30 April 2021

opini musri nauli : Mengenal Kitab (2)


Kitab Koempoelan Oendang - Oendang Adat Lembaga dari Sembilan Onderafdeelingen dalam Gewest Benkoelen dan Adat Kota Bengukulu” berlaku dan diterapkan di Kota Bengkulu, Seluma, Manna, Kaur, Kroe, Rejang, Lebong, Lais, Muko-Muko, Serta Undang-Undang Simboer Tjahaja Bangkahoeloe. 


Undang-undang adat dapat dimaknai sebagai kodifikasi yang berlaku di Sembilan Daerah. 

Oendang-oendang Adat yang berisikan berbagai norma adat yang diberlakukan di Bengkulu mudah dipahami Semacam KUHP atau KUHPer. Penulis lebih suka menggunakan kitab. 


Dan untuk lebih memudahkan pemahaman maka Penulis lebih suka menyebutkan sebagai kitab Bengkulu. 


Menurut Ali Tjasa beberapa  peraturan  yang memperkuat 

Rajo  Penghulu sebagai  lembaga (pranata)  adat Bengkulu, antara lain;.

1.  Oendang-oendang Simboer Tjahaja, adalah hukum adat yang tertulis merupakan karya Susuhunan Palembang (wilayah

kekuasaannya  meliputi  Sumsel,  Lampung,  Bengkulu,  Jambi

dan Babel) bersama para menteri dan para ulama pada tahun

1630  M  yang  sebagian isinya  dari  UU  Jawa  yang dinamakannya  Simboer  Tjahaja  Karta  Ampat  Bitjara  Lima; dan diperbarui berdasarkan Musyawarah para Kepala Anak

Negeri pada tanggal 2 s/d 6 September 1927 di Palembang.

UU Simbur  Tjahaja  dahulu  berlaku  di  seluruh  wilayahSumatera Bagian Selatan (Sumsel, Lampung, Babel, Bengkulu, Jambi).


2.  Oendang-oendang  Simbur  Tjahaja,  ditetapkan  tanggal  21 Pebruari 1862 untuk keresidenan Bengkoelen oleh J. Waland,

asisten Residen Kepala Daerah Bangkahoeloe masa itu; yang

merupakan  aturan  khusus  untuk  Bengkulu  yang  dibawanya dari Palembang karena sebelum jadi residen di Bengkulu dia

pernah bertugas di Palembang sudah paham tentang UU Simboer Tjahaja yang berlaku di Sumsel (Sumbagsel) dimana Bengkulu merupakan satu wilayah keresidenan seperti Babel,

Jambi,  Lampung,  yang  semuanya  termasuk  d alam  Afdeling

(bagian) dari Sumsel (Palembang). 


Meskipun kini semua UUSimboer Tjahaja dikatakan tidak berlaku oleh UU No. 73 tahun 1958 yang memberlakukan KUHP (UU No. 1 tahun 1946) di seluruh  wilayah  RI.  


Namun  norma,  nilai -nilai  dan  ancamanpidana yang terkandung dalam UU S. Tj, dirasakan lebih adil daripada KUHP. 


Namun,  dalam  UU  Darurat  No.  1  tahun  1951  masih mengatur  pemberlakuan  hukum  adat  dengan  perbandingan ancaman pidananya disepadankan dengan KUHP.


3.  UU Adat Bengkoelen No. 412 tanggal 18 Oktober 1911 (9 bab) mengatur tentang Pertunangan, Melarikan, Bimbang, Nikah, Sarak/cerai; Pemindahan Harta dan Angkat Anak, Pusaka; Penjagaan  sekalian  tersebut  Bab  1-8  diatas;  kemudian dipecah  pada  tahun  1938  dalam UU  Lembaga  Sembilan Onderafdelingen dalam Gewest  Bengkoelen tahun  1938;  (Sembilan  daerah  bagian  itu;  Kota  Bengkulu,  Muko -muko, Lebong, Lais, Rejang, Seluma, Kaur, Kroe, Manna).


4.  Perda  Provinsi  Bengkulu  No.  7  tahun  1993  tentang  BMA di Bengkulu.


5.  Perda Kota Bengkulu No. 29 tahun 2003  tentang Pemberlakuan Adat Kota Bengkulu. 


Baca : Mengenal Kitab (1)