Tidak perlu ngotot untuk menyampaikan prinsip. Selama dilaksanakan dengan konsekwen dan konsisten dan kontinyu maka repsek dan penghormatan orang yang diberikan atas prinsip.
Menurut kamus besar bahasa Indoensia, Prinsip adalah dasa atau asas. Kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir dan bertindak. Sehingga “orang berprinsip” adalah “orang yang mempunyai prinsip”.
Prinsip tidak mengenal waktu. Orang yang mempunyai prinsip Tetap pada jalur dan pondasinya bergerak. Sekaligus menentukan cara pandangnya. Sehingga tidak tergoyahkan oleh keadaan apapun.
Namun cara mempertahankan prinsip tidak terjebak dengan sikap kaku. Orang yang mempunyai prinsip tentu saja akan Tetap pada sikapnya. Tidak tergoyahkan namun tetap luwes terhadap pemikiran orang diluar prinsipnya. Termasuk juga menghargai perbedaan prinsip.
Sikap prinsip yang dipegangnya tidak menghalangi orang untuk Tetap bersahabat dengan siapapun. Sikap dalam berprinsip tentu saja tidak akan bias dengna nilai-nilai persahabatan.
Dalam relasi Membangun persahabatan, nilai-nilai yang menjadi prinsip tidak akan terlebur dengna nilai-nilai persahabatan. Nilai-nilai persahabatan yang dibangun mengutamakan kemanusiaan. Menempatkan kemanusiaan sebagai nilai-nilai persahabatan.
Dengan demikian relasi yang dibangun, menghindarkan pembicaraan prinsip yang dipegang teguh tapi mengutamakan persahabatan.
Dari sinilah, seni pergaulan akan semakin mewarnai persahabatan. Sekaligus juga akan menguji kebenaran dari persahabatan.
Terlepas dari kesemuanya, waktu yang akan menguji. Apakah persahabatan tidak menghalangi orang Tetap memegang Teguh prinsip.
Berbagai keteladanan sudah sering kita saksikan dari berbagai peristiwa. Bukankah kita mengenal “perbedaan prinsip” dari Soekarno - Hatta. Namun sama sekali tidak menghilangkan rasa persahabatan sebagai sesama anak manusia sebagai bapak Pendiri bangsa (founding Father).
Atau “perseteruan” dari Soekarno dan HAMKA yang mampu mereka tepiskan ketika mereka mewujudkan keteladanan. Dan HAMKA sebagai imam Sholat ketika Soekarno meninggal dunia.
Bahkan, Hatta rela menjual sepeda miliknya untuk membantu sahabatnya keluar dari penjara setelah melakukan kudeta Pemerintahan Hatta.
Rasa persahabatan yang diwariskan oleh para Pemimpin bangsa dapat kita teladani.
Tidak perlu ucapan yang berbuih-buih. Tapi wujudkan dengna kesederhanaan dalam laku praktek sehari-hari.