28 Oktober 2020

Opini Musri Nauli : Jurnalis

"Bang jangan ada kawan-kawan yang tertinggal”, kata Al Haris mengingatkan.. 

Demikian ujaran pendek ketika awal-awal penugasan sebagai Direktur Media Publikasi dan Opini Tim Pemenangan Al Haris-Sani di Pilgub Jambi 2020. 

Sebagai “permintaan”, ingatan itu cukup sederhana. Sayapun menjadi paham dengan gaya, karakter Al haris yang mengutamakan kebersamaan.. 

Lihatlah dukungan dari tokoh-tokoh Adat, para orang tua di Jambi. Berbagai dukungan yang kemudian terlibat membuktikan sikap kebersamaannya. 

Dipimpin oleh HM Madel, mantan Bupati yang cukup dihormati dikalangan birokrat dan masyarakat Sarolangun. Atau Abdullah Hich. mantan Bupati dan tokoh yang dihormati di Tanjabtim. 

HM Madel dan Abdullah Hich dikenal sebagai peletak dasar pembangunan kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Tanjabtim. Dua kabupaten pemekaran tahun 1999. 

Belum lagi dukungan 4 bupati yang berikrar mendukung Al Haris maju menjadi gubernur Jambi. 

Namun yang paling mengagumkan. Beberapa “rival” pilkada Merangin justru bergandengan tangan dalam satu barisan. Suara bulat untuk Merangin. 

Kekagumam saya justru tidak terlepas cara komunikasi Al Haris dan Abdullah Sani didalam menggalang dukungan.. 

Dalam beberapa kali kesempatan, Al Haris sering menyampaikan. “kita ini keluarga. bukan tim sukses”.

Suasana kekeluargaan dan keakraban begitu terasa. Berbagai pertemuan didalam tim di posko induk (biasa juga disebut Posko center), suasana senda gurau ataupun suasana kegembiraan lebih terasa dibandingkan agenda pilkada.. semua membaur. 

Sehingga “ingatan” untuk mengajak temam-teman jurnalis adalah cara komunikasi Al Haris yang ingin mengajak semua orang. Menjadi bagian penting dari proses demokrasi di Jambi.. 

Namun cara komunikasi dengan jurnalis bukanlah sekedar formal. Berbagai crita teman-teman jurnalis kadangkala membuat saya sering senyum-senyum sendiri. 

Misalnya ketika teman-teman ada liputan yang lain. Dan harus meninggalkan liputan agenda al Haris. 

Ajudan dapat saja membisikkan Al Haris. Kemudian Al Haris keluar sebentar. Menemui jurnalis. Wawancara singkat. Atau dapat memberikan statement pendek. 

Atau bisa juga. Al Haris memberikan komentar terhadap kegiatan kepada teman-teman jurnalis sebelum memasuki pertemuan. Selain tidak ingin jurnalis menunggu terlalu lama selesainya pertemuan, Al Haris juga paham dengan kesibukan Jurnalis. 

Bahkan entah beberapa kali, saya perhatian, melihat teman-teman jurnalis di pintu masuk ruang pertemuan, Al Haris malah mendahulukan bertemu dengan teman-teman jurnalis. Baru mengikuti pertemuan. 

Cara komunikasi yang dilakukan Al Haris selain itu juga dia pernah menjadi penyiar RRI Jambi. Dunia jurnalis tidak begitu jauh dalam kehidupan dia sehari-hari. 

Ketika wabah pandemik corona mulai menyerang Jambi, beberapa peristiwa kemudian membangkitkan solidiritas. 

Tanpa basa-basi, ramuan daun sungkai sering diminta untuk diantarkan ke tempat-tempat teman-teman jurnalis dirawat. 

Entah berapa kali, semalaman posko harus merebut air ramuan daun sungkai. Menyediakan stok pengiriman untuk teman-teman jurnalis. 

Atau ketika peralatan kurang mendukung. Tim media sering kerumah pribadi Al Haris. Mengangkut dandang, kompor gas untuk membantu stok ramuan daun sungkai. 

Hubungan personal dan cara pandang Al Haris kepada teman-teman jurnalis adalah hubungan kekeluargaan. Hubungan yang tidk mengenal sekat dan birokrasi yang rumit. 

Hubungan personal adalah kekayaan yang tidak nerhenti cuma berkaitan dengan pilkada. Tapi hubungan yang membuat pilkada kemudian menjadi begitu menggembirakan. 

Tidak salah kemudian. Testimoni teman-teman jurnalis yang kemudian dinyatakan sembuh dari corona sering mampir ke linimasa media massa. 

Atau cuma sekedar mengabarkan kepada whattapp saya. Mengabarkan kegembiraam setelah dinyatakan sembuh dari corona. 

Sembari tidak lupa menitipkan pesan. 

“Salam, Pak dir. Untuk wo Haris”.


Pencarian terkait, opini Musri Nauli, Jambi, Jambi dalam hukum, 

Opini lain dapat dibaca di www.musri-nauli.blogspot.com.