"Dulu buaya banyak di sungai sini. Namun sekarang sudah tidak ada lagi. Pindah ke sungai rambai.. Buaya mengikuti leluhurnya", kata Pak Widodo.
Secara sekilas cerita pendek yang disampaikan pak Widodo terkesan mistis, mitos, misteri bahkan terkesan takhyul. Namun cerita yang disampaikan dengan nada yakin, saya kemudian tidak bergeming menyimaknya,
Membicarakan alam tidak dapat dilepaskan dari cerita mistis, mitos bahkan tahyul. Cerita tentang alam adalah cerita rakyat dari perjalanan tentang alam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna, manusia kemudian diberi tanggungjawab menjaganya. Kita kemudian mengenalnya sebagai khalifah (pemimpin alam). Sebagai khalifah, manusia kemudian bisa menentukan "menjaga alam" atau "merusaknya".
Namun dalam filsafat lingkungan, manusia hanyalah sekrup kecil dari ekosistem. Alam terlalu luas untuk dikuasai manusia. Alam kemudian memberikan "warning" kepada manusia agar alam selalu stabil dan seimbang dalam rantai ekosistem.
Sekali manusia "mengendalikan" alam, maka alam kemudian memberikan tanda, pesan bahkan ingatan kepada manusia agatr manusia tidak menjadi "penguasa tunggal" terhadap alam. Manusia juga harus tunduk kepada sistem, rantai, siklus, putaran alam. Masih ada "penguasa" lain yang juga mengendalikan alam.
Cerita buaya yang disampaikan pak Widodo adalah cerita di kampung yang sarat makna. Manusia harus belajar mengenal alam. Manusia harus belajar menjadi bagian dari alam. Manusia hanyalah sekrup kecil dari "penguasa" alam lain,
Terima kasih atas cerita paginya, pak Widodo. Kopiku terasa kental.