Tiba-tiba
kosakata gendut mewarnai jagat politik Indonesia. Seru. Kosakata
gendut membuat semua orang menjadi bingung, marah, kesal, ngomel,
kesal dan bertengkar dan saling menyalahkan satu dengan yang lain.
Ya.
Akibat rekening gendut, Posisi Jokowi serba sulit. Sudah mengusulkan
Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri, eh, KPK kemudian
menetapkan Komjen Budi Gunawan karena “lagi-lagi” memiliki
rekening gendut.
Jokowi
dan pendukungnya kesal. Mengapa kemarin-kemarin ketika belum
mengusulkan Komjen Budi Gunawan, rekening gendut tidak dipersoalkan.
Sekarang ketika surat sudah melayang ke DPR, malah rekening gendut
kemudian dipersoalkan.
DPR
tidak mau kalah “mempersoalkan” rekening gendut. Karena sudah ada
surat dari Presiden meminta persetujuan kepada DPR, maka DPR kemudian
mengabulkan permohonan dari Jokowi.
DPR
juga tidak mau disalahkan. Dengan alasan “menghormati” asas
praduga tidak bersalah, DPR tetap mengabulkan Jokowi. Tidak lupa
kemudian serangan dialihkan kepada KPK yang dianggap “mengganggu
kewenangan Presiden dan DPR yang menentukan Kapolri.
Tidak
mau disalahkan kemudian, KPK bersikeras, Komjen Budi Gunawan yang
memiliki rekening gendut mempunyai masalah hukum. Lengkap dengan
kertas lebar yang menguraikan proses penyelidikan dan masuk ke tahap
penyidikan.
Lalu
mengapa semua pihak bertengkar dengan kosakata “Rekening gendut' ?
Apa yang salah dengan rekening gendut ? Apa tidak boleh mempunyai
rekening gendut ?
Istilah
Rekening merupakan term kosakata sosial dan politik. Didalam hukum
kosakata yang dipergunakan “transaksi mencurigakan”. Kata
transaksi mencurigakan” dianggap kurang keren, kurang membumi,
ribet, dan bisa menimbulkan persoalan penafsiran. Saya kemudian
membaca peristiwa ini lebih suka menggunakan istilah rekening gendut
yang mengartikan istilah transaksi mencurigakan.
Ya.
Betul. Transaksi mencurigakan didapati oleh lembaga perbankan yang
melihat transaksi didalam pembukuan bank tidak sesuai dengan profile
nasabah.
Dengan
melihat profile nasabah, bank kemudian melakukan telaah (analisis)
mengapa ada transaksi diluar kewajaran. Didalam penyidikan, mekanisme
ini merupakan pintu masuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Misalnya.
Seorang supir. Tentu menjadi aneh apabila menerima transaksi milyaran
rupiah (baik pembayaran maupun menerima transaksi). Pihak bank dengna
mekanisme “kehati-hatian” akan terus bertanya ? Transaksi apa
hingga milyaran rupiah ? Apa barusan dapat warisan, dapat lotere,
atau baru mendapatkan durian runtuh. Mekanisme ini yang mudah
dibuktikan dalam tindak pidana korupsi.
Masih
ingat dengan perbuatan pelaku korupsi kakorlantas. Duit hasil korupsi
kemudian mengalir kepada istri-istri (Termasuk putri Solo). Tidak
mudah lepas dari kecurigaan karena sang pemberian uang (tidak
pengusaha) namun mempunyai duit milyaran.
Begitu
juga berbagai pejabat negara yang tidak bisa dilepaskan dari “issu
miring” adanya perempuan-perempuan (utamanya artis) yang menerima
aliran dana. Sehingga tidak salah tracking ini mudah dilakukan.
Kembali
ke rekening gendut. Sebagai pejabat negara (yang ditandai dengan
penyerahan laporan kekayaan yang dilaporkan setiap tahun), mempunyai
rekening gendut mempunyai masalah.
Sang
pemilik rekening harus bisa membuktikan apakah “rekening gendut”
didapatkan dengan cara-cara yang sah. Tentu saja disesuaikan dengan
profile sang pemilik nasabah. Biasanya, bank sering “mempertanyakan”
duit-duit yang tidak biasa. Apabila adanya kewajaran, tentu saja
mudah dijawab. Namun apabila ada masalah, tentu saja menimbulkan
konsekwensi hukum.
Dalam
term sehari-hari, gendut diasosiasikan sebagai proses menyimpan
lebih banyak dipergunakan. Tubuh yang banyak menerima asupan gizi
yang baik, kurang bergerak, kurang olahraga maka menimbulkan gendut.
Gendut kemudian merupakan bentuk visual nyata, tubuh lebih banyak
menyimpan lemak dibandingkan dipergunakan tubuh dibandingkan
mengeluarkan keringat ataupun bergerak.
Gendut
kemudian ditakuti, dihindari bahkan menjadi momok. Dengan berbagai
cara tubuh diatur. Misalnya diusahakan tidak makan pagi, atau
diusahakan tidak ngemil, tidak makan-makan berlemak, tidak makan
malam. Pokoknya dikurangi “kenikmatan dunia”. Bahkan ada
penghitungan kalori, lemak yang harus diatur untuk dimakan.
Tidak
cukup itu saja. Bahkan diusahakan menyediakan waktu untuk olahraga
seperti jogging, treadmill, fitness ataupun cuma lari-lari kecil di
sekitar tempat kerja ataupun di rumah. Tidak lupa menyiapkan
timbangan yang dikontrol setiap hari. Lengkap dengan analisis dokter
gizi untuk mengontrol makanan yang mengandung kalori dan lemak.
Berbeda
dengan gendut dalam kehidupan sehari-hari, rekening gendut
membuktikan sang pemilik hebat menggunakan keuangan dengan baik.
Pasti sang pemilik rekening “bisa mengontrol keuangan”,
membelikan barang yang diperlukan. Tidak membelikan barang yang tidak
perlu. Hidup hemat, tidak berfoya-foya, bahkan cenderung “kikir”
terhadap dirinya.
Sang
pemilik rekening gendut sudah pasti tenang menghadapi hidupnya. Tidak
punya hutang, sudah memiliki semuanya (rumah, mobil, istri cantik).
Pokoknya hidupnya tidak stress. Tidak pusing naik harga BBM, listrik,
kompor gas, tarif tol. Semuanya sudah direncanakan dengan baik.
Hampir
semua orang memimpikan mempunyai rekening gendut. Dengan mempunyai
rekening gendut, kita pasti dilayani secara privat di bank, tidak
perlu antri menarik ataupun menyetor uang, menunggu di ruang yang
sudah disiapkan. Bahkan ada pelayanan bank yang rela menjemput uang
dan mengantarkan uang diperlukan dengan cukup menghubungi via
telephone (pelayanan pick up service).
Dengan
mempunyai rekening gendut, setiap tahun diantarkan kalender, berbagai
souvenir, voucer nginap di hotel, ditawarkan kartu kredit, bahkan
ditawarkan berbagai fasilitas kredit (rumah, pinjaman usaha). Tidak
lupa apabila ada perayaan di bank (ulang tahun bank bersangkutan),
kita dijemput dengan mobil limosine. Disediakan karpet merah.
Pokoknya mempunyai rekening gendut disebut-sebut sebagai manusia
“kelas satu'.
Tentu
saja rekening gendut tidak bermasalah secara hukum. Tidak bisa
disebut-sebut sebagai transaksi mencurigakan. Wajar dan memang
pantas.
Apabila
“bermasalah” secara hukum, Maaf, saja, rekening bisa disita oleh
hukum. Badanpun terpenjara.