10 Mei 2021

opini musri nauli : Laporan Telik Sandi Negeri Alengka

Syahdan. Terdengar suara gemuruh di Istana Alengka. Para Telik sandi menghadap sang Maharaja Negeri Alengka di Istana Alengka. 

“Tuanku maha agung Raja Alengka. Sudah lama dedemit menyerang negeri Alengka. Para Raja tidak pernah mau mendengarkan Titah paduka. Mengapa mereka sama sekali tidak mendengarkan titah tuanku ?”, tanya sang telik sandi di balairung Istana. 


Suaranya pelan. Nyaris tidak terdengar. Khawatir murka maharaja. 


“TItah tuanku maharaja kepada Raja Astinapura telah hamba sampaikan. Para punggawa Kerajaan Astinapura sedang mencari para pendekar di negeri Astinapura. Untuk mengalahkan dedemit yang menyerang negeri Astinapura. 


Demikian, laporan, tuanku !!!”, sembah sang telik sandi. 


“Baiklah, para telik sandi”, jawab sang Maharaja Alengka. 


“Tuanku. Hamba hendak mengabarkan peristiwa di kerumuman pasar. Semoga tuanku berkenan mendengarkan”, kata sang telik sandi. Sembari tangan terkatup didada. Tanda sembah kepada Maharaja Alengka. 


“Silahkan, sang telik sandi”, jawab sang maharaja Alengka. 


“Tuanku. Suara di kerumuman pasar begitu menggemparkan. Para dedemit sudah menyerang rumah-rumah penduduk negeri Alengka. 


Mereka menyerang bukan hanya di malam hari. Bahkan menyerang di siang hari. 


Wajah Rakyat begitu ketakutan. Mereka berlarian kesana kemari. Tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Demikian kabar dari kerumuman pasar”, kata sang telik sandi. Wajahnya tertekuk di Lantai. Tidak berani menatap wajah sang Maharaja Alengka. 


“Baiklah. Laporanmu Sudah diterima. Para punggawa kerajaan sedang bergegas. Menemui pemimpin padepokan. 


Agar mencari para pendekar yang Sudah melewati tapa brata. Yang mempunyai ilmu kanuragan yang sakti mandraguna. 


Agar melindungi negeri Alengka dari serangan dedemit. 


“Kabarkan kepada Rakyat Alengka. Kirimi titahku kepada Raja-raja yang termasuk dalam kekuasan Negeri Alengka”, titah sang Maharaja Alengka. 


“Baiklah, tuanku”, kata sang telik sandi. Sembari bergegas. Meninggalkan balairung Istana. 


Melanjutkan titah dari sang Maharaja Alengka. 


Sang Maharaja kemudian meninggalkan balairung istana. Sembari melanjutkan tapa brata. Memohon perlindungan Dewata Agung. Melindungi negeri Alengka.