Jambi
sering ditempatkan kedalam Sumatera Tengah dan kawasan pantai timur
Sumatera . Kata-kata seperti Midden Sumatera (Sumatera Tengah)
sering diulas oleh P.J. Veth dalam karya berserinya seperti
Aardrijksundige Beschrijving, Reisverhaal, Naturlijke historie,
Volkbeschrijving. Sedangkan von Alfred Maab menuliskan istilah
“Durch Zentral-Sumatra” sebagai wilayah yang menunjuk
Sumatera Tengah sebagaimana dalam catatan koleksi Etnografi
Begitu
juga kalimat “oostkust van Sumatera” sebagaimana sering
dituliskan berbagai sarjana Belanda seperti A. F. Van Blommestein,
dalam berbagai peraturan seperti Algmenen Vereeniging van Rubber
planters ter ooskust van Sumatera, Arbeidestoestanden op de Oostkust
van Sumatera, katalog inzending van de oostkust van sumatra,
verslag betreffende bezoek aan het gewest ooskust van sumatra,
vereeniging “plantersbond oostkust sumatera”, sering mewarnai
berbagai perjalanan didalam buku yang telah dituliskan oleh berbagai
sarjana.
Sementara
menggunakan kata “East Coast of Sumatera” dapat kita
temukan dalam karya A. V. ROS yang menulis panjang lebar dari
perjalanan dan pandangan tentang Sumatera Timur.
Dari
berbagai sumber disebutkan Sumatera Tengah adalah sebuah provinsi
yang pernah tercatat sebagai salah satu provinsi di Indonesia. Namun
sejak tahun 1957 kemudian dimekarkan menjadi provinsi Sumatera Barat,
Riau dan Jambi
Berbeda
dengan penempatan Jambi dalam “oostkust van Sumatera” atau
“East Coast of Sumatera” dalam karya A. V. ROS, istilah
Negara Sumatera Timur pernah menjadi bagian dari sejarah bentukan
boneka Pemerintah Belanda (1945 – 1950).
Sejarah
cukup panjang selain kelanjutan dari Residen penguasaan Belanda di
“lumbung” seperti karet, the, kopi dan berbagai kebutuhan
rempah-rempah, daerah Sumatera Timur hanya Karesidenan Sumatera Timur
adalah wilayah administrasi Hindia Belanda di kawasan pesisir timur
Sumatra bagian utara yang berdiri pada 1 Maret 1887 yang terdiri dari
Kesultanan Asahan, Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang dan
Kesultanan Langkat.
Dari
buku-buku, laporan ataupun peraturan yang dikeluarkan pemerintah
Belanda, nama “oostkust van Sumatra' cukup sering
disebutkan. Jambi yang kemudian ditempatkan dalam “Oostkust van
Sumatra” disebutkan sering menghasilkan karet.
Didalam
bukunya, Lindayanti “Perkebunan Karet Rakyat Jambi 1920-1928, Aspek
Sosial Ekonoini, dalam Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi,
sebagaimana dikutip oleh Budiharddjo, Tanaman karet Jambi berkembang
lagi setelah setelah NederlandsIndie membuka pintu bagi investor
asing terutama Inggerris, Belanda, Belgia dan Amerika.
A.H.P.
Clemens dalam skripsinya 'De Bevolkingsrubbercultuur in Djambi en
Palembang Tijdens het Interbellum' (Perkebunan Karet Rakyat.di.
Jambi dan Palembang Di Antara Dua Perang Dunia), perkembangan
perkebunan karet rakyat dari tahun 1906 sampai berakhimya kekuasaan
pernerintah Belanda pada tahun 1942, karet dikenal sebagai masa
karet dan sebagai “hujan mas”.
Tentu
saja kita kita tidak mendiskusikan lebih lanjut tentang Jambi yang
tidak dapat dipisahkan dari sejarah “kemakmuran” karet.
Sejarah yang sudah sering dituliskan dari berbagai dokumen.
Menempatkan
Jambi dalam kawasan pantai Timur Sumatera memang menjadi kajian yang
cukup serius hingga sekarang.
Sebagai
bagian dari kawasan pantai timur Sumatera, Jambi beririsan dengan
Riau dan Sumatera Selatan. Dengan menggunakan pendekatan region,
menempatkan Jambi dalam irisan pantai Timur Sumatera merupakan
kawasan yang tidak terpisahkan.
Kawasan
itu tidak bisa dilepaskan dari urusan administrasi semata.
Melepaskan
Jambi dalam urusan administrasi dalam kawasan pantai timur Sumatera
merupakan persoalan yang serius dalam pengelolaan sumber daya alam.
Kawasan
pantai Timur Sumatera yang kemudian menempatkan Jambi dalam jajaran
pantai pesisir timur kemudian menjadi pandangan, bacaan kita tentang
kawasan pantai timur berbeda dengan kawasan pedalaman di Jambi.
Data-data
menunjukkan penataan dikawasan pantai timur berbeda dengan
pengelolaan di daerah datatan sedang dan dataran tinggi di Jambi yang
terletak di hulu Sungai Batanghari.
Selain
vegetasi, pola cocok tanam, iklim maupun tipologi yang berbeda
membuat kawasan pantai timur menjadi tipologi yang unik.
Data-data
Walhi menunjukkan sekitar 150-an Desa yang berada dan masuk menjadi
bagian dari kawasan pantai timur. Dengan tipologi yang berbeda-beda
membuat ancaman terhadap hancurnya ekosistem di kawasan pantai timur
semakin mengancam. Baik dengan pembangunan industri skala besar
seperti perkebunan sawit maupun HTI.
Namun
penempatan Jambi sebagai bagian dari “oostkust van Sumatera”
atau “East Coast of Sumatera” dan midle Sumatra atau
Midden Sumatra sebagaimana didalam catatan panjang P.J. Veth
memang menarik untuk digali lebih lanjut. Tentu saja kesulitan kita
mendapatkan dokumen yang masih tersimpan di berbagai universitas dan
museum di berbagai dunia juga dilatarbelakangi berbagai bahasa. Baik
dalam bahasa Belanda seperti didalam “Arbeidstoestanden op de
oostkust van Belanda”, Algemeene Vereenigingvan Rubber
planters ter oostkust van Sumatra, atau bahasa Perancis seperti
Rapports, Memories & Proces Verbaux Des Seances, Documents pour
servir, atau bahasa Jerman seperti Uber Deckenbau im Gebiet von
Djambi (Sumatra) dan bahasa Inggeris Malay Tongue as spoken in the
Peninsula of Malacca the Island of Sumatra, Java, Borneo, Pulo
Pinang.
Kajian
di kawasan pantai timur Sumatera harus menjadi bacaan yang terpisah
dengan pandangan kita terhadap masyarakat pedalaman di hulu Sungai
Batanghari.