Di
tepi danau kecil yang banyak rusa, terdapat sekelompok Beruang (bear) dan
gerombolan anjing Hutan (Coyote). Kedua kelompok kemudian “menjaga” kawasan
Danau untuk kehidupan. Tentu saja untuk menjamin makanan yang tersebar ditepi
danau yang mengelilingi danau ketika hendak minum.
Pertarungan
“merebut makanan” antara Coyote (anjing hutan) dengan Beruang (Bear) adalah
pertarungan antara raksasa dengan si kecil kerempeng. Dengan berat badan 300 kg
dan 20 kg maka dipastikan Coyote akan kalah dengan Bear. Belum lagi Coyote
hanya berdua berhadapan dengan 5 ekor Bear. Demikianlah hukum rimba berlaku.
Siapa yang kuat dialah yang berkuasa untuk menguasai makanan.
Apakah
demikian ?
Berbeda
dengan Bear yang sifatnya sendirian (soliter), Coyote adalah anjing hutan yang
bergerombolan. Gesit namun “cerdik”. Dengan tekun kemudian sabar menunggu
ditepi hutan menjauhi danau untuk melihat peluang untuk mendapatkan makanan.
Sebagai
hewan berbadan besar, Bear sering berkelahi untuk menjadi “penguasa” kawasan.
Para beruang yang kemudian hendak dewasa kemudian bertarung menunjukkan
kekuatannya. Termasuk memperebutkan betina beruang yang menunggu ‘siapa
pemenang” dan menjaga kawasan. Sekaligus mampu menjadi pemburu rusa untuk
mendapatkan makanannya dan kedua anaknya.
Setelah
satu beruang mengalahkan beruang yang lain selama 8 jam pertarungan hidup mati,
beruang yang kalah kemudian meninggalkan kawasan. Pergi sebagai tanda takluk.
Sang
pemenang kemudian berhak untuk menikmati rusa dan diberikan kepada induk
beruang dan anak-anak beruang yang menikmati kemenangan.
Demikianlah
hukum rimba yang berlaku.
Berbeda
dengan Bear yang sifatnya sendirian (soliter), Coyote adalah anjing hutan yang
bergerombolan. Gesit namun “cerdik”. Dengan tekun kemudian sabar menunggu
ditepi hutan menjauhi danau untuk melihat peluang untuk mendapatkan makanan.
Melihat
daging rusa yang telah diberikan kepada anak beruang, anak beruang menikmati
daging dengan menjauhi dari tempat pertempuran. Menikmati makanan tanpa
diganggu. Menjauhi.
Dengan
cerdik kemudian Induk Coyote dibantu Coyote jantan kemudian “menggertak” anak
beruang. “Pura-pura” menggigit anak beruang. Mengepung. Saling menyalak
bergantian.
Sang
anak beruang panic dengan “serangan pura-pura” dari Coyote. Dengan berlari
meninggalkan makanan, anak beruang menuju induk beruang yang menunggu ditepi
danau. Makananpun tertinggal.
Sang
induk Coyote kemudian mengambil makanan yang ditinggalkan anak beruang. Berlari
kemudian masuk hutan. Memberikan makanan kepada anak-anak Coyote yang menunggu
dengan sabar. Persediaan makanan cukup 3 hari.
“Pertarungan
pura-pura” dimenangkan oleh Coyote. 1 – 0
3
hari kemudian, sang Induk Coyote kembali ke tepi hutan. Menunggu waktu “serangan”
kepada anak beruang.
Namun
sang induk beruang kemudian “sadar” tertipu”. Kemudian menjaga anak beruang
agar tidak menjauhi dari tepi danau. Menjaga anak beruang. Sembari memberikan
makanan.
Strategipun
diubah. Tidak cukup menunggu waktu lagi sang anak beruang menjauhi dari induk.
Rencanapun disusun. Serangan ditujukan kepada gerombolan beruang. Resiko yang
harus dihitung. Termasuk nyawa melayang apabila tidak hati-hati.
Dengan
tenang, mengepung dari berbagai sudut, sang induk Coyote dari satu sudut dan
sang jantan disudut lain, suara kemudian menyalak. Hendak mengajak pertarungan
terbuka.
Pelan
tapi pasti. Induk beruang kemudian mengejar induk Coyote. Sedangkan beruang
jantan kemudian mengejar Coyote jantan. Strategi kemudian berhasil. Kelompok
beruang kemudian terpisah. Saling mengejar. Meninggalkan “Benteng” yang sudah
dibangun. Meninggalkan anak berung yang menjaga makanan.
Dengan
gesit kedua Coyote kemudian memutari kedua beruang dan kemudian menggertak anak
beruang yang menjaga makanan. Anak beruang kemudian berlari menuju induk
beruang. Menjauh “benteng’. Meninggalkan makanan.
Dengan
gesit kemudian induk Coyote berhasil “merampok” makanan yang cuma dilihat “melongo”
kelompok beruang. Sadar tertipu dengan strategi Coyote. Tidak berdaya mengejar
Coyote yang kemudian berlari kencang masuk kedalam hutan.
Lagi-lagi.
Pertarungan “pura-pura” dimenangkan Coyote. 2 – 0.
Pertarungan
“yang kuat” kemudian dikalahkan dengan “kecerdikan”. Beruang seberat 300 kg
namun mempunyai sifatnya yang sendirian (soliter) dikalahkan dengan hewan
seberat cuma 20 kg namun berkelompok. Atau “pertarungan” antara otot dikalahkan
dengan “otak”.
Dan
Coyote menjadi pemenang.
“Lho.
Kok hewan pakai otak, bang ?’.
“Oya.
Hewan memang tidak punya otak”.
Lha,
kalau manusia yang tidak pakai otak namun cuma pakai otot apa dong ?”.
Sudah,
ah. Mau tidur.
Nat.Geo.wild