Syahdan. Berkumpullah para Depati, Mangku, menti Kerajaan dan Seluruh punggawa kerajaan. Semuanya terdiam. Duduk terpakur menghadap lantai. Tidak ada satupun yang berani mengangkat mukanya.
“Siapakah yang berkhianat kepada Raja Astinapura ?’, kata sang Raja Astinapura. Wajahnya memerah. Menandakan murka yang tiada tertahan.
Semuanya hening. Tiada ada yang berani bersuara. Suasana hening.
“Bukankah tugas kalian menjalankan titahku. Mengapa kalian kesana kemari mendapatkan dukungan agar menjadi Depati ?”, Murka sang Raja. Lagi-lagi suaranya menggelengar. Memecahkan kesunyian di balairung istana Astinapura.
“Sungguh semuanya mulai tidak percaya dengan pilihanku. Untuk menentukan pemilihan Depati, selain Kesetiaan tanpa pamrih dari kalian semuanya, aku juga tirakat. Memohon wangsit dari Sang Dewata Agung”, lagi-lagi Sang Raja menumpahkan murkanya.
“Wahai para Depati, Mangku, menti Kerajaan dan Seluruh punggawa kerajaan. Kesetiaan kepada Kerajaan adalah segala-galanya.
Dengan sikap kesatria sekaligus kesetiaan kepada Raja, wangsit dari Sang Dewata Agung akan menggerakkan hatiku untuk memilih kalian sebagai Depati”, Lanjut Sang Raja Astinapura.
“Bekerjalah dengan sungguh-sungguh Jiwa raga. Kelak Dewata Agung akan melihat kesetiaan kalian semuanya.
Sehingga wangsit dari Dewata Agung akan memberikan sinar di Tengah kerajaan Astinapura”, Lanjut sang Raja Astinapura sembari meninggalkan balairung Istana Kerajaan Astinapura.
Melanjutkan Tapa brata untuk memberikan perlindungan kepada Negeri Astinapura.