12 Januari 2021

opini musri nauli : Driver (2)

 

Entah mengapa masih banyak yang penasaran. Mengapa saya suka menggunakan angkutan darat menempuh berbagai tempat. 


Kecuali untuk mudik selain lebih efektif dan mudah menggunakan angkutan darat, tapi untuk rute-rute jauh yang bisa ditempuh dengan pesawat, saya lebih suka menggunakan angkutan darat. Terutama membawa mobil sendiri (driver). 


Semula saya dan istri kebetulan mempunyai hobi travelling. Sebagai sama-sama pecinta alam, kami sering mendaki gunung, berjalan jauh. Hingga agenda mudik merupakan ritual yang wajib dilakoni. 


Hobi ini kemudian turun ke seluruh putra-putraku. Hampir semuanya pernah mendatangi tempat-tempat yang sering menjadi spot keren di IG. 


Dengan santai para putra-putriku Cuma berujar. “Kita sudah kesana, yah”, kata mereka sambil senyum-senyum. 


Putri pertamaku sudah jauh berjalan sendiri. Entah pelesir ke berbagai tempat di Indonesia. Atau agenda bulanannya ke Bandung. Atau sengaja mencari hari libur di sela-sela kerja kantorannya. 


Atau waktu di SMA, ketika dia mendaki Gunung, teman-temannya bertanya. “Mama tidak marah, ya, wil”, tanya mereka heran. 


“Tidak. Mama malah mempersiapkan pakaiannya”, kata protes. 


Putra kedua sudah membeli sepeda motor. Sibuk mendadani. Menyisihkan uang sakunya untuk membeli peralatan motornya. 


Putra ketiga pernah bercerita. Ketika mendapatkan tugas bercerita dikelas setelah habis liburan. Hanya dia yang bisa bercerita tentang mendaki gunung. 


Dengan sedikit “lebay”, dia bercerita tentang Raincoat, sleeping bag, carrier, tenda dome sekedar peralatan yang harus dibawa untuk mendaki gunung. 


Ketiganya bersekolah  sudah merantau. Jauh dari orang tua. Belajar merasakan kemandirian. Sekaligus belajar untuk menggunakan uang untuk menabung. Semata-mata untuk liburan. 


Sedangkan sibungsu pernah bercerita. Menuliskan pengalaman liburan di kelas. 


Dengan bangga dia bercerita. Pernah ke Yogya, Ke Malang ataupun ke Surabaya. Dan semua teman-temannya kemudian mengelilinginya. Mendengarkan cerita sibungsu. 


Tidak salah kemudian sibungsu membuat group WA dengan nama “Family adventure”. Dan kamipun tertawa mendengarkan ide Namanya. 


Lalu mengapa saya suka menyetir ataupun lebih suka menggunakan mobil untuk jalan jauh. 


Ah. Kadangkala selain alasan praktis, dengan membawa mobil, kita bisa manage waktu untuk berangkat, bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan disela-sela perjalanan ataupun bisa berkunjung kesana-kemari untuk bertemu dengan teman-teman. 


Atau kadangkala susahnya mengatur waktu. Sambi bekerja untuk urusan persidangan juga semata-mata bisa mengejar pekerjaan lain. 


Namun dengan membawa mobil sendiri ataupun menyetir, kita bisa merasakan berbagai suasana di jalanan. 


Entah arus mudik ataupun liburan akhir tahun. 


Kita bisa merasakan jalan di sumatera yang hanya bulanan bisa berlubang lagi. Ataupun kita bisa merasakan pembangunan jalan yang ditingkat kecamatan sudah layak jalan di Jawa. 


Ataupun kita bisa mengukur kinerja Kepala daerah. Yang kata-katanya berapi-api hendak membangun jalan tapi ketika dikasih amanah malah daerahnya malah tidak pernah membangun jalan. 


Ataupun kita bisa mengukur kinerja anggota parlemen. Yang sibuk klarifikasi sibuk sana namun tidak ada semeterpun jalan setapak kerumahnya dikampung diperbaiki. 


Dengan menempuh perjalanan darat, kita bisa juga bisa merasakan apakah pembangunan sudah sampai dirasakan masyarakat. 


Entah cuma Puskesmas yang jarang dibuka, sekolah yang rumputnya sudah tinggi ketika pandemic atau kantor Desa yang tidak pernah dibuka. 


Dengan menempuh perjalanan kita kemudian merasakan bagaimana sarana publik diperbaiki. 


Entah SPBU yang WC-nya berbau, masjid yang tidak ada air ataupun fasilitas sekedar untuk tidur para driver. 


Dengan merasakan jalan darat, saya kemudian merasakan perbedaan menikmati fasilitas SPBU. Entah di Jawa yang “bersihnya” membuat kita enggan menggunakan alas kaki untuk memasukinya. 


Atau SPBU yang kebanyakan untuk sekedar ke WC malah harus bayar. Ditunggu petugas yang sibuk memegang HP. 


Ah. Entahlah. Meminjam istilah Iksan Skuter, “dijalananlah kita menemukan ketidakadilan”. “Dijalanan kita menemukan inspirasi untuk membuat lagu”. 


Akupun manggut-manggut. Sembari menikmati alunan music yang diputar dari MP3, aku terus berjalan. Menyusuri setiap KM. 


Baca : travel