Beberapa hari yang lalu, aksi teatrikal pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan di Istana Kepresidenan. Presiden Jokowi menerima vaksin pertama kali. Dilanjutkan dengan berbagai tokoh. Baik Panglima TNI, Kapolri, dan Tokoh agama. Tidak lupa kemudian dilanjutkan para pesohor dunia entertainment. Salah satunya adalah Raffi Ahmad (Rafi).
Didalam penjelasan Menteri Kesehatan didalam Konferensi Pers, Menteri Kesehatan kemudian mengatur jadwal untuk pemberian vaksin.
Dimulai dari tenaga kesehatan, asissten tenaga kesehatan, tenaga penunjuang serta mahasiswa yang sedang menjalani Pendidikan profesi kedokteran yang bekerja di fasilitas layanan kesehatan (Nakes).
Waktunya diperkirakan tahap pertama Januari – April 2021.
Selanjutnya adalah petugas pelayanan public. Diantaranya TNI, Kepolisian, apparat hukum, petugas pelayanan public termasuk petugas dibandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, listrik negara dan PDAM. Termasuk juga tenaga pelayanan public yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Bersamaan juga dilakukan termasuk penduduk yang berusia diatas 60 tahun.
Waktunya diperkirakan Januari – April 2021.
Bersamaan juga dilakukan termasuk penduduk yang berusia diatas 60 tahun.
Tahap ketiga adalah masyarakat rentan. Baik dilihat dari aspek geospasial, sosial dan ekonomi.
Dan tahap keempat adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan melihat ketersediaan vaksin.
Namun disela-sela kegiatan, pertimbangan melibatkan para pesohor terutama artis entertainment diharapkan dapat memberikan edukasi ditengah masyarakat.
Dengan menerima vaksin, para pesohor dapat mempengaruhi para pendukung (follower) terhadap program pemerintah. Kekuatan jaringan didunia maya diharapkan dapat memberikan edukasi.
Target vaksin mencapai 181 juta orang (70 %). Dimulai dari tahap pertama 1,3 juta tenaga kesehatan. Dan 17 juta untuk tenaga public. Setelah April 2021 barulah menjangkau sisanya.
Demikian penjelasan resmi Menteri Kesehatan sebelum dilakukan vaksin.
Dengan melihat prioritas dan konsentrasi Pemerintah untuk penyediaan vaksin maka sudah dipastikan, dengan ketersediaan vaksin, pilihan dan prioritas yang menerima vaksin adalah seleksi yang cukup ketat. Selain harus memenuhi persyaratan yang telah diatur didalam regulasi, penerima vaksin juga dapat menerima vaksin dengan keteladanan.
Sebagaimana sering disampaikan, protocol kesehatan harus tetap digunakan. Entah harus tetap menggunakan masker, menjaga dari kerumunan, tetap mencuci tangan.
Namun belum usai hari berlalu, Raffi Ahmad malah terlihat di kerumuman sebuah kegiatan. Bahkan tanpa menggunakan masker.
Kelakuan buruk yang dipertontokan Raffi justru memberikan penilaian yang berbeda ditengah masyarakat. Justru kelakuan yang dilakukan oleh Raffi akan memberikan pemahaman yang keliru.
Dengan diterimanya vaksin ditubuh maka akan menyebabkan kekebalan tubuh dari virus covid 19. Sehingga dengan adanya vaksin maka tidak perlu lagi menggunakan protocol kesehatan yang diperlihatkan oleh Raffi.
Padahal yang sering disampaikan berbagai pihak, walaupun telah menerima vaksin covid 19, berbagai sarana protocol kesehatan tetap harus digunakan. Sehingga berbagai upaya pencegahan baik dengan membangun imun (kekebalan tubuh) dengan tetap hidup sehat, menggunakan fasilitas protocol kesehatan dan telah menerima vaksin Covid 19, penyebaran virus covid 19 dapat dikontrol.
Tapi yang terluput dari pemantauan adalah kategori keterlibatan para pesohor untuk menerima vaksin Covid 19.
Apakah karena kepopuleran dari sang tokoh sehingga layak mendapatkan vaksin dari hasil ketat seleksi penerima vaksin.
Memang Raffi Ahmad begitu popular di dunia maya. Followernya saja mencapai 49,4 juta. Diatas Ayu Tingting yang mencapai 46 juta. Atau Via Vallen yang mencapai 25 juta. Atau Agnes Monica 23 juta.
Jauh mengalahkan Youtuber Atta Halilintar yang followernya hanya 16,6 juta.
Bahkan Raffi Ahmad adalah satu-satunya artis yang prosesi pernikahannya diliput secara live oleh media televisi. Persis pernikahan Putra Raja Inggeris, Pangeran Harry dan Megan Markle.
Namun sikap dan perilaku keteladanan juga harus menjadi perhatian.
Berbeda dengan di berbagai negara, kepopuleran para pesohor entah artis, dunia entertainment justru membangun harapan ditengah masyarakat.
Lihatlah. Bagaimana mereka menggunakan pengaruhnya ditengah masyarakat sekaligus memberikan Pendidikan yang baik ditengah masyarakat.
Mereka justru menjadi agen “speaker” dari issu public. Mereka mampu menggunakan pengaruh dan kepopulerannya untuk membangun solidaritas.
Bahkan suara mereka didengar.
Sehingga ketika mereka kemudian diajak dalam isu-isu krusial, peran mereka cukup strategis. Bahkan mereka mampu menjadi “influencer”. Sekaligus membangkitkan optimistis.
Sudah saatnya, pemilihan para pesohor juga dilihat rekam jejaknya. Dan tidak terjebak dengan kepopuleran semata.
Selain menyesatkan justru memberikan contoh buruk ditengah masyarakat.
Pemilihan para pesohor justru membangkitkan optimisme ditengah masyarakat. Yang tengah galau dan sedang berhitung. Kapan pandemic ini berakhir.