Terlihat Para pendekar masih bersemedi. Melanjutkan tapa brata sembari mengolah ilmu kanuragan. Memantapkan ilmu kesaktian. Mantra dari kitab padepokan.
Terlihat Pemimpin padepokan. Ditengah-tengah pasebanan. Wajahnya tenang. Matanya terkatup rapat. Tidak terdengar suara helaan nafas. Sunyi. Tidak bersuara.
Sementara para pendekar padepokan mengelilinginya. Menunggu titah dari Pemimpin padepokan.
Hampir menjelang pagi, setelah larut malam menjelang, sang Pemimpin padepokan kemudian menghentikan tapa bratanya.
Sembari menemui para pendekar padepokan yang telah lama menunggu, sang Pemimpin padepokan kemudian berujar.
“Menurut wangsit yang hamba terima. Negara Astinapura akan kembali tenang. Dipimpin oleh Raja muda. Yang kesaktiannya tiada terkira. Mempunyai ilmu kanuragan yang luar biasa biasa.
Tapa bratanya cukup lama. Mantranya cukup ampuh menahan serangan dari negara api. Sedangkan ajiannya mampu menghadang dari serangan negara angin.
Semoga sang Dewata melindungi negara Astinapura”, kata sang Pemimpin padepokan.
“Segera kabarkan kepada Rakyat Astinapura. Agar mereka bisa melanjutkan hidupnya. Mempersiapkan serangan dari negara api”, titah sang peminpin padepokan.
“Daulat, tuanku. Titah tuanku, hamba laksanakan”, kata sang pendekar padepokan. Bergegas meninggalkan pasebanan. Menuju Istana Astinapura.