“Halo. Halo. Disini masyarakat sudah kumpul. Semuanya setuju mau dibuat sekat kanal”, teriak Pak Rudy sembari memperagakan menggunakan HP.
“Iya. Sekat kanal mau dibangun. Masyarakat setuju”, kata seseorang didepannya.
Kamipun tertawa. Seisi ruanganpun tertawa.
Demikianlah dialog sandiwara yang disiapkan oleh kru. Mengisi acara akhir tahun “family gathering” BRG tahun 2018.
Acara yang diusulkan oleh Pak Nasir Fuad (Kepala Badan Restorasi Gambut) menghadirkan seluruh kru BRG.
Masing-masing kelompok kerja kemudian mempersiapkan acara kesenian dengan baik. Entah paduan suara, tarian bahkan berbagai kesenian.
Namun dari seluruh rangkaian kesenian yang dihadirkan, kru Pak Rudy memang menjadi bintang.
Dialog-dialognya mengalir. Persis comedian stand up terkemuka.
Di internal BRG, proyek pembangunan infrastruktur pembasahan harus melalui rapat di Desa. Salah satu yang paling menyita dan sering menimbulkan masalah adalah rangkaian Padiatapa. Mekanisme yang sering digunakan oleh LSM yang dikenal FPIC.
Panduan dari BRG sudah disiapkan. Berbagai modul, teknis administrasi dapat diakses di website.
Namun bukan kalangan internal BRG yang sering menimbulkan masalah. Namun pihak rekanan (pihak ketiga) yang sering menimbulkan masalah di lapangan.
Kadangkala “kampus” yang ditunjuk sebagai konsultan seringkali “main nyelonong”. Ke kampung tanpa koordinasi dengan fasilitator Desa. Padahal fasdes dapat mempersiapkan dengan baik.
Sehingga banyak sekali kejadian dilapangan yang membuat fasdes kemudian harus “membereskannya”.
Nah. Dialog yang dibawakan oleh kru Pak Rudy kami mudah menertawakannya. Mengingat kelakuan para kontraktor yang seringkali “main serobot” di lapangan.
Dialog yang mengalir membuat kami menjadi tertawa lebar. Seisi ruangan.
Dan malam itu, Pak Rudi menjadi bintang.
Mendapatkan kabar Ir. Rudi Priyanto, Kepala Kelompok Kerja wilayah Kalimantan dan Papua Kedeputian 3 BRG adalah kabar yang menyedihkan. Terutama mereka yang bekerja di BRG (kemudian menjadi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove).
Sebagai “birokrat tulen”, jam terbang di birokrasi jangan ditanyakan. Dia menguasai seluruh detail. Mulai dari penganggaran, mekanisme penggunaan dana maupun laporan dari lapangan”.
Sebagai “bapak” tidak terkesan sama sekali dia adalah birokrat tulen.
Dengan kumis, gaya “ludruk”, berbagai canda sering kami temukan disela-sela kegiatan di BRG.
Namun kepergiannya tentu saja meninggalkan kenangan.
Terutama dialog cerdas di panggung kesenian.
Selamat Jalan, Pak Rudi. Kami tetap mengenangmu sebagai orang yang humoris.