27 Juli 2018

opini musri nauli : PKB – PEMENANG PILPRES


Mengikuti kiprah PKB sebagai “wadah politik NU’ menarik perhatian public. Ditengah kader nahdiyin yang sudah tersebar di berbagai partai baik Partai Golkar, PDIP maupun Partai Persatuan Pembangunan (PPP), kehadiran PKB menjadi “oase” kaum nahdiyin yang sering “ditinggalkan” oleh pemenang pemilu. Entah zaman Soekarno maupun zaman Soeharto.
Sehingga kelahiran PKB paska “lengser keprabon” Soeharto (23 JUli 1998) mampu menjadi peserta pemilu 1999. Meraih suara 12,61 %, kemudian turun 10,57 % tahun 2004.

Akibat konflik internal PKB di pemilu 2009 menyebabkan turun 4,94 %. Setelah menyelesaikan konflik internal mampu kembali ke relnya dan meraih kemenangan 9,04%. Kehilangan 2 juta pemilih dari tahun 1999.

Namun tahun 1999, justru PKB berhasil mengantarkan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) menjadi Presiden dalam koalisi “poros tengah”. Antara Tarik menarik “partai nasionalis” dan “Partai Islam” di pemilihan Presiden di MPR. Gusdur kemudian diturunkan ditengah jalan oleh MPR.

Tahun 2004, Nahdiyin kemudian mengirimkan nama Salahuddin Wahid sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Wiranto. Wiranto merupakan pemenang konvensi Partai Golkar 2004.

Dan Hasyim Muzadi sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Megawati Soekarno Putri. Keduanya kemudian dikalahkan oleh SBY – JK sebagai pemenang Presiden/Wakil Presiden 2004.

Tahun 2009 dengan suara 4,94 % kemudian bergabung dengan incumbent SBY – Boediono yang berhasil menghimpuan koalisi menghasilkan 56,07 %. SBY – Boediono kemudian memenangkan pilpres 2009.

Tahun 2014, dengan jeli “Muhaimin Iskandar” (cak imin) kemudian memberikan dukungan 9,04 % untuk mengantarkan Jokowi – JK mendaftarkan ke KPU. Bersama dengan PDIP (18,95%), Partai Nasdem (6,72%), PKPI (0,91%) sehingga hanya menghasilkan 36 %. Bandingkan dengan koalisi Prabowo – M. Hatta Rajasa yang mendaftarkan 59,52 %. Jokowi – JK kemudian menang tipis di pilpres 2014 (53,15 %).

Melihat kiprah PKB di pilpres tidak salah kemudian PKB menghasilkan kemenangan Pilpres. Tahun 1999 mengantarkan Gusdur. 2004 mengirimkan dua kadernya di Wakil Presiden (walaupun kandidatnya kalah). Tahun 2009 bersama dengan SBY – Boediono dan tahun 2014 bersama dengan Jokowi – JK.

Peran PKB yang begitu “piawai” memainkan pilpres dari 1999 hingga 2009 membuat PKB adalah satu “bidadari” yang banyak dilirik oleh berbagai partai. Dengan dukungan kaum nahdiyin yang tersebar diberbagai pelosok, kepiawaian, jeli dan jitu memandang politik. PKB tidak dapat diremehkan oleh kekuatan partai di Indonesia.

Apalagi setelah melewati krisis konflik internal partai, PKB dapat mewarnai politik kontemporer di Indonesia.

Sehingg tidak salah kemudian PKB adalah pemenang pilpres.