12 Juni 2019

opini musri nauli : NAK

NAK

Nak. Ayahmu bukankah keturunan kaya. Bukan juga mempunyai kekayaan.
Namun ayahmu berjanji. Mengajakmu kelilingi dunia. Menatap dunia dengan keindahannya.
Pergilah. letakkan gadgetmu. Tinggalkan ruangan.
Pergilah menghirup udara segar.


Lihatlah indahnya Indonesia.
Gunung, Danau, Laut, bukit, Sungai.
Air yang mengalir.
Udara sejuk dipagi hari.
Pohon yang terus memancarkan kesejukan.
udara bersih yang terus memancarkan aura kehidupan.
Nak. Tinggalkan cerita basi diruang maya.
Dengarlah cerita nyata tentang ibumu yang membuat rendang.
Cerita tentang Pinukuik, padamaran, dendeng batokok, sayur asam, pucuk ubi tumbuk.
Ramuan makanan istimewa dibuatkan perempuan Indonesia.
Memadukan ramuan, bumbu-bumbu yang terkenal menjaga kesehatan.
Kunyit, lengkuas, bawang merah, cabe, garam, jeruk nipis sebagai penyedap rasa.

Nak. Temanku di Eropa sering mengeluh. Mereka iri dengan kekayaan alam kita.
Hutan tumbuh lebat. Segala ramu-ramuan, rempah-rempah hidup dan terdapat disekitar kita.
Mereka rela mengumpulkan uang. Menabung tahunan hanya untuk melihat mekarnya bunga.
Atau cuma mendengarkan suara Orang utan yang berteriak dihutan alam.
Mereka juga bercerita. Bagaimana nenek moyang mereka rela datang ke nusantara. Hanya untuk mendapatkan rempah-rempah.
Rempah-rempah yang menjadi impian petualang Eropa rela berjalan mengitari setengah bumi.
Untuk mendapatkanya.

Nak. Datanglah tempat yang temanmu ceritakan. Lihatlah pemandangan yang indah.
Kemudian datanglah tempat yang diceritakan kakekmu, nenekmu, Ibumu, ayahmu, semua saudara-saudaramu.
Kemudian ceritakan kepada teman-temanmu.

Lihatlah berbagai ragam kulit, rambut dan wajah manusia didunia.
Mereka berbeda suku, ras, jenis kelamin hingga berbeda bangsa.
Namun tetap satu jiwa. Kejujuran, keramahan, ketulusan dan menawarkan persahabatan.
Tanpa sekat. Apalagi agama.

Nak. Jangan percaya hasil bidikan lensa kamera dalam gambar.
Saksikan dengan mata dan kepalamu sendiri.
Gambar adalah “pengolahan teknologi” untuk membuat indah.
Yang ditutupi lensa dan diolah sesuka-suka pemotret.
Matamu lebih indah daripada lensa. Matamu tidak bisa berdusta.
Yang digambar “hanya biasa-biasa” saja namun ternyata matamu lebih indah memandangnya.

Nak. Engkau tidak perlu bertengkar tentang bentuk bumi.
Engkau cukup kelilingi dunia. Sembari membawa Globe sembari tertawa.
Biarkanlah mereka dengan “katak” yang suka dibawah tempurung.
Namun nikmati dunia dengan keindahannya.

Nak. Apabila engkau sudah mengitari dunia. Ceritakan kepada teman-temanmu.
Kepada adik-adikmu. Kepada saudara-saudaramu.
Kemudian kepada anak-anakmu.

Suatu saat kelak. Apabila anakmu kemudian datang ketempat yang engkau ceritakan.
Mereka akan bangga. Jejak kakimu menjulang keangkasa. Menapak bumi
Sembari tersenyum, engkau berkata “Oh. Indonesia. Tidak cuma selebar tempurung.
Tidak sekedar jauhnya dari lorong rumahmu.

Jambi, 12 Juni 2019