
Bayangkan
waktu yang terbuang percuma.
Padahal
dengan kemampuan internet bisa mencapai seperti Kamboja 1,2 mbps
saja, maka mengirimkan dokumen 1 megabyte hanya memerlukan waktu 30
detik – 60 detik. Atau mengirimkan video ke youtube hanya mencapai
60 detik – 80 detik.
Dengan
kemampuan 1,2 mbps, maka kita mudah mendownload film holywood
terbaru. Dengan kemampuan itu, maka film yang berdurasi 1 jam dengan
rata-rata 200 – 300 megabyte cuma memerlukan waktu 15 menit.
Belum
lagi digunakan untuk pembicaraan jarak jauh dengan skype. Dengan
kemampuan sekarang, maka skype sering terputus-putus. Namun dengan
kemampuan 1,2 mbps, pembicaraan menjadi stabil dan kita mudah
berkomunikasi dengan baik.
Sebagai
teknologi yang netral, teknologi bisa digunakan untuk kejahatan
maupun kebaikan. Kita tidak perlu “mengatur” teknologi
digunakan untuk apa. Namun apabila masih banyak teknologi digunakan
untuk kejahatan, hukum sudah menjangkaunya. Seperti UU ITE.
Namun
dengan teknologi bisa “memudahkan pekerjaann” perkantoran.
Dengan
tingkat mobilitas yang tinggi, namun “kendali” pekerjaan
bisa dilakukan dalam genggaman. Di tangan Handphone, semua pekerjaan
perkantoran dapat kita lakukan. Browsing, email, youtube, pembicaraan
melalui skype bahkan menonton televisi dengan streaming. Dengan
kebutuhan itu, maka dibutuhkan akses internet yang tinggi. Tidak
cukup akses internet seperti sekarang yang “cuma” bisa
browsing.
Melihat
penjelasan yang disampaikan oleh Tifakul Sembiring, memangnya
kalau internetnya cepat mau dipakai buat apa?. Jawaban itu cukup
“memalukan”. Tidak mengetahui perkembangan global.
Sehingga
jawaban memangnya kalau internetnya cepat mau dipakai buat
apa? Maka dengan penjelasan dari Tifakul Sembiring, maka
“loading” Tifakul Sembiring “cuma” untuk
browsing saja.
Baca :