Dalam
perjalanan ke Sarolangun, Bangko dan Kerinci, sebelum memasuki wilayah
administrasi Sarolangun, kita menjumpai Kecamatan Batin 24. Kecamatan Batin 24
termasuk kedalam Kabupaten Batanghari, Jambi.
Batin
24 dikenal sebagai batin (asal) yang menguasai wilayah Batin 24. 5 Orang di
Pasir Panjang, 8 orang di Durian Luncuk, 6 Orang di Teluk Mampir dan 5 orang di
Koto Buayo[1].
Dusun
asal Batin 24 terdiri dari Karmeo, Koto Buayo, Durian Luncuk dan Teluk Mampir.
Pasir
Panjang kemudian dikenal tempat Karmeo. Teluk Mampir dikenal sebagai tempat
Jelutih. Durian Luncuk dikenal sebagai Biring Kuning. Sedangkan Koto Buayo
tetap bernama Koto Buayo hingga sekarang
Kisah
Karmeo dimulai dari tempat Pasir Panjang. Tempat dimana adanya dua lubuk. Di hulu
dan di hilir terdapat lubuk. Di Lubuk terdapat buayo. Apabila musim kemarau,
datang, Buayo sering keluar (timbul) dan
terjadinya perkelahian buayo. Jadi tempat pertemuan perkelahian Buayo maka
dikenal Koto. Jadi Koto Buayo tempat perkelahian buayo. Dan biasanya disaksikan
para Raja-raja dulu. Tempat Raja-raja dulu menyaksikan di Pasir Panjang.
Selain
itu juga tempat ini dikenal sebagai “Debung bedarah’. Tempat Raja-raja
bertempur. Tempat ini kemudian dikenal sebagai Koto Buayo.
Kisah
Jelutih dimulai dari Teluk Mampir. Disebut sebagai Teluk Mampir disebabkan
teluk yang jarang mampir (atau tempat yang dihindarkan untuk mampir). Kemudian
pindah ke Rantau kapuk. Sebelah ulu Sungai Jelutih. Disebabkan tidak betah
tinggal disana kemudian sepakat tinggal diseberang ulu Sungai Jelutih. Tempat
ini kemudian dikenal sebagai Jelutih.
Disebut
Jelutih disebabkan ulu sungai ada kayu Belanti. Akarnya mirip Jalu[2]
yang berwarna putih. Akarnya tempat sandaran perahu dan tempat untuk mendarat
dari sungai ke darat. Karena sering dipegang-pegang menjadi licin dan berwarna
putih. Makanya kemudian disebut Jalu putih.
Kemudian
disepakati rapat di dusun, karena ada Sungai dan terdapat Jalu yang berwarna
putih maka kemudian disebut sebagai Sungai Jelutih.
Sedangkan
Durian Luncuk sebelumnya disebut Biring kuning. Kemudian pindah ke Dusun Mudo.
Disebabkan adanya wabah penyakit kemudian pindah ke Dusun Durian Luncuk.
Dengan
demikian maka Pasir Panjang dihuni 5 orang. Teluk Mampir 6 Orang, Durian Luncuk
8 orang dan sisanya di Koto Buayo. Dengan demikian maka 5 orang di Koto Buayo.
Didalam “Koninklijk Nederlands Aardrijkskundig
Genootschap” disebutkan in het
batin gebied staan de woningen in de doesoen. Dengan
demikian, maka Batin terdiri dari beberapa Dusun.
Cerita di masyarakat, arti kata “batin” berasal dari kata “asal”. Makna ini kemudian menjadi dasar
untuk pembagian Dusun.
Misalnya Batin 12 Marga Sumay. Dengan menggunakan kata “Batin”, maka ada 12 dusun asal (dusun Tua) sebagai bagian dari
Marga Sumay. Sehingga Dusun didalam Marga Sumay terdiri dari Pemayungan,
Semambu, Muara Sekalo, Suo-suo, Semerantihan, Tua Sumay, Teluk Singkawang,
Teliti, Punti Kalo, Teluk Langkap, Tambon Arang dan Bedaro Rampak[3].
Ditengah
masyarakat lebih mengenal Batin 5 di Koto Buayo, Batin 5 Pasir Panjang, Batin 6
Teluk Mampir dan Batin 8 Biring Kuning.
Batin
5 Koto Buayo, Batin 5 Pasir Panjang, Batin 6 Teluk Mampir atau Batin 8 Biring
Kuning adalah kebun yang dihuni. Jadi Batin 5 di Koto Buayo adalah kelompok
kebun yang terletak di Koto Buayo. Begitu seterusnya. Hingga kemudian menjadi
Dusun.
Dengan
demikian maka Batin 24 adalah 24 orang yang menghuni di Batin 24. Sehingga
disebut sebagai Batin 24.
Disebabkan
masyarakat yang banyak terdapat di Biring Kuning yang kemudian dikenal sebagai Durian Luncuk[4]
kemudian ditetapkan sebagai Pusat Batin 24. Dipimpin Pesirah sebagai Pusat
Pemerintahan setingkat kecamatan.
Selain
itu di Durian Luncuk adalah tempat bersatunya Batin 24 orang. Baik sebagai
benteng pertahanan dari serangan maupun sebagai pemersatu. Kisah-kisah serangan
dari Raja Palembang maupun dalam peperangan Sultan Thaha Saifuddin tidak dapat
dilepaskan Durian Luncuk sebagai benteng pertahanan yang kokoh.
Tembo
Batin 24 dengan Batin 6 Mandiangin ditandai dengan Sungai Pelayang. Terletak di
Dusun Jelutih.
Dulu
Hulubalang diperintahkan Raja untuk melihat Tembo Batin 24. Kemudian berperahu
di hulu. Di Hulu kemudian ditemukan Mayat. Setelah ditemukan mayat, hulubalang
kemudian memberitahukan kepada Raja.
Raja
kemudian “ngodar”[5]
kepada Khalayak ramai’. Setelah dikabarkan, ternyata tidak ada yang mengaku
adanya kehilangan warganya. Baik warga Batin 6 Mandiangin maupun Batin 24.
Setelah
tidak ada yang mengaku kehilangan warganya, maka raja kemudian memerintahkan
agar dikebumikan mayatnya. Tempat dikuburkan kemudian dikenal sebagai Teluk
Bungin Bang. Kemudian dikenal Sungai Rotan. Sungai Rotan terletak dengan dengan
Muara Ketalo.
Namun
setelah dikuburkan, Rajo Batin VI Mandiangin kemudian mengakui adanya warga
yang hilang. Untuk mencapai kesepakatan, maka dimana mayat ditemukan itulah
tempat perbatasan Batin 24 dan Batin VI Mandiangin. Nama tempat ini kemudian
sesuai didalam Batin VI Mandiangin[6].
Selain
itu tembo Batin 24 dengan Batin VI Mandiangin juga terdapat Gunung Kecil.
Batin
24 berbatasan dengan Marga Maro Sebo Tengah di Benteng Rajo. Dekat pal 16 dekat
Jebak. Sedangkan di Marga Maro Sebo Tengah, menyebutkan batas Batin 24 Dengan
Marga Maro Sebo Tengah (Tembesi) terletak di Dusun Empelu Hulu Sungai Tembesi[7].
Batin
24 berbatasan dengan Marga Pemayung Ulu di dekat Bulian Baru. Walaupun didalam
Marga Pemayung Ulu tidak menyebutkan berbatasan dengan Batin 24[8].
Batin
24 juga berbatasan dengan Marga Maro Sebo ulu di Sungai Ruan. Sedangkan di Marga
Maro Sebo Ulu berbatasan dengan Marga V di Mata Gual[9].
Menurut masyarakat Batin 24, Mata Gual yang
kemudian dikenal Batin V Mata Gual termasuk kedalam Batin 24. Sehingga batas Marga
Maro Sebo Ulu yang berbatasan dengan Marga V di Mata Gual adalah Batas Marga
Maro Sebo dengan Batin 24.
Batin
24 juga berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Didalam peta Belanda
“Schetskaart Residentie Adatgemeenschappen (Marga’S) tahun 1910, Batin 24 berbatasan
dengan Marga Air Hitam. Namun baik Batin 24 maupun Marga Air Hitam[10] mengakui dan tidak dapat menceritakan tentang batas keduanya.
Desa Jelutih, Desa
Hajran, Desa Olak Besar kemudian dikenal mempunyai hutan Desa. Lembaga Desa Pusako
Serengan Tinggi Desa Hajran, Lembaga Desa Rimbo Pusako Batang Terap di Desa
Jelutih dan Lembaga Desa Ibul Bajurai di Desa Olak Besar[11].
Kecamatan Batin 24
kemudian terdiri dari Kelurahan Durian Luncuk, Kelurahan Muara Jangga, Desa Aur
Gading, Desa Hajran, Desa Matagual, Desa Simpang Aur Gading, Desa Pakuaji, Desa
Kotoboyo, Desa Jangga, Desa Simpang Karmeo, Desa Bulian Baru, Desa Jangga Baru,
Desa Terentang Baru, Desa Simpang Jelutih, Desa Olak Besar dan Desa Jelutih.
Baca : istilah Marga di Jambi
Dimuat di www.serujambi.com, 26 November 2018
https://www.serujambi.com/2018/opini-batin-24-24-orang-yang-menguasai-batin/
Dimuat di www.serujambi.com, 26 November 2018
https://www.serujambi.com/2018/opini-batin-24-24-orang-yang-menguasai-batin/
[8] Cikman, Desa Tebing Tinggi, 20
Agustus 2016
[9] Desa Kembang Seri, Batanghari,
14 Mei 2017
[11]
Di Batanghari, Hanya 3 Desa Miliki Hutan Desa, www.jamberita.com, 19 Oktober 2013