Akhir-akhir
ini, Indonesia menjadi perhatian dunia. Mulai 1 Mei
2019, Indonesia resmi
menjabat Ketua Dewan Keamanan (DK) PBB. Kepemimpinan Indonesia di Dewan Keamanan PBB
sendiri akan mengambil tema 'Investing in Peace Including Safety and
Performance of UN Peace Keeping'.
Pertengahan Mei 2019, Forbes
sudah menjuluki "Indonesia:
The New Tiger Of Southeast Asia", Elad Natanson, Forbes, 14 Mei 2019.
Indonesia telah mendorong perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara.
Perhatian dunia tertuju ke Indonesia setelah sebelumnya, Sri
Mulyani Indrawati (SMI), Menteri Keuangan Indonesia dinobatkan menjadi Menteri
terbaik didunia. SMI berhasil meraih predikat yang diadakan pada World Government
Summit 2018. Prestasi yang diulangi pada tahun sebelumnya.
Padahal pertengah tahun 2018, Indonesia baru saya menyelenggarakan
event Olahraga, Asian Games 2018. Cara “opening art” dengan memadukan “kedatangan”
Jokowi dengan menaikkan kendaraan sepeda motor lengkap dengan “jumplitan” mirip
Tom Cruise kemudian menampilkan tarian kolosal dari Indonesia.
Dunia berkecak kagum setelah “opening art” lebih heboh dari pembukaan
Olimpiade di Inggeris maupun di Jepang.
Tiga kesuksesan dan melambungkan nama harum Indonesia kekancah
dunia mengingatkan kisah Ramalan Jayabaya.
Menurut Agus Wahyudi, “Zaman Kalasurasa”, Ramalan Jayabaya dapat
ditemukan didalam Kitab Musasar. Dituliskan oleh Cucu Sunan Giri yang bernama
Sunan Giri Parapen tahun 1613 m. Sunan Giri Parapen adalah Putra dari Susuhunan
Ratu Giri, Kerajaan ujung Timur kesultanan Giri (Depdikbud, 1996).
Kitab turunan Musasar kemudian dituliskan pujangga Keraton
Surakarta tahun 1749 m.
Musasar berasal dari istilah Arab “Musarrar” yang diartikan “sangat
dirahasiakan”. Kitab Musasar berisikan tentang hal-hal yang rahasia.
Kitab Musasar dijelaskan lebih detail didalam “Serat Centhini”.
Ada 3 zaman. Setiap Zaman berisi 700 tahun. Jadi Berisikan 2.100 tahun.
Didalam alam kosmpolitan masyarakat Jawa, Ramalan Jayabaya
disebutkan adanya tiga zaman. Yaitu zaman Kaliswara, Zaman Kaliyoga dan Zaman
Kalasangara. Masing-masing tiap zaman terdiri dari tujuh zaman. Zaman Kaliswara
terdiri dari zaman Kalakukila, Zaman Kalabuddha, Zaman Kalabrawa, Zaman
Kalatirta, Zaman Kaladwabara, Zaman Kalaswabawa dan Zaman Kalapurwa.
Zaman Kaliyoga terdiri zaman Kalabrata, zaman Kaladupura, Zaman
Kaladwapara, Zaman Kalaprananika, Zaman Kalateteka, Zaman Kalawisesa dan Zaman
Kalawisaya.
Sedangkan Zaman Kalasangara terdiri Zaman Kalajangga, Zaman
Kalasekti, Zaman Kalajaya, Zaman Kalabendu, Zaman Kalasuba, Zaman Kalasumbaga
dan Zaman Kalasurasa.
Di Zaman Kalabendu dimulai setelah berakhir Zaman Kalajaya.
Ditandai dengan perpecahan kerajaan Mataram. Menjadi Kasunanan dan
Mangkunegaran. Sekitar tahun 1757 m. Bendu diartikan sebagai “bencana”. Kemudian
merasakan “derita panjang” penjajahan Belanda. Zaman Kalabendu kemudian
berakhir 1800-an.
Di Zaman Kalabendu, Ronggowarsito yang kemudian melahirkan karya
sastra “Serat Kalatidha” menyebutkan adanya “Satriya Piningit”. Yaitu “Satriya
Kinunjara Murwa Kuncara, Satriya Mukti Wibawa Kesandhung Kesampar, Satriya
Jinumput Sumela Atur, Satriya Lelana Tapa Ngrame, Satriya Piningit Hamong
Tuwuh, Satriya Boyong Pambukaning Gapura, dan Satriya Pinandhita Sinisihan
Wahyu.
Zaman Kalabendu kemudian digantikan Zaman Kalasuba. Kalasuba
adalah zaman “suka”. Zaman ini kemudian ditandai dengan berakhirnya derita
Rakyat Jawa setelah dicabutnya “tanaman paksa”. Sehingga dikenal Zaman
pencerahan yang ditandai dengan ilmu pengetahuan yang terbuka (Tunjung Putih)
seperti irigasi, ilmu pengetahuan dan imigrasi.
Selain itu lahirnya berbagai pergerakan. Budi Utomo, Kemerdekaan
dan menjulangnya Indonesia dikancah dunia. Ditandai dengan dikenalnya Soekarno
menjadi spectrum dari negara-negara meraih kemerdekaan.
Zaman Kalasumbaga adalah zaman “misuwur”. Zaman “terkenal”. Zaman
ini adalah zaman setelah mengalami kegelapan setelah zaman Kalabendu. Kegelapan
yang dimaksudkan adalah “periode” orde baru yang menimbulkan “Raja Peranggi
yang sangat kejam dan berdiam ditanah Jawa”. “Raja Peranggi” adalah zaman
krisis multidimensi. Yang menimbulkan persoalan ekonomi, kemiskinan dan
persoalan rakyat dimana-mana.
“Raja Peranggi berhasil diusir oleh Ki Patih – bala prajurit
dikalahkan”. Zaman ini kemudian ditandai dengan “zaman Sriyana”. Zaman ini
ditandai dengan pembangunan besar-besaran. Tempat yang semula kumuh menjadi
bersih.
Sehingga ketika Indonesia mulai dibicarakan dunia maka setelah
melewati Zaman Kalabendu, nama Indonesia semakin “misuwur”. Semakin terkenal.
Zaman yang kemudian juga melewati Zaman Sriyana.
Sehingga Ronggowarsito menyebutkan sebagai pemimpin yang disebut “Satriya Pinandhita Sinisihan Wahyu. Resi
Begawan (Pinandhita) adalah pemimpin
yang tidak lepas dari petunjuk Tuhan (Sinisihan
Wahyu).