Terlihat suara menderu memasuki istana Astinapura. Sang Telik sandi tergopoh-gopoh menuju balairung Istana Astinapura.
Tampak sang Raja duduk di singgasana kebesarannya. Dikelilingi para adipat, punggawa, mangku, rio, kerani dan pengawal Istana.
Sembari menunggu kedatangan Sang Telik sandi. Hendak mengabarkan suasana kerumuman ditengah pasar.
“Daulat, tuanku Raja Astinapura yang agung. Hamba membawa pesan dari Rakyat Astinapura.
Konon dedemit semakin ganas menyerang negeri Astinapura. Para Rakyat bertanya. Tidak adakah pendekar di negeri Astinapura yang mampu menaklukan dedemit ?
Demikian tanya Rakyat Astinapura, tuanku ?”, sembah sang telik sandi. Tandak bakti kepada Raja Astinapura.
“Sampaikan kepada seluruh rakyatku. Para punggawa kerajaan sedang keliling padepokan. Memastikan pendekar yang mempunyai kesaktian mandraguna. Untuk menaklukkan dedemit.
Kabarkan segera. Tabuhkan genderang tanda bahaya. Kumpulkan di alun-alun depan Istana Astinapura. Agar mereka mendengarkan titahku ?”, titah sang Raja Astinapura. Sembari suaranya menggelar di balairung istana.
“Daulat, tuanku. Hamba akan sampaikan titah dari tuanku. Semoga rakyat astinapura bersabar menunggu kedatangan pendekar yang mempunyai kesaktian mandraguna.
Hamba akan pamit, tuanku”, katanya bergegas. Meninggalkan balairung istana astinapura.
Menjalankan titah Raja Astinapura.