Ketika
diumumkan nama-nama Capim KPK 2015-2019 yaitu Agus Rahadjo, Basaria Panjaitan,
Alexander Marwata, Saut Situmorang dan Laode Syarif (bang Laode), sebagian
kalangan sedikit mencibir. Masih ingat kata-kata menyakitkan. “Kuda Troya’.
Sayapun sendiri tidak mengerti apa maksud dari kata-kata “kuda troya’.
Relatif
sejak tahun 2016, praktis informasi berkaitan KPK cuma membaca di media massa.
Itupun sepenggal-sepenggal. Tidak utuh.
Entah
apa maksudnya “kuda troya”. Namun tuduhan “kuda troya” membuktikan sang penuduh
mencibir terhadap terpilihnya 5 orang komisioner KPK.
Dari
nama-nama yang terpilih, secara pribadi saya hanya mengenal Laode Syarif (bang
Laode). Itupun didalam mempersiapkan beliau menjadi Saksi ahli dalam kasus
kebakaran tahun 2013.
Ketika
itu Walhi Jambi dan Walhi Riau sedang serius mempersiapkan legal standing
menggugat kebakaran. Eknas Walhi kemudian memfasilitasi. Termasuk menghadirkan
Bang Laode yang menguasai tema ini.
Bang
Laode kemudian memberikan pertimbangan hukum dan kemudian digunakan didalam
persidangan. Setelah itu, praktis sama sekali tidak lagi berhubungan.
Ketika
bang Laode kemudian mendaftar dan mengikuti Capim KPK, saya kemudian praktis
hanya mengetahui dimedia massa. Kesibukan dan pekerjaan sehari-hari membuat
saya hanya memantau dari kejauhan.
Alhamdulilah.
Kemudian bang Laode terpilih.
Selain
itu saya sama sekali tidak mengenal. Apalagi kiprahnya diajang issu good government.
Jauh sekali.
Namun
masih ingat ketika itu, ditengah cibiran sebagian kalangan, saya yang hanya
mengenal Bang Laode berkeyakinan. Capim terpilih mampu mengemban tugasnya
dengan baik.
Saya
masih ingat betul. Keesokan harinya, dengan tegas saya katakan. Sistem dan
organisasi di KPK relatif baik. Sehingga “issu miring” terhadap capim KPK
terpilih pasti menjalankan tugas dengan baik.
Saya
kemudian merasa sendirian. Menjadi pembela “sang kuda troya’ yang dihebohkan
berbagai issu miring.
Bukankah
masih ingat ketika sebagian kalangan kurang yakin dengan Agus Rahardjo yang
disebut-sebut dalam kasus E-KTP, Basaria Panjaitan yang berlatar kepolisian,
Saut Situmorang yang berasal dari intelijen yang sempat kemudian tersandung
dalam “plesetan” dan sempat menyerempet HMI.
Ditengah
issu cibiran “Kuda troya”, pelan tapi pasti. Berbagai prestasi KPK mulai
menunjukkan kelasnya.
Prestasi
paling monumental adalah ketika KPK berhasil OTT di Jambi. Memangkas satu rezim
yang berkuasa lebih satu dasawarsa. Sayapun kemudian mulai bertepuk tangan. Memberikan
angkat jempol yang tinggi kepada KPK.
Cibiran
“Kuda Troya” mulai menunjukkan kelasnya. KPK jauh dari hiruk pikuk politik. Apresiasi
tinggi saya haturkan kepada Bang Laode.
Tidak
sia-sia kemudian saya menjadi “pembela”
dari cibiran Kuda Troya.
Namun
ketika apresiasi tinggi kepada Bang Laode, entah mengapa saya menyaksikan
peristiwa yang belum saya mengerti.
Saya
tidak mau ikut “cawe-cawe” tentang Capim KPK dan RUU KPK. Pihak yang setuju dan
menolak kemudian ramai di lapak FB saya.
Saya
menghormati. Baik yang setuju maupun yang menolaknya.
Sah.
Di alam demokrasi.
Nun
jauh keramaian. Saya menyaksikan dari televisi. Bang Laode kemudian berada
dalam barisan. “Menyerahkan mandat”.
Saya
tidak mengerti “persoalan” dan pergumulan batin yang terjadi dengan Bang Laode
?. Mengapa tidak bisa mengambil keputusan yang elegan.
Apakah
bang Laode begitu emosional dengan Capim KPK terpilih dan RUU KPK. Bukankah sikap
ini sudah disampaikan? Bukankah lebih terhormat untuk menyelesaikan mandatnya
?.
Mengapa
Bang Laode kemudian “menyerahkan mandat” sebagai komisioner KPK ?
Mengapa
Bang Laode tidak menyelesaikan tugasnya hingga akhir jabatan. Mengikuti jejak
Basaria Panjaitan dan Alexander Marwata ?
Mungkin
“maqom” saya tidak mampu memahaminya.
Ah.
Atau mungkin apresiasi dan respek saya terlalu besar terhadap Sang Kuda Troya.
Dimuat di www.jamberita.com, 16 September 2019..
https://jamberita.com/read/2019/09/16/5953058/sang-kuda-troya
Dimuat di www.jamberita.com, 16 September 2019..
https://jamberita.com/read/2019/09/16/5953058/sang-kuda-troya
Sekali
lagi saya mohon maaf. Pembela Kuda Troya ternyata dikecewakan.