11 Desember 2016

opini musri nauli : SOSIOLOGI MENJADI MENARIK DI TANGANNYA


Pagi hari tadi, saya mendapatkan berita tentang meninggalnya George Aditjondro,(dengan dialek “Jos”) seorang sosiologi politik yang terkenal menuliskan buku “gurita” kekayaan Presiden Indonesia. Baik Soeharto yang kemudian dimuat Time dan Tempo juga “gurita Cikeas” yang terkenal.
Secara pribadi, saya melihat dia menjadi pembicara sebelum kejatuhan Soeharto menjelang reformasi. Risetnya mendalam tentang kekayaan Soeharto kemudian membuat tidak ada satupun percetakan yang mau menerbitkannya. Kamipun mendapatkan “secara sembunyi-sembunyi” stensilan yang dicetak sederhana.

Setelah kejatuhan Soeharto, Jospun paling gigih menceritakan “kekayaan Soeharto’. Risetnya tentang jaringan bisnis yang kemudian dimuat “Time” membuat Time harus berhadapan di Pengadilan.

Tidak banyak upaya dari Negara untuk membongkar bisnis kekayaan Soeharto

Memasuki periode kedua SBY, Jos kemudian kembali melakukan riset tentang “Gurita Cikeas” yang fenomental. Berbeda pada zaman Soeharto yang mendapatkan secara sembunyi-sembunyi dan berupa stensilan, risetnya kemudian dijadikan buku dan menarik berbagai kalangan. Jospun kemudian keliling berbagai pertemuan untuk membongkar hasil riset.

Sebagian meragukan sumber  data-data yang dipaparkan Jos. Tuduhan seperti data-data yang bersumber dari tangan kedua, kliping Koran hingga sumber yang tidak dapat diverikasi merupakan salah satu bentuk “menghancurkan” kredibilitas Jos.

Dengan pendekatan dengan optic yang jernih, Jos mampu meyakini sebagian kalangan terhadap hasil risetnya melihat jaringan kekayaan dan jaringan bisnis Cikeas.

Namun ditengah saat suasana melihat “Gurita Cikeas”. Jos kemudian sakit yang cukup panjang. Saya bersama-sama dengan teman-teman Eknas Walhi kemudian bezuk ke PGI untuk melihat kondisinya.

Dalam pertemuan itu, barulah saya berkesempatan mendengarkan cerita langsung baik cerita tentang awal-awal pendirian Walhi, risetnya tentang buku Gurita Cikeas hingga berbagai suasana tahun 1980-an.

Ada pengalaman menarik dengan cerita dari Bang Jos. Dengan santai bang Jos cerita mengenai Walhi. Menyebutkan Walhi daerah kalimat “ekda” menarik perhatian kita semua. Istilah “Ekda” adalah istilah lama yang sudah lama tidak terdengar kata kami yang hadir pada saat itu. Walhi daerah biasa disebut dengan ED.

Sebagai orang daerah, berkesempatan bertemu dengan Jos merupakan kesempatan saya untuk melihat ilmu sosiologi menarik perhatian dalam riset Jos.

Di tangan Jos, ilmu sosiologi kemudian ditangan Jos menjadi sosiologi politik menempatkan korupsi sebagai perilaku Negara didalam menumpuk kekayaan.

Di tangan Jos, ilmu sosiologi tidak hanya melihat gejala-gejala social semata. Ilmu sosiologi tidak hanya memotret ilmu perilaku manusia.

Tapi dengan pisau analisis yang tajam, ilmu sosiologi memotret tingkah laku Negara, memotret perilaku penguasa didalam mengurusi Negara.

Ilmu sosiologi kemudian berpadu dengan ilmu hukum terutama korupsi untuk melihat bagaimana Soeharto dan Gurita Cikeas menumpuk jaringan untuk kepentingan kroni.

Di tangan Jos, ilmu sosiologi mengalami kemajuan dan tidak tersita dengan persoalan perilaku klasik di tengah masyarakat. Di tangan Jos, ilmu sosiologi kemudian menarik generasi muda.

Jos kemudian berhasil membuat pandangan kaku ilmu sosiologi menjadi pengetahuan yang trendy. Kalau istilahnya “Gaul banget”.

Sumbangsih Jos inilah kemudian menempatkan Jos sebagai tokoh yang sepatutnya kita sedih melihat kepergiannya.

Selamat Jalan, Bang Jos. Senior kami di Walhi sekaligus pembaharu sosiologi di Indonesia.