Mendapatkan
kabar menjadi anggota DPRD Provinsi Jambi pengganti antar waktu, saya kemudian
teringat dengan komunikasi pertengahan 2016.
“Nah
kalau abang mau ke datuk nan tigo itu artinyo ke suku Penghulu. Iyo. Yang di
Datuk Nan Tigo. Kagek dio bawak abang ke orang yang lebih tahu dari dio,
katanyo. Dia Ok. Kapan bae jadwal abang sidang ke Sarolangun”. (2
Agustus 2016)
Demikianlah pembicaraan
di FB dan kemudian berkomunikasi langsung.
Melihat
detail data yang diberikan, informasi yang diberikan cukup berharga, saya
meyakini, sang pemberi kabar termasuk “orang penting” dari keturunan pemangku
adat. Dalam tutur sehari-hari, mewarisi “tuah” dari kebesaran keturunan yang
merawat tradisi.
Sebagai
keturunan yang mewarisi “tradisi”, sang pemberi kabar mampu merawat tradisi
yang mulai dilupakan generasi anak muda. Generasi zaman now.
Menjadi
tanggungjawab pribadi, tanggungjawab kepada “nama besar keluarganya”, untuk
tetap merawa tradisi. Baik menguasai informasi yang berkaitan tentang Batin
Datuk Nan Tigo, sejarah panjang Marga Cermin Nan Gedang, hingga sumber-sumber
informasi penting menyusuri jejak Marga dan Batin. Jejak yang menghubungkan
antara sejarah panjang di Datuk Nan Tigo dan Marga Cermin nan Gedang hingga
alam cosmopolitan rakyat Jambi di ulu sungai Batanghari.
Namun
yang saya kagumi, sebagai anak muda yang dilahirkan dalam suasana kemajuan
zaman, menguasai informasi dan teknologi, menguasai politik terkini namun merawat
tradisi yang diwariskan turun temurun. Tradisi yang dihormati, dipatuhi dan
masih hidup ditengah masyarakat.
Beban
berat merawat tradisi adalah pekerjaan ganda. Menghadapi perubahan zaman namun
tetap berpihak kepada tradisi Melayu Jambi. Terutama di ulu Sungai Batanghari.
Tidak
salah kemudian saya memberikan perumpamaan sebagai Sang Perawat tradisi.
Saya
kemudian menyusuri perjalanan ke Batin Datuk Nan Tigo. Yang kemudian dikenal
tempat di Limun, Salah satu kecamatan di Sarolangun, Jambi.
Kemudian
pembicaraan terputus setelah kemudian saya menuliskan Batin Datuk Nan Tigo.
Namun
kemudian tidak terdengar suaranya. Baik berkomunikasi di FB maupun interaksi via
telephone.
Sayup-sayup
kemudian saya mendapatkan kabar. Ternyata sang pemberi informasi kemudian
dilantik menjadi Anggota DPRD Provinsi Jambi. Penggantian antar waktu setelah anggota
DPRD sebelumnya diberhentikan disebabkan pindah partai.
“Tuah”
dari kebesaran dari tradisi harus mampu menjadi benteng, menjadi filter,
menjadi teladan didalam melaksanakan beban dan tugas yang dipikulnya.
“Tuah”
yang hidup dalam alam tradisi Melayu Jambi. Sehingga mampu mewarnai jagat
politik kontemporer.
Ditengah
hiruk pikuk melewati tahun suram politik di Jambi 2 tahun terakhir.
Selamat
bertugas.
Dimuat di www.penajambi.com, 8 Januari 2019
http://www.penajambi.com/opini/perawat-tradisi/
Dimuat di www.penajambi.com, 8 Januari 2019
http://www.penajambi.com/opini/perawat-tradisi/