02 Agustus 2020

opini musri nauli : Simulasi Pilgub 2020



Menjelang masa pendaftaran Bakal Calon Gubernur Jambi 2020 semakin seru. Setelah Partai Nasdem diklaim didukung oleh kandidat lain namun kemudian akhirnya ke Fasha-AJB (14 Juli 2020), akhirnya Partai Gerindra justru berlabuh ke FS (29 Juli 2020). Sebuah “kekagetan” menjelang Idul Adha. Padahal Partai Gerindra diklaim didukung oleh kandidat lain.

 

Dukungan Partai tinggal PAN, Partai Demokrat dan PDIP.

 

Sedangkan PKS, PKB dan Partai Berkarya relatif sudah aman. PPP sudah komitmen untuk Fasha-AJB walaupun sebentar pernah heboh ke kandidat lain. Begitu juga Partai Hanura.

 

Melihat PAN, Partai Demokrat dan PDIP yang belum menentukan dukungan membuat ketiga bacalon belum “aman”. Terlepas dari klaim terhadap PDIP memberikan dukungan kepada CE-RM, apabila PDIP tidak memberikan dukungan kepada CE-RM , maka CE-RM dipastikan belum mencukupi untuk berlayar.

 

FS yang sudah mengantongi Partai Hanura (2 kursi) dan Partai Gerindra (7 kursi) membuat belum aman. Masih dibutuhkan “one shooting” untuk melewati 11 kursi. Namun “keberhasilan” meraih Partai Gerindra tidak boleh dianggap enteng.

 

Padahal sudah “dipastikan OK”, ketika Partai Gerindra mendukung kandidat lain selain FS. Namun ketika Partai Gerindra kemudian mendukung FS adalah sebuah pencapaian yang harus dipahami secara serius.

 

Pertanyaan selanjutnya apakah PDIP akan mengikuti jejak Partai Gerindra untuk mendukung FS ?

 

Yang menarik adalah apakah PDIP akan “berlabuh” ke CE-RM sehingga “kuning” bersatu dengan “merah” untuk kemudian menatap lebih mantap menjelang pendaftaran ?

 

Padahal “suara kencang’ dukungan merah kepada CE-RM sudah menjadi pengetahuan umum. Menjadi skenario berantarakan apabila merah kemudian tidak memberikan dukungan dan bergabung dengan kuning.

 

Lalu dimana suara Partai Demokrat ? Apakah pernyataan tegas dari Ketua DPD Partai Demokrat Jambi yang hanya menyatakan “FU” yang mendaftar ke Partai Demokrat menjadi “jaminan” kepada FU ?

 

Atau Partai Demokrat memberikan dukungan kepada Fasha-AJB ?

 

Menghitung arah dukungan ketiga partai justru membuat skenario politik di Jambi semakin menarik.

 

Apabila simulasi dilakukan, PDIP yang kemudian bersatu dengan kuning membuat CE-RM menjadi mantap untuk berlayar.

 

Sedangkan apabila Partai Demokrat kemudian memberikan dukungan kepada siapapun (baik Fasha-AJB ataupun FS membuat siapapun yang didukung) dapat berlayar dengan tenang.

 

FS didukung Partai Hanura (2 kursi) dan Partai Gerindra (7 kursi) mendapatkan tambahan Partai Demokrat (7 kursi) menjadi mantap menjadi 14 kursi.

 

Atau sebalik. Partai Demokrat berlabuh ke Fasha-AJB.  Dengan kalkulasi suara PPP (3 kursi), Partai Nasdem (2 kursi) menjadi 12 kursi. Angka krusial untuk melewati kursi aman.

 

Dukungan Partai Demokrat kepada Fasha-AJB dapat diterima. Selain AJB merupakan kader internal, dukungan kepada AJB sudah santer dikumandangkan.

 

Sehingga dipastikan, arah angin Partai Demokrat dan PDIP akan menentukan “Siapa” kandidat yang berguguran.

 

Apabila PDIP tidak berlabuh ke CE-RM maka dipastikan CE-RM tidak akan aman. Bahkan terancam malah tidak ikut Pilgub 2020. Skenario yang mungkin kurang diperhatikan publik akhir-akhir ini.

 

Atau apabila Partai Demokrat tidak memilih diantara Fasha-AJB atau FS, maka dipastikan diantara keduanya tidak mencukupi suara.

 

Namun kemanapun arah dukungan PDIP maupun Partai Demokrat, kandidat yang tinggal dipastikan hanya 3 pasang. Siapapun yang didukung oleh Partai adalah kepentingan partai yang didukung oleh tim yang kuat sehingga partai kemudian memberikan dukungan.

 

Lalu apakah dimungkinkan PDIP mendukung FS ? Mengapa tidak ? Lazim kok Partai mendukung kadernya yang maju di Pilkada.

 

Namun yang pasti, dukungan PDIP ke FS justru malah menyingkirkan CE-RM yang hanya mendapatkan dukungan dari Partai Golkar (7 kursi).

 

Sehingga kemanapun arah dukungan, entah PDIP ke FS (dengan alasan mendukung kader sendiri) ataupun Partai Demokrat (entah ke Fasha-AJB dengan alasan dukungan kader ataupun ke FS dengan alasan “siapa yang mendaftar) dapat dibenarkan.

 

Dengan demikian, apabila Partai Demokrat mendukung Fasha-AJB membuat Fasha-AJB bisa berlayar. Meninggalkan FS yang tidak mendapatkan cukup dukungan.

 

Begitupun sebaliknya. Partai Demokrat mendukung FS meninggalkan Fasha-AJB yang cuma mengantongi 5 kursi.

 

Atau apabila PDIP kemudian mendukung FS membuat FS aman meninggalkan CE-RM yang cuma berkutat di angka 7 kursi.

 

Bahkan apabila PDIP bergabung dengan Partai Demokrat dan Partai Gerindra kemudian berlabuh di FS maka justru paling seru. Justru CE-RM dan Fasha-AJB malah kemudian tidak dapat mengikuti kompetisi Pilgub 2020.

 

Apakah skenario 3 pasang atau 2 pasang di pilgub 2020, justru  di momentum pilkada adalah pertarungan strategi ciamik dari partai-partai besar. Berbagai klaim justru runtuh dengan dukungan berbeda dengan yang selama ini menjadi klaim dukungan.

 

Kemanapun arah dukungan partai, hitung-hitungan matematika yang luput dari perhatian publik. Padahal “arah dukungan” menggambarkan kekuatan, jaringan yang kuat hingga kekuatan personal kandidat yang diberikan partai.

 

Melihat awal bulan September waktu pendaftaran maka kejutan demi kejutan bisa saja terjadi. Terlepas dari pembicaraan publik arah PAN, kecondongan Partai Demokrat dan PDIP justru menentukan arah Pilgub 2020.


Pencarian terkait : Opini musri nauli, musri nauli, jambi, sejarah jambi, politik jambi, hukum adat jambi, 


opini lain dapat dilihat di www.musri-nauli.blogspot.com