Sebagai Tumenggung Batin Sembilan, maka bertugas dan bertanggungjawab dengan rombong Kandang rebo, Bawah Bedaro - Bakal Petas.
Menurut tutur ditengah masyarakat, Nama Batin Sembilan dari dulu dimulai “Sungai kandang rebo”. Disebut “kandang” karena adanya kebo dari kayu.
Menurut kisah, Dulu disini ada “rebo begambut” adanya putri cantik. Nama tempatnya disebut “rebo begambut”. Tempat ini dihuni oleh Tumenggung Tanding.
Kemudian menikah dengan “bayan Rio”. Kemudian “Serompak”, “Ceret” dan si bungsu Bayan Lais. Dari Bayan Lais kemudian “adanya” istilah batin Sembilan. Bayan Lais yang kemudian “dilarikan” Panembahan Rajo Sawo”. Perkawinan dengan “Panembahan Rajo Sawo” “beranak yang bernama “Raden Nago Sari”. Dari Raden Nago Sari “beranak Sembilan”. “Satu mengikat kakak beradik”.
Kekerabatan kental juga ditandai dengan kisah “ikan seluang”. Ketika hanya didapatkan satu ikan. Sang kakak kemudian membaginya sebanyak Sembilan. Akhirnya ikan cukup untuk semua orang. Kisah tentang ikan seluang menggambarkan kedekatan kekerabatan Batin Sembilan.
Sedangkan nama “sungai Kandang” tidak disebutkan didalam 9 Sungai, karena Sungai Kandang adalah awal dari “puyang” orang Batin Sembilan. Atau ditunggu bapaknya dari Batin 9. Selain itu sebagai tempat puyang Batin 9. Sungai Kandang sendiri “anak Sungai Bahar”. “Sungai Bahar” anak Sungai Lalan. Sungai Lalan anak Sungai Musi.
Sungai Kandang biasa juga dikenal Sungai Bungin.
Jadi “Batin Sembilan” bukan “Sembilan anak sungai”. Tapi Sembilan orang batin kemudian “ditempatkan”. Dimulai Dari Sungai Lalan, Bahar, Jebak, Jangga, Bulian, Sekelisak, Sekamis, Pemusiran, Burung Hantu. Setiap batin ditempatkan “ditempat masing”masing” agar “tidak berebut”. Sehingga masing-masing mempunyai kekuasan di Sungainya masing-masing.
Sedikit berbeda dengan Riset AMAN-2012, yang menyebutkan 9 Sungai seperti Sungai Lalan, Sungai Bahar, Sungai Jebak, Sungai Jangga, Sungai Bulian, Sungai Telisak, Sungai Sekamis, Sungai Pemayung (hulu Sungai Pemayung/burung hantu dan Sungai Singoan.
Alasan ditempatkan masing-masing di Sungai, karena orang batin butuh sungai.
Wilayah Batin Sembilan dikenal sebagai “niti bakal timtipunan”. Dari Bakal timtipunan turun langsung batas dengan Sumsel. Daerah ini dikenal sebagai “Rasau Belenggu”. Kemudian “nembak” ke UU tegantung ke Sungai Lalan.
Dari mudik Sungai Lalan ke Muara Sungai Badak. Itulah wilayah jajah orang batin. Dari mudik Sungai Badak mudik ke Sungai Badak. Nah disana “beranak” Sungai Bungin. Di seberang kanan mudik.
Nah kemudian ikut lagi. Ikuti sungai Bungin. Kapan numbur bakal petas. Disana dikenal daerah yang tidak dapat ditanami.
Dari “Situ” mengikuti bakal petas. Kemudian “mengikuti muara siandung”. Kemudian balek lagi Gentang layang”. “Sebelah sano” sudah Sarolangun.
Sehingga orang batin dekat dengan perbatasan yang dipisahkan/ditandai dengan Sungai Lalan. Sungai Lalan juga disebutkan didalam
Sungai Lalan yang kemudian dikenal sebagai batas Jambi - Sumsel yang disering disebutkna sebagai “Sialang belantak besi”.
Secara administrasi, wilayah kandang rebo - Bawah bedaro - Bakal petas kemudian termasuk kedalam Marga Mestong. Marga Mestong dikenal berpusat di Sungai Duren.
Begitu juga Sungai Lalan juga disebutkan didalam Piagam Marga Mestong.
Batas Jambi - Sumsel juga diakui di Marga Bayat. Marga Bayat adalah salah satu Marga yang terdapat di Banyulincir (Sumsel). Selain Marga Bayat juga dikenal Marga Batanghari Leko, Marga Tungkal dan Marga Lalan.
Cerita ditengah masyarakat Marga Bayat menyebutkan “apabila mudik dari Bayat ulu”, seberang kanan adalah Jambi. Terus sampai Sungai Badak. Sedikit kiri maka itu adalah punya Marga Lalan. Biasa dikenal sebagai “cucuran air”.
Dengan demikian maka wilayah Tumenggung Batin Sembilan rombong kandang rebo - Bawah bedaro - Bakal petas diatur didalam Piagam Marga mestong dan diakui oleh Marga Bayat.
Baca : Tumenggung Batin Sembilan rombong kandang rebo - Bawah bedaro - Bakal petas