Dunia
dikejutkan dengan langkah Jokowi yang “melawan” dan tidak
tunduk kepada berbagai negara atas “kukuhnya” melaksanakan
hukuman mati pelaku narkoba. Dengan tegas, Jokowi menolak permintaan
dari Australia dan Brazil. Langkah ini kemudian membuat “dunia”
penasaran dengan Jokowi.
Pelaksanaan
hukuman mati dengan dalih “apapun” tidak dapat dibenarkan.
Baik konstitusi yang tegas mengatur tentang “Hak untuk hidup”
maupun berbagai kovenan PBB yang melarang menerapkan hukuman mati.
Dari sisi ini kemudian, rengekan Australia tidak dihiraukan oleh
Jokowi. Bahkan Sekjan PBB yang mengirimkan pesan agar tidak
dilaksanakan hukuman mati diabaikan oleh Jokowi. Jokowi “seakan-akan”
menantang dunia.
Sorotan
dan perhatian dunia kepada Jokowi dimulai dari Pilpres 2014. Majalah
prestisius “TIME” memuat wajah Jokowi dalam bungkus majalah dan
tulisan utama (headline). Hiruk pikuk pilpres kemudian menarik
perhatian berbagai “rocker” dunia untuk memperhatikan
Jokowi. Rocker dunia kemudian bersorak ketika Jokowi menjadi
Presiden.
Namun
harapan dunia kepada Jokowi kemudian mulai berpaling. Sikap kukuhnya
Jokowi menerapkan hukuman mati dianggap sebagai melawan arus dunia
yang menghendaki penundaan hukuman mati.
Belum
selesai persoalan hukuman mati. Dunia sepakbola “dikejutkan”
dengan pembekuan PSSI oleh Menpora. Intervensi Pemerintah kepada
organisasi sepakbola tertua ini kemudian dilawan FIFA. FIFA kemudian
“menghukum” Indonesia dari percaturan berbagai
pertandingan dunia. Indonesia kemudian “dijewer” agar
Jokowi “melunak” dan mencabut intervensi kepada PSSI.
Namun bukannya melunak. Jokowi malah menerangkan berbagai rencana
untuk pembenahan sepakbola Indonesia. Jokowi bukanlah “pangeran
flamboyan” yang menjaga citra. Jokowi bukanlah “rekan”
yang suka menyenangkan suasana diplomatik internasional. Jokowi
adalah “seorang peracik ulung” yang menghitung kekuatannya
dan menghitung kekuatan musuh.
Strategi
ini pernah digunakan, ketika Jokowi menolak tawaran Bank Dunia dalam
proyek di Jakarta ketika menjadi Gubernur DKI. Dengan enteng, Jokowi
meninggalkan tim lobi Bank Dunia yang menawarkan proyek namun dengan
bunga yang tinggi. Dengan enteng pula Jokowi berujar. Jakarta punya
duit yang ditawarkan Bank Dunia.
Dengan
strategi yang disusun dan terencana, Jokowi melawan PBB, Australia,
Brazil dalam persoalan hukuman mati. Mengabaikan FIFA ketika
intervensi PSSI sehingga PSSI kemudian dibekukan oleh FIFA. Bahkan
melawan Bank Dunia ketika menjadi Gubernur DKI. Semuanya tentu saja
sudah diperhitungkan dengan jitu. Perlawanan Jokowi didasarkan kepada
perhitungan yang matang.
Lengkap
sudah. PBB, Australia, Brazil, FIFA dan Bank Dunia. Simbol-simbol
dunia sudah mulai dilawan Jokowi. Hmm. Boleh juga nyali Jokowi.