“Bapak tanggal 4-5 di bandung, bang”, kata orang dekat Al Haris. Saat itu kami sedang duduk di Pinggir jalan. Sembari menunggu Al Haris Bertemu dengan Dirjen PSKL dan Direktur Eknas Walhi dan Direktur Walhi Jambi. Makan pagi di tepi Sungai Batanghari.
Sembari menggangguk aku cuma diam.
Akhir-akhir ini Berbagai pemberitaan, cuti Ridwan Kamil, upaya Keras Ridwan Kamil hingga di lokasi bencana adalah peristiwa yang membuat hati kita menjadi luluh.
Terbayang seorang ayah yang menyaksikan Sungai Aaare, Bern, Swiss, kemudian melafalkan Azan dan Sholat Jenazah didepan Sungai Aare membuat hati menjadi trenyuh.
Dan ketika Ridwan Kamil menyelesaikan tugasnya, menunggu kabar pasti dari tim SAR dari Swiss, azan dan Sholat jenazah didepan Sungai Aaare dan kembali ke Bandung, kedatangan Sahabat dari Jambi membuat pelukan menjadi pilu.
Ketika Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) pulang ke bandung dan Al Haris datang mendatangi Ridwan Kamil, seketika air mata berderai.
Dengan bersandarkan di bahu Al Haris, Ridwan Kamil tiada berkata-kata. Hanya titik airmata yang cuma tampak.
Ya. Kedatangan Sahabat dapat sedikit menghibur hati yang berduka.
Kedatangan Sahabat membuat Hidup menjadi berarti.
Sungguh. Persahabatan sejati.
Ya. Sebagai Sahabat, Al Haris pasti mendatangi Sahabat yang Tengah Berduka.
Kepergian putra Ridwan Kamil memang menghentak dan membuat Indonesia berduka.
Sebagai Anak muda Melayu, rasa kehilangan yang ditunjukkan dengan kedatangan ke rumah duka sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Rasa itu tidak pernah berubah.
Saya sering mendapatkan kabar, bagaimana acara sering sedikit telat, karena harus “kabur” untuk melayat ke rumah duka.
Pun apabila jadwal Penting yang memang tidak bisa ditunda, kadangkala malam hari, setelah acara tahlilan selesai, dengan mengendarai mobil innova, Al Haris selalu menyempatkan datang.
Walaupun dengan muka lelah, namun kelelahan yang mendera di badannya tetap membuat Al haris tersenyum. Memberikan dukungan agar keluarga tabah menjalani.
Namun apabila kemudian tidak sempat datang, dipastikan Ibu Gubernur yang kemudian datang.
Sayapun teringat dengan perkataan Ali bin Abi Thalib.
“Sahabatku adalah ketika orang datang di saat aku sakit”.