Belum sempat sang burung hinggap di ranting kecil, tempat bersandar setiap pagi, berteriaklah sang kura-kura..
"Wahai, sang burung.. Lanjutkan cerita tentang air sungai yang engau ceritakan kemarin pagi", Ujar sang Kura-kura penasaran..
"Iya, Sang kura-kura.. aku lanjutkan cerita kemarin pagi yang tertunda", Jawab sang burung hendak memulai bercerita..
"Mengapa hujan sebagai anugrah Sang pencipta namun kemudian membuat banjir menggenang rumah manusia. Bukankah petani senang apabila hujan turun membasahi bumi " Tanya sang kura-kura..
"Hujan adalah anugrah yang ditunggu manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa air. Hujan turun musim ini seperti biasa.. Namun air tidak mampu lagi ditampung di sungai", Cerita sang Burung..
"Mengapa air hujan tidak turun ke sungai. Apakah sungainya tidak ada lagi" Tanya sang kura-kura semakin penasaran.
"Benar, sang kura-kura.. Sungai tidak ada lagi. Manusia yang menghancurkan sungai sehingga sungai tidak lagi dipergunakan untuk menampung dan mengaliri air", Jelas sang burung..
"Ahai. Alangkah hebatnya manusia.. Bisa menghilangkan sungai", ujar kura-kura heran.
"Wahai. Sang kura-kura.. Yang dilakukan manusia bukanlah hebat tapi kerakusan", jelas sang burung sabar.
"Manusia karena kerakusan juga menghancurkan tanggul sungai. Juga menghancurkan bukit". Jelas sang burung sambil mengipaskan sayapnya.
"Wah.. Wah. Alangkah hebatnya manusia.. Bisa menghilangkan sungai, bukit dan tanggul. Ujar sang kura-kura semakin takjub.
"Bukan. Bukan hebat, kura-kura.. Itu kerakusan", kata sang burung sabar menjelaskan..
"Itu kerakusan.. " Kata sang burung..
"Lalu apa gunanya menusia melakukannnya" tanya sang kura-kura semakin penasaran..
"Ah. Nantilah saya akan mencari jawabannya" kata sang burung sembari mengepakkan sayapnya kemudian terbang ke angkasa..