14 April 2019

opini musri nauli : BAHASA CINTA


Menyaksikan spontanitas dari masyarakat yang datang ke Gedung Bung Karno seakan-akan mengirimkan pesan. Suara diam mulai bergerak. Denyut perlawanan mulai menunjukkan kekuatan suaranya. 

Berbagai Pernik-pernik kreatif bermunculan. Mewarnai suasana Rapat Umum Rakyat Konser Putih Bersatu. Memutihkan Gedung Bung Karno. 
Tidak perlu menghitung jumlahnya. Tidak perlu menyebutkan sponsornya. Yang dirasakan adalah suasana akrab, bergembira. Tanpa sekat. Apalagi batas. Semuanya menyambut pesta rakyat. 

Tidak ada makian, seruan untuk menghujat, menghina apalagi kemudian memaksa Tuhan untuk mengabulkan doanya. Semua bergembira dengan Bahasa yang sama. Bahasa Cinta
Tidak ada arak-arakkan bendera partai, umbul atau symbol dari partai. Semuanya menyatu dalam baju yang sama. Baju putih. Bergembira menyaksikan konser “Satukan Indonesia – Menuju Indonesia Maju”. 

Tidak ada teriakan kemarahan. Tidak ada umpatan, makian, hinaan. Semuanya bergembira. Menikmati pemilu sebagai pesta rakyat. 

Setiap orang bertegur sapa. Sembari mengabarkan suka. Sambil tersenyum mengucapkan tanda gembira. Yang ada tawa canda. Bergurau sembari bersuka. Tidak lupa berbagi tanda. Suvenir sebagai pengikat peristiwa. 

Inilah wajah Indonesia. Yang bersuara untuk kepentingan Bersama. Sembari berkata “Mari kita maju Bersama”. 

Sembari menutup pidato, Jokowi kemudian “menyambut” kehangatan dari yang hadir. Dengan Bahasa Cinta. “Dengan Bahasa Cinta. Saya ingin menyalami semuanya”.
Inilah wajah Indonesia. Yang bersuara untuk kepentingan Bersama. Sembari berkata “Mari kita maju Bersama”.