04 Desember 2020

opini musri nauli : Perjalanan Betuah (54)



Didalam tembo selalu disebutkan “dari durian ditakuk rajo lepas kesialang belantak besi melayang ke Tanjung Simalidu menepih beringin nan sebatang, Beringin gedang nan sekali dalam, mendaki bukit kelarik nan besibak meniti pematang panjang, menepat ke Singkil Tujuh Balarik ke sepisak pisau hilang mendaki bukit Alam Babi meniti pematang panjang menepat ke bukit cindaku laju ke ulu Parit Sembilan menuju ke Sungai Reteh dan Sungai Enggang Marem Tanjung Labuh terjun ke laut nan mendidih menempuh ombak nan berdebur merapat ke Pulau nan tigo, sebelah laut Pulau Berhalo naik ke sekatak Air Hitam menuju ke Bukit Seguntang – guntang mendaki bukit tuo lepas sungai Bayung Lincir laju ke hulu Sungai Singkut dikurung bergandeng bukit tigo mendaki ke serintik hujan panas meniti Bukit Barisan turun ke Renah Sungai Buntal menuju ke Sungai Air Dikit, menerpa ke Hulu sungai Ketaun mendaki bukit malin dewa laju ke sungai Ipuh mendaki Bukit Sitinjau Laut, sayup – sayup laut lepas menuju gunung berapi di situ tegak Gunung Kerinci menepat ke Muaro Bento menempuh Bukit Kaco meniti Pematang Lesung terus menuju Batu Anggit dan Batu Kangkung, Teratak Tanjung Pisang, Siangkak – Siangkang Hilir pulo ke durian di takuk rajo di situ mulai bejalan balik pulo ketempat lamo bejalan meniti batas. 


Itulah batas yang kini menjadi Wilayah Provinsi Jambi sebagaimana dimaksud UU Nomor 61 Tahun 1958.


Mengikuti alur dari tembo dari “Telun Berasap” yang terletak di Kabupaten Kerinci yang langsung berbatasan Jambi – Sumbar, hingga “sebelah laut Pulau Berhalo naik ke Sekatak Air Hitam” yang terletak di Kecamatan Sadu, Tanjung Jabung Timur langsung berbatasan dengan Provinsi Sumsel adalah nama-nama wilayah Jambi. 


Mari kita telusuri nama-nama tempat “Tanjung Samalidu” yang terletak di Marga Jujuhan, Durian Takuk Rajo yang dikenal di Marga VII Koto (sekarang menjadi Kecamatan VII Koto dan Kecamatan VII Koto Ilir), Marga IX Koto dan Marga Sumay (yang kemudian menjadi Kecamatan Sumay dan Kecamatan Serai Serumpun). 


“Durian takuk rajo” dikenal di Marga VII Koto, Marga IX Koto dan Marga Sumay. 


“Bukit alam babi”, “Bukit cindaku” adalah nama-nama dikenal di Talang Mamak Simarantihan Marga Sumay. 


Bukit Sitinjau Laut adalah nama tempat ikrar antara Tiga Rajo (Raja Pagaruyung, Raja Palembang dan Rajo Jambi) yang membagi wilayah yang kemudian dikenal “durian takuk rajo”. Bukit Sitinjau Laut terletak di Kabupaten Kerinci. 


Sedangkan batas Jambi – Sumsel dikenal dengan “sialang belantak besi”. Nama yang dikenal dalam ingatan masyarakat Melayu Jambi. Nama ini dikenal didalam Marga Buki Bulan, Batin Datuk Nan Tigo, Marga Pelawan, Marga Simpang III Pauh, Marga VI Mandiangin, Batin XXIV, Marga Pemayung Ulu, Marga Pemayung Ilir, Marga Mestong, Marga Kumpeh, Marga Kumpeh Ilir dan Marga Berbak. 


Nama “sialang belantak besi” kemudian dikenal nama “cucuran air” didalam Marga Bayat. Marga Bayat termasuk kedalam wilayah Provinsi Sumsel. 


Seloko “cucuran air” dikenal “apabila mudik dari Bayat ulu”, seberang kanan adalah Jambi. Terus sampai Sungai Badak. Sedikit kiri maka itu adalah punya Marga Lalan”.


Ketika saya menyusuri Desa-desa seperti Kelurahan Lokan, Desa Sungai Itik, Desa Sungai Jambat, Desa Sungai Sayang, Desa Air Hitam Laut melewati Desa Remau Baku Tuo yang termasuk kedalam kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang langsung berbatasan dengan Sumsel maka tuntaslah berbagai negeri yang sudah jalani. 


Entah negeri yang dianggap keramat seperti Marga Bukit Bulan, Marga batin Pengambang, Marga Serampas, Marga Sungai Tenang, tempat-tempat sakral di Kerinci hingga ke Makam Datuk Paduko Berhalo di Pulau Berhalo. Dan makam Orang Kayo Hitam di Simpang, Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 


Berbagai perjalanan yang sudah saya lakukan sejak tahun 2008 kemudian dirasakan sebagai “cara pandang’ masyarakat Jambi memandang pemimpin. 


Entah berbagai istilah “tuah”, “tutur” kepemimpinan”, istilah “ajun arah”, “negeri elok Jambi”, tulah Datuk Paduko Berhalo yang membuat saya semakin memantapkan pilihan. 


Namun pengalaman mengunjungi negeri di Kecamatan Sadu, negeri paling timur Jambi melengkapi perjalanan panjang. Mengakhiri perjalanan politik (roadshow) bersama dengan Al Haris kemudian ke makam Datuk Paduko Berhalo kemudian mempunyai makna. Bertemu dengan Leluhur masyarakat Melayu Jambi. 


Tidak salah kemudian  memilih pemimpin yang dapat mengunjungi berbagai negeri sebagai perwujudan Datuk Paduko Berhalo. Agar negeri Jambi dipimpin oleh pemimpin yang betuah. 


Sebagaimana sering disampaikan oleh Datuk Paduko Berhalo “

Air janih ikannyo jinak

Rumput panjang kerbau gemuk

Tanah subur padi menjadi

Nagari aman 

anak buah (rakyat) santoso 

Kok laah tidak tatiti di kito

Kok kareh tidak tatakik di kito

Bajanjang turun batangg o naik

Salah makan dimuntahkan, 

salah ambil dikembalikan 

Salah jantan satu mas telucir pulang mandi

Salah batino sepuluh pulang dua 


Jung lalu kiambang bertaut

Piawang pecah tim ba, awak tuo berkelakuan budak Berkato dahulu sepatah

Berjalan dahulu selangkah

Melompat sama patah .

Menyeruduk sama bungkuk

Tertelentang sama makan angin 

Tertelungkup sama mencium tanah. 


Opini Musri Nauli, Musri Nauli, jambi dalam hukum, Hukum adat jambi, jambi, sejarah Hukum adat jambi, politik jambi,