Sudah
lama saya tidak mendengarkan kata “semalam”. Kata yang sering diucapkan para
tua-tua kampong (pinisepuh) dalam dialog sehari-hari.
Kata
“semalam” biasa ditujukan untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan “kapan datang ?”
kemudian dijawab “Semalam”.
Kata
“Semalam” bukan menunjukkan datangnya “pada malam hari”. Atau bukan juga
menunjukkan tentang “perbuatan semalam suntuk”.
Kata
ini menunjukkan “kedatangan sudah semalam”. Atau “sudah menginap semalam”. Kata
ini juga menunjukkan kedatangannya sudah lama. Sehingga sudah bisa mengaso,
rehat ataupun sudah lama bercengkrama.
Namun
kata “Semalam” tidak mesti sudah “semalam” kedatangannya. Kata “semalam” juga
menunjukkan hari yang lampau. Baik sehari ataupun beberapa hari yang lalu.
Kata
ini saya temukan di Pulau Burung, Inhil, Riau. Semula ketika ditanyakan kepada
salah satu warga dengan tuan rumah, dengna enteng sang tuan rumah menjawab “Semalam’.
Padahal kedatangan saya sudah beberapa hari yang lalu.
Saya
kemudian berkesimpulan. Kata “Semalam” tidak mesti “satu malam” yang lampau.
Tapi juga menunjukkan beberapa hari yang lalu.
Didalam
kamus besar Bahasa Indonesia, kata “semalam” menunjukkan “satu malam”. Kata “semalam”
juga menunjukkan “malam kemarin”. Atau bisa juga “sepanjang malam”. Dapat juga
ditafsirkan “hari sebelum hari ini atau kemarin”.
Menilik
dari maksud dari penutur yang menjelaskan kata “semalam”, maka kata “Semalam”
tidak sekedar “hari kemarin”. Justru kata “semalam” lebih jauh lagi.
Kata
“semalam” menunjukkan “satu atau bahkan lebih satu hari”. Lompatan besar dari
makna didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kekayaan
kosakata Melayu menunjukkan derajat pemahaman yang agung. Kata-kata tidak bisa
diterjemahkan secara harfiah (letterlijk). Namun juga menggambarkan kondisi
alam masyarakat dalam satu peradaban.
Lalu
mengapa kosakata Melayu kemudian tenggelam dengan hiruk-pikuk perkembangan
pemahaman yang semakin sempit. Apakah kita sudah kekurangan literasi dan
terjebak dengan pemahaman tekstual ?. Atau memang “kosakata” sebagai adiluhung
peradaban Melayu yang semakin terpinggirkan ?