Tiba-tiba
saya menjadi grogi ketika Amien Rais mengatakan harus memilih
Presiden yang ganteng dan kaya. Saya grogi selain karena tidak
ganteng dan tidak juga kaya. Tidak ganteng seperti Pakde Sartono yang
sering “nyeleneh” di Kompasiana. Tapi Apakah betul memang
orang memilih karena kegantengan dan kekayaan.
Tapi
apakah memang betul, perempuan Indonesia suka pria ganteng dan kaya ?
Betul
ada perempuan yang menjerit histeris mendengar Julio Iglesias
menyanyi. Atau yang rela berduyun-duyun menonton film Brad Pitt. Tapi
apakah mereka akan memilih orang seperti Julio Iglesias atau Brad
Pitt menjadi cowok idaman atau suaminya ?
Mari
kita lihat satu persatu.
Saya
mulai mengingat-ngingat mengapa istri saya memilih saya menjadi
suaminya yang pasti tidak ganteng dan tidak kaya. (Padahal saya
tahu persis, dia rela meninggalkan pacarnya yang kerja di Bank. Dan
sudah pasti lebih ganteng dari saya. Sementara saya masih kerja
serabutan dan sudah pasti tidak ganteng).
Saya
ingat betul. Waktu itu saya tanyakan setelah melahirkan putri
pertama. Namun kekagetan saya bermula. Saya pilih karena kamu
pintar. Waduh. Tidak menyangka dengan jawaban seperti itu.
Terus
saya penasaran. Darimana tahu saya pintar !!! (padahal
saya baru tamat kuliah). Pokoknya saya tahu !!!
(sambil ketus seakan-akan “diadili” dengan pilihan dan tentu
saja tidak mau disalahkan pilihannya).
Saya
pergi dan tidak pernah membahasnya lagi. Di kemudian hari barulah dia
mengatakan “tuh khan kamu pintar”. Istriku kemudian
memberikan alasan yang logis. Lelaki pintar “bisa menenangkan”
dan bisa menjawab semua persoalan.
Saya
teringat dengan hasil survey yang cukup serius meneliti perilaku
remaja (saya tidak menemukan lagi link-nya). Penelitian yang
melihat bagaimana pandangan remaja untuk mencari cowok ideal.
Judulnya memang sedikit ABG.
Tahun
1980 kecendrungan remaja mencari cowok ideal yang bertampang gagah
dengan bodi atletis. Alasannya “merasa adem” dan nyaman
dan tenang.
Tahun
1990 kecendrungan ini bergeser. Cowok ideal yang diidam-idamkan
remaja putri bertipe urakan, cuek dan senang adventurir. Alasannya
“ada tantangan” menaklukan cowok yang cuek, urakan. Cowok
cuek dan urakan “biasanya” terkenal.
Namun
tahun 2000 kecendrungan ini bergeser lagi. Cowok ideal yang dicari
remaja putri bertipe pintar, tekun dan rajin.
Nah.
Melihat perilaku kecendrungan remaja putri, maka cowok ideal yang
bertipe gagah sebenarnya pada masa tahun 1980. Kita masih ingat
dengan Film-film seperti Roy Martin, Rano Karno yang bermain di film
“roda-roda gila' atau “Gita Cinta dari SMA”. Lengkap
dengan atribut motor cross yang berseliweran di jalan raya.
Selain
itu juga Para peneliti Hongaria menerbitkan hasil penelitiannya yang
mereka lakukan. Para ilmuwan tersebut berasal dari University of
Pécs, gejala memilih suami atau pasangan hidup yang wajahnya mirip
dengan sang ayah.
Perempuan
memilih suami atau pasangan hidup yang wajahnya mirip dengan sang
ayah. Kecenderungan ini tak hanya berlaku pada kaum Hawa. Para
pria pun dapat memiliki kecenderungan memilih istri berwajah mirip
ibunya. Riset sebelumnya mengungkapkan bahwa wanita kerap menggunakan
sosok ayah sebagai pola atau model dalam memilih pasangan, bahkan
bila wanita ini anak adopsi. Fenomena ini menunjukkan bahwa
imprinting dapat terjadi bukan hanya karena faktor gen.
Namun
tidak ada satupun alasan yang bisa digunakan “kekayaan”
menjadikan cowok sebagai tipe ideal
Nah.
Amien Rais keliru menafsirkan kecendrungan perempuan Indonesia
memandang “ganteng” dan “kaya'”
Atau
Amien Rais masih berfikir di tahun 1980-an.