26 Juni 2019

opini musri nauli : Perdagangan Lada


Dari dulu saya penasaran dengan istilah "Bahar". Di Kabupaten Muara Jambi, dikenal daerah "Sungai bahar". Walaupun bahar kemudian menunjukkan Sungai, namun istilah bahar sendiri saya tetap penasaran.


Namun "mutiara" ini saya temukan. 

Bahar adalah istilah untuk satuan terhadap barang. Dalam hal ini satuan terhadap Lada (di Jambi sering disebut dengan Sahang). 


Satu bahar = 6 zaak. Atau 25-30 real (1660. Laporan J. C. Van Leur).


Dalam perkembangannya, harga satu bahar Lada kemudian disetarakan dengan 12-30 real. 


Dalam perdagangan di Sumatera, Politik Lada dikenal memasuki paruh abad XVII. Buku Barbara Watson Andaya, Buku Kerajaan Indrapura, Sejarah Pantai Barat Sumatera, lada kemudian "meledak". 


Dan menjadi kekayaan di kerajaan Palembang Darussalam, Kerajaan Jambi, Kerajaan Indrapura. 


Kekayaan yang kemudian mereka menjadi "primadona". 


Kalo teman-teman jalan2 ke Muko-muko, Tapan, Kerinci, Painan, Pasaman, Batanghari Jambi, Palembang, Bangka adalah jalur-jalur "pemasok lada" untuk kebutuhan Eropa dan Tiongkok. 


Jejak itu pernah saya telusuri. Buku ini kemudian mengkonfirmasikannya. 


Sehingga "Lada" yang mempertemukan perdagangan Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera. 


Terima kasih, Tuhan. Berbagai pertanyaan sering tidak saya duga menemukan jawabannya.